¶Episode 11

50 53 0
                                    

Teman Hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Teman Hidup

Saat ini Irene tengah bersiap-siap untuk datang ke pondok pesantren. Dia membutuhkan tanda tangan Rizqi, dalam sebuah berkas yang tidak bisa menggunakan tanda tangan sekretaris.

"Pak, saya akan pergi ke pondok pesantren untuk bertemu dengan Pak bos. Jadi, rapat untuk hari ini di tunda saja dulu," ucap Irene.

Irene tidak perlu bertanya-tanya lagi pada Rizqi di mana alamat pondok pesantren itu. Irene juga sudah melihat brosur yang Rizqi bawa, beberapa hari yang lalu dia memotret brosur itu.

"Baiklah, aku akan lihat kejadian apa yang sedang terjadi di sana," ucapnya, dengan menancapkan gas mobil yang sedang dia kendarai.

***

Saat ini tanggal merah jadi pendidikan di madrasah libur. Aku sedang duduk di balkon yang di buat khusus untuk bersantai.

Tiba-tiba Rizqi datang, dan ikut duduk di sebelahku.

"Lagi dan lagi, senang sekali ya duduk sendirian."

"Mau bagaimana lagi, aku sudah sering duduk sendiri seperti ini," jelasku.

"Aku pernah mendengar, kalau kamu kehilangan ingatan saat masa kecil. Apa itu benar? Dan jika benar, apa kamu ingin bercerita sebab hilangnya ingatanmu itu?"

Aku hanya diam mendengar pertanyaan dari Rizqi. Dengan memakan waktu banyak aku tetap saja diam.

"Jika kamu tidak ingin bercerita, tidak apa-apa. Aku juga tidak akan memaksa," ucapnya.

Dengan menarik nafas dalam, aku memutuskan untuk bicara.

"Aku tidak ingat kejadian itu. Tetapi, yang aku tau dari Umi. Bahwa aku mengalami kecelakaan sebelum Umi membawaku pulang ke sini. Dan dari situ aku lupa masa kecil yang sudah aku jalani selama 7 tahun. Setiap kali aku berusaha untuk mengingat, kepalaku selalu saja merasa sakit," jelasku yang meneteskan air mata.ww

Aku menjelaskan apa yang aku tahu. Karena ingatan yang hilang itu aku sampai tidak tahu kejadian apa yang sudah aku alami. Ketika aku bercerita, ternyata Rizqi membuat mahkota dari pohon rambat yang tumbuh di balkon, dan menghiasinya dengan bunga mawar milik Umi.

"Sudah jangan menangis, angkat mahkotamu ukhti," ucap Rizqi setelah memasangkan mahkota itu di kepalaku.

Kejadian ini sepertinya pernah aku alami. ketika aku bersama Rizqi ada beberapa ingatan yang sepertinya mulai aku ingat kembali.

"Siapa kamu? Dan ada hubungan apa kamu dengan diriku?" Ucapku dalam hati.

Tin! Tin!

Cordelia✓ (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang