Kepergian nenek

1.1K 62 1
                                    

Ben masuk ke dalam dan membicarakan tentang alat yang dipasangkan di sekujur tubuh nenek.

“halo selamat malam Kenan, Isabel”.

“malam dok ada apa ?”.

“ini Isabel, mengenai alat bantu nenek, apakah anda akan terus memasangkan alat itu ?”.

Isabel tertunduk sedih, ia hanya bisa menatap nenek dengan mata sendunya dan menjawab Ben.

“tidak, to... tolong cabut alat itu besok setelah perenungan saya dengan Ken”.

“kalian akan bertunangan besok ?”.

“iya”.

“baiklah, selamat atas pertunangan kalian, kalo gitu saya permisi dulu”.

“baik dok, terima kasih”.

Kenan menatap Isabel dan menggenggam kedua tangannya, menenangkan Isabel. Ken mencium kening Isabel dan menidurinya di kasur.

Setelah Isabel terlelap Ken keluar untuk menghubungi seseorang untuk menjadi saksi pertunangannya dengan Isabel.

*Esoknya
Ada satu orang yang datang untuk melaksanakan pertunangan diantara mereka, cincin juga sudah disiapkan begitu pun dengan gaun putih panjang semata kaki.

Isabel terlihat cantik sekali, dia seperti bidadari yang di berikan Tuhan pada dirinya, tatapan Ken semakin dalam, hingga dipanggil berkali-kali oleh Isabel pun dirinya tak sadar.
“ken ? Ken ? Hello ??”.

“ah ia maaf Isabel, kamu cantik sekali”.

“aa.. te..terima kasih”.

Kemudian pelaksanaan pertunangan dimulai di hadapan nenek, saling bertukar cincin dan selesai.

Setelah beberapa menit, Isabel terus duduk di sebelah nenek, berbisik di telinga nenek dan mengatakan dirinya ikhlas dan di saat itu juga Ben melepaskan alatnya dan nenek meninggal dunia.

Sekali lagi air mata terjatuh menatap kepergian nenek terkasihnya. Isabel menutup kedua mulutnya saat tirai putih akhirnya menutupi seluruh badan neneknya itu. Ken memeluk Isabel, memberikan Isabel semangat dan ketabahan, ia terus mengelus kepala Isabel yang menangis dalam pelukannya.

Nenek akan di makamkan di kampung halaman ku, jadi Ken mempersiapkan segalanya untuk mengantar mayat nenek hingga ke sana.

Hari pemakaman tiba, hanya ada beberapa orang yang hadir disana, seperti para tetangga dan orang-orang yang mengenal nenek, ada Ken dan beberapa bodyguardnya dan juga dokter Ben.

Karena perut Isabel yang membesar, membuat orang-orang yang berbisik-bisik mengenai kehamilannya itu, walaupun mereka berbisik, Isabel dapat mendengar samar-samar apa yang mereka katakan.

Hatinya sakit, tapi ia tak mampu mengelak, tiba-tiba Ken bersuara mengatakan sesuatu pada mereka.
“hentikan omong kosong kalian, Isabel adalah istri saya, dan dia mengandung anak saya, kalian jika hanya mau bergosip, silahkan pulang”.

Isabel menatap Ken meraih tangannya dan mengatakan.
“tidak apa, jangan dengarkan mereka”.

“tapi Isabel, mereka sudah keterlaluan”.

Isabel hanya menggelengkan kepala, menandakan semuanya tidak apa-apa. Kenan hanya menghela nafas dan memeluknya.

Sepulangnya dari pemakaman, Isabel kembali ke tempat tinggalnya dengan nenek, ia melangkah masuk ke dalam, ia melihat banyak sekali kenangan diantara dia dan juga nenek di rumah ini, hatinya semakin sakit, baru saja ia bertemu nenek beberapa minggu, tapi nenek sudah tiada.

Isak tangis memenuhi ruangan itu beriringan dengan tatapan Ken yang sendu melihat Isabel, ia merasa bersalah pada Isabel karena telah menjauhkan dirinya dari neneknya selama ini.

Isabel masuk ke kamar neneknya, ia melihat baju-baju neneknya, lalu memeluk baju itu, mencium aromanya, kini dirinya benar-benar sudah kehilangan nenek kesayangannya.

Isabel menyusun baju-baju itu dan memasukannya ke dalam sebuah kotak, dan beberapa barang nenek juga dimasukan ke kotak itu.

Karena Ken meminta Isabel untuk tinggal di rumahnya selamanya, maka Isabel harus meninggalkan tempat kontrakan itu dan mengurus beberapa barangnya dan juga barang neneknya.

Setelah selesai, Isabel berkata akan menyerahkan kunci rumah pada ibu pemilik kos.

*Tok..tok..tok...*

“ia ? Siapa ?”.

“ini Isabel bu...”

“oh ia bentar ya”.

Pintu terbuka.
“ada apa Isabel ?”.

“ini bu, saya mau kembalikan kunci rumah nya”.

“ooo baiklah, ibu turut berdukacita atas kepergian nenek kamu ya”.

“iya bu, terima kasih”.

“jadi sekarang kamu akan tinggal dimana ?”.

Tiba-tiba Ken datang dan menjawab pertanyaan ibu itu.

“Istri saya akan tinggal dengan saya bu”.

“oh, kamu suami Isabel”.

“iya bu, kalo gitu kami berdua permisi dulu ya bu”.

“iya hati-hati ya”.

Mereka berdua pergi dari sana menuju rumah Kenan. Barang-barang nenek telah disumbangkan kecuali foto-foto antara Isabel dan neneknya.
Foto itu dibawa oleh Isabel hingga ke rumah Kenan.

Saat sampai di rumah, pelayan menyambut kepulangan mereka seperti biasa. Isabel tinggal sekamar dengan Kenan sekarang, jadi barang-barangnya akan diletakkan disana.

Kenan mengingat Isabel belum makan sejak tadi, ia ke bawah menyuruh para pelayan menyiapkan makanan, dan ia akan mengantarnya sendiri.

Para pelayan yang melihat itu terkejut dengan tindakan tuannya karena akhir-akhir ini sepertinya tuannya ini berubah dari yang sebelumnya.

“ii...ini tuan makanan dan susu nyonya”.

“terima kasih”.

Bahkan ucapan terima kasih atau maaf belum pernah diucapkan oleh tuannya kepada mereka, ini kali pertama mereka mendengarnya.

Para pelayan mengatakan.
“nona Isabel hebat ya, bisa merubah tuan menjadi lebih baik, uda gitu nona Isabel juga baik banget, ga kek mantan tuan yang namanya Jessy itu”.

“iya, kamu benar, bersyukur banget deh kita”.

heem, tuan memilih wanita yang tepat”.

Pembicaraan pun semakin dalam diantara para pelayan di rumah itu.
.
.
.

My Little Angel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang