Hendrik kini membekap di dalam penjara, ia menerima semua hukuman yang diberikan kepadanya.
******
*2 hari kemudian
Pagi itu, Isabel siuman, karena penglihatan masih buram, ia mengerjap matanya berkali-kali dan menatap ke sisi kirinya dimana sang suami masih tertidur.Isabel mengelus kepala Kenan berkali-kali hingga akhirnya sang suami terbangun dari tidurnya.
“hah sayang..., Kamu sudah bangun ? Ada yang sakit ?”.“aku gapapa”.
“tunggu aku panggil dokter”.
Kenan memencet tombol darurat yang ada di atas ranjang Isabel dan selang beberapa waktu dokter masuk ke ruangan dan memeriksa keadaan Isabel.
Selesai memeriksa, dokter keluar ruangan dan tiba-tiba Isabel bertanya pada Kenan.
“paps... Baby kita dimana ?”.Kenan tidak mampu menjawab pertanyaan Isabel, seolah mulutnya di jahit hingga tak mampu untuk memberitahu Isabel.
“ee..ka..kamu istirahat dulu ya sayang”.“tapi paps aku mau tau keadaan baby kita”.
Kenan dengan nafasnya yang berat dan tangisan yang ia tahan sejak tadi Deng berat menyampaikan kepada Isabel.
“Huff... sebenarnya, ba..bayi kita, bayi kita ga selamat hiks... a.aaku... aku gagal hiks... gagal melindungi kalian”.Air mata Kenan jatuh begitu saja, Isabel terkejut mendengar kabar itu dan ikut meneteskan air matanya saat itu juga.
“kenapa hiks...kenapa Tuhan gak adil sama aku hiks...”.
“maafin aku sayang, aku minta maaf”.
“huaaa....aaku ga bisa hiks.... Aku mau melihat anak kita hiks...”.
“tenang sayang, aku mohon tenagnlah, hiks aku ga bisa lihat kamu seperti ini hiks... Aku mohon maafkan aku, aku tidak punya pilihan hiks....”.
Tepat saat Isabel Histeris, Marsha datang bersama putri mereka dan melihat keadaan Isabel yang menangis histeris di pelukan Kenan.
Marsha dengan cepat memanggil dokter dan membawa putri mereka keluar.Dokter masuk dan memberikan obat penenang pada Isabel hingga akhirnya ia tertidur.
Marsha masuk ke dalam dan anak perempuan mereka langsung memanggil Kenan.
“pa...ap..pa..”.“hai sayangku...”.
Kenan menggendong putri kecilnya dari gendongan Marsha dan mengobrol dengan Marsha.
“terima kasih ya sha”.“tidak masalah tuan, tapi sebenarnya apa yang terjadi”.
“Isabel mengetahui segalanya”.
“maksudnya”.
“Isabel sudah tau bayi kita tiada”.
“....”
Marsha hanya terdiam, ia tidak tau mau berkata apa, ia berdiri dan berjalan duduk di sebelah Isabel.
Perlahan menggenggam tangan Isabel.
“maafin aku hiks...., Aku tidak bisa melindungi mu hiks....”.*Sore hari
Waktu menunjukkan pukul 6 sore, Isabel terbangun dari efek obat penenangnya ditambah dengan mendengar suara sang putri yang sedang bermain.Isabel menyentuh kepalanya dan merasa sedikit pusing, Kenan melihat itu dan langsung menghampiri Isabel.
“sayang...”Isabel tak menjawab Kenan dan Marsha yang melihat Isabel sadar langsung memanggil dokter.
“Keisa sayang kamu tunggu disini ya, Tante panggil dokter dulu”.Keisa mengangguk paham dengan yang dikatakan Marsha.
Tak lama dokter datang bersama dengan Marsha, lalu memeriksa keadaan Isabel.
Isabel sekarang cukup tenang, ia tidak lagi histeris, hanya saja Isabel menjadi pendiam, setiap ditanya ia hanya diam dan menatap ke arah luar.
Kenan terlihat sangat lelah dan juga berantakan, Marsha mengerti dengan keadaan mereka saat ini, ia pun tak ingin membuat Isabel kepikiran, jadi dirinya hanya terdiam menatap kedua insan itu.
Keisa tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arah Orang tuanya itu, Keisa menyentuh tangan Isabel.
“Mama...”Isabel menatap putri kecilnya dan menggendongnya ke pangkuannya, air mata perlahan menetes.
“hiks...maafin mama sayang hiks....”.“no no mama no nangis...”.
Putri kecilnya menyeka air mata Mamanya itu, Isabel tersenyum melihat itu.
“iya sayang Mama ga nangis kok”Keisa memeluk mamanya hingga akhirnya dirinya tertidur di pangkuan Isabel.
Isabel sadar bahwa dirinya tidak boleh terlalu larut dalam kesedihan karena ia masih memiliki putri kecilnya.
Sementara itu, Marsha sudah pulang sejak tadi dan meninggalkan mereka bertiga disana.
Isabel menatap ke arah Kenan yang sedari tadi menatap putri kecilnya di pangkuannya.
Isabel menyadari Kenan yang terlihat lebih kurus dan juga berantakan, lalu ia menyentuh wajah suaminya itu.
“paps..., Kamu udah makan ?”.“uu...udah kok”.
“jangan bohong paps”.
“ii..iya, aku belum makan”.
Isabel mengambil ponselnya dan menelepon salah satu bodyguard untuk minta tolong membeli makan untuk Kenan.
Selang beberapa waktu bodyguard itu membawa makanan dan juga susu untuk putri mereka.
“kamu makan dulu gih..”.“tapi kamu juga makan ya”.
“iya”.
Isabel hanya boleh makan makanan dari rumah sakit sedangkan Kenan, ia memakan makanan yang dibeli tadi. Agar tidak menimbulkan suara keras, mereka berdua makan perlahan supaya putri mereka tidak terbangun.
Kenan dengan setia menyuapi IsabelSelesai makan, mereka berdua mengobrol dengan tenang.
“maafin aku, aku ga bisa jagain kalian”.“ini bukan salahmu paps, ini juga salah aku”.
“no, ini salahku, ga seharusnya aku membiarkan kamu sendiri, harusnya hiks...aku menemani mu”.
“jangan nangis paps, malu Lo sama anak kamu, masa papa Keisa nangis sih, ini bukan salahmu, janji sama aku kalau kamu ga akan pernah menyalahkan dirimu lagi”.
Kenan tersenyum menatap Isabel yang sudah sedikit lebih semangat.
“ iya...,kita harus jalani hari yang baru”.“hmm kamu benar paps, kita masih punya Keisa”.
Sebenarnya hati Isabel juga menangis, namun ia menahannya, ia sedih menatap suaminya, dirinya sadar bahwa orang yang paling terluka saat ini adalah suaminya.
Kenan berdiri dan mencium kening istrinya.
“ya udah kamu istirahat dulu sayang, biar Keisa aku yang gendong”.“iya”.
Keisa ternyata tertidur sepanjang malam dalam pangkuan Kenan. Dan Isabel juga sudah tertidur sejak tadi.