Episode 1 Hari Kelahiran Delia
"Nakal itu belum tentu kotor, dan baik juga belum tentu suci. Jadi, kenali terlebih dahulu sebelum membenci dan koreksi diri sebelum mencaci."
***
Sabtu, 20 Februari 1998.
Debur ombak terdengar keras ketika menghantam karang. Laut dan langit saat ini terlihat sangat biru seakan menyambut hari bahagia.
"Permisi!"
"Iya, ada yang bisa saya bantu, Bu?" Pelayan wanita itu tersenyum ramah.
"Saya baru naik kapal ekonomi, mau tanya bagian tempat duduknya di sebelah mana, ya?" tanya ibu paruh baya yang sedang mengandung.
"Oh, tempat duduknya ada di bagian tengah kapal. Mari saya antar, Bu!" ucap pelayan wanita.
Ibu itu mengikuti langkah sang pelayan dengan sangat pelan. Dilihat dari perutnya, beliau sudah memasuki bulan kesembilan yang berarti hanya menunggu bayinya untuk lahir.
Ketika kapal sudah berlayar selama satu jam, Ibu yang tengah mengandung merasakan nyeri di perutnya.
"Aduh! Aduh, Mbak! Perut saya kontraksi!" teriak ibu itu, membuat semua orang yang ada di sekitarnya merasa kebingungan, tak terkecuali kru kapal wanita itu.
"Tolong! Apa di sini ada seorang bidan atau dokter?" Kru kapal itu panik, dengan melihat ke arah semua penumpang.
Dari kejauhan, nampak seorang wanita dengan anak laki-lakinya berlari menuju sumber suara.
"Saya! Saya seorang dokter," ucapnya dengan yakin.
"Kalau begitu bantu kami untuk persalinan Ibu ini," pinta pelayan padanya.
Ibu itu dituntun perlahan untuk memasuki ruang tempat tidur khusus penumpang. Orang-orang memandang dengan wajah cemas, berharap Ibu dan anak yang ada di kandungannya lahir dengan selamat dan sehat.
Tak selang satu jam, tangisan bayi terdengar memenuhi ruangan. Suara tangisannya memekakkan telinga, tetapi ada rasa syukur dan terharu yang di rasakan oleh semua orang yang ada di dalam kapal.
"Wah, selamat, ya, Bu. Bayinya berjenis kelamin perempuan," ucap wanita yang membantu persalinan sambil memberikan bayi ibu itu.
"Anakku yang can ...."
Belum selesai berbicara, sang ibu langsung pingsan dan kembali membuat panik para penumpang.
"Bagaimana ini, Dokter?" panik pelayan kapal.
"Ibu ini mengalami pendarahan, kita harus sampai ke daratan dengan cepat!" pinta sang dokter dengan tegas.
"Tapi kita butuh waktu 30 menit untuk sampai ke daratan."
"Baiklah, coba kamu pinta nahkoda untuk sedikit mempercepat laju kapal dan saya akan menangani Ibu ini."
"Baik!" jawab sang kru kapal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cordelia✓ (Telah Terbit)
Teen FictionDua sahabat terpisah karena tragedi kecelakaan yang terjadi dua belas tahun lalu, mengakibatkan hilangnya ingatan dan meninggalkan bekas luka di wajah salah satunya, Cordelia. Namun, takdir mempertemukan mereka kembali. * "Aku akan menerima Delia me...