"Tidak ada cinta yang baik tanpa melibatkan Tuhan, dan tidak ada cinta yang mampu bertahan tanpa disertai Iman."
***
"Nak Rizqi, bagaimana keadaan perusahaan?" tanya seorang lelaki paruh baya, yang selama ini ia panggil Papa.
"Alhamdulillah, Pa, semuanya baik dan terkendali," jawabnya.
"Syukurlah kalau begitu."
"Oh, iya, Pa, besok Kak Rizqi harus keluar kota untuk melihat dan meresmikan kantor cabang yang ada di sana."
"Kalau begitu, lebih baik sekarang kamu tidur dan meminum vitamin!" perintah sang papa.
"Baiklah, Kak Rizqi ke kamar dulu," pamitnya seraya melangkah pergi menuju kamar.
Waktu masih menunjukkan pukul 20.00 WIB. Namun, Kak Rizqi tak sanggup untuk terus menerus menahan kelopak matanya agar tidak tertutup. Akhirnya, tanpa sadar dia terlelap dengan tubuh yang lelah dan pikiran yang terlalu berat.
Saat pagi tiba, bukan suara alarm yang membangunkannya, tetapi dering telepon dari sekretaris kantornya.
"Emm, iya ada apa?" tanyanya dengan mata yang masih tertutup.
"Hari ini Bapak ada agenda untuk berkunjung ke kantor cabang yang ada di Bandung," jelas suara dari seberang.
"Iya, saya sudah tahu. Kamu dan tim persiapkan saja berkas yang harus saya bawa."
"Baik, Pak."
Telepon pun berakhir, tetapi dia tak beranjak dari tempat tidurnya. Kini matanya tertuju pada sebuah foto bersama dengan bingkai berwarna putih berkilau. Di foto itu terdapat gambar dirinya duduk di samping sahabatnya. Foto bersama itu diabadikan ketika acara di panti asuhan yang sempat dia tinggali dulu.
"Hai, bagaimana kabarmu? Aku harap, kamu baik-baik saja di sana. Maaf kalau sampai saat ini aku belum bisa menemukanmu. Semoga Tuhan mempertemukan kita kembali," gumamnya dengan yakin.
***
Tahun ajaran baru telah tiba. Seperti biasa, pesantren memilih beberapa santrinya untuk membagi brosur dan menempelkannya di pohon ataupun di dinding pinggir jalan utama.
"Ustaz sudah menempelkan kertasnya di mading. Di sana berisi tentang nama-nama santriwati yang dipilih untuk membagikan brosur. Saya minta untuk nama-nama yang sudah tertulis di kertas itu berkumpul terlebih dahulu di aula sepulang sekolah. Saya ucapkan terima kasih, was-salamu 'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh," ucap Ustaz Agam menutup pembelajaran untuk hari ini.
"Wa 'alaikumus-salam wa rahmatullahi wa barakatuh."
Kini semua langkah kaki santriwati menuju ke arah mading. Semua berharap namanya tertulis di kertas. Bagaimana tidak, banyak kesempatan yang dapat kami rasakan, terutama menghirup udara di luar pondok pesantren. Bukan tidak diperbolehkan keluar dari pondok, tetapi sedikitnya waktu yang diberikan jika kami izin untuk keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cordelia✓ (Telah Terbit)
Teen FictionDua sahabat terpisah karena tragedi kecelakaan yang terjadi dua belas tahun lalu, mengakibatkan hilangnya ingatan dan meninggalkan bekas luka di wajah salah satunya, Cordelia. Namun, takdir mempertemukan mereka kembali. * "Aku akan menerima Delia me...