¶Episode 7

78 62 13
                                    


Menepati Janji

"Jangan berjanji jika kamu akan mengingkari!"

***

Sebuah koper hitam di sudah berada di genggaman Rizqi.

"Bapak mau kemana? Bukannya masih ada satu hari lagi sebelum Bapak berangkat ke pondok pesantren?"

"Tidak, sepertinya lebih baik jika saya berangkat hari ini. Jangan lupa dengan tanggung jawab yang sudah saya berikan kepadamu." Rizqi langsung beranjak dan meninggalkan Irene tanpa mengucapkan salam perpisahan.

Tanpa banyak melakukan hal lain, dia sudah berada di mobil. Rizqi memilih membawa mobil sendiri, agar memudahkan dia untuk bepergian setelah di pondok nanti. Ketika di perjalanan dia menelfon adiknya terlebih dahulu.

"Hallo, ada apa kak?" tanya Kevin dari seberang.

"Kakak tahu kamu tidak ingin tinggal di pondok pesantren, dengan gantinya kakak yang harus tinggal di sana. Tapi kakak mohon, kamu harus meminta maaf secara langsung kepada korban yang kamu tabrak dan pihak pesantren. Kakak tunggu kamu di sana untuk alamatnya sudah kakak kirim di WhatsApp."

Rizqi langsung mematikan telpon, dia malas mendengar jawaban dari adiknya itu.

"Aish, menyebalkan sekali. iya, iya aku akan kesana."

Kevin beranjak dari tepat tidurnya, berganti pakaian dan pergi. Saat diperjalanan dia mampir di toko oleh-oleh untuk membeli roti dan parsel buah.

"Setidaknya aku datang tanpa tangan kosong," Ucap Kevin melanjutkan perjalanannya.

Di sisi lain Rizqi sudah sampai di pondok pesantren.

"Assalamu'alaikum," ucap Rizqi dibarengi oleh ketukan pintu.

"Waalaikumsalam, maaf Pak ada yang bisa saya bantu?"

Kini seluruh pandangan santriwati maupun santriwan mengarah padanya. Perawakan yang ada di dirinya manarik semua pandangan.

"Saya ingin bertemu dengan Cordelia, dan korban kecelakaan kalau tidak salah namanya Nawal. Apakah saya bisa bertemu dengan mereka?"

Setelah mendengar itu Rizqi dipersilakan duduk terlebih dahulu. disajikan untuknya secangkir teh hangat.

"Maaf sebelum itu, kalau boleh tau anda siapa?" tannya Ustadz Yusuf.

"Saya kakak dari orang yang tanpa sengaja menabrak Nawal."

"Oh, baiklah. Akan saya panggilkan Nawalnya terlebih dahulu. Tunggu sebentar!" Ustadz Yusuf beranjak dari tempat duduknya.

Cukup lama Rizqi menunggu, tiba-tiba dering telpon dari hpnya berbunyi.

"Hallo kak, Kevin sudah di depan pondok pesantren."

"Iya, tunggu di situ kakak akan menjemputmu."

Rizqi juga beranjak dari tempat duduknya. Ketika kembali kedalam tanpa sengaja dibarengi dengan datangnya Ustadz Yusuf dan Nawal.

"Assalamu'alaikum," ucap Kevin.

"Waalaikum'salam," jawab Nawal dan Ustadz Yusuf.

"Ini sedikit oleh-oleh, dan permohonan maaf dari saya."
Kevin menaruhnya di atas meja.

"Tak usah repot-repot, dengan kedatangan anda sudah lebih dari cukup."

Ustadz Yusuf berterimakasih dan membawa oleh-oleh itu masuk. Tidak beberapa lama beliau kembali dengan makanan itu yang sudah tertata rapih di atas piring.

Mempersilakan mereka untuk memakannya, setelah itu Ustadz yusuf pamit untuk mengerjakan pekerjaan yang lainnya. Begitu juga Rizqi, meninggalkan mereka berdua karena harus ke kamar mandi. Mungkin saat ini banyak pertanyaan yang ada di pikiran Nawal. Karena terlalu lama penasaran ia memberanikan diri untuk bertanya.

Cordelia✓ (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang