Selepas melaksanakan shalat Dhuhur. Mereka semua kembali ke alun-alun.
"Apa Kita perlu membeli makanan lagi?" ucap Nawal seraya menyebrang jalan dengan berjalan mundur.
"Sudah, aku terlalu kenyang untuk menampung makanan lagi," jawab Nur.
Nawal tidak tau bahaya apa yang mengintainya. Dia merasa kegirangan dengan semua kegiatan hari ini.
"Nawal, AWAS!" teriak mereka, tetapi nahas. Nawal belum sempat menghindar, dirinya sudah terpental dan tak sadarkan diri.
Sebuah sepeda motor melaju dengan kecepatan sedang menabrak Nawal. Mengakibatkan tubuhnya sedikit terpental dan luka di bagian lutut maupun kening.
"Astaghfirullah, Nur cepat kau telfon Delia!" ucap Siti salah satu santriwati yang bersama kami.
Nur langsung merogoh handphone yang berada di kantung bajunya. "Hallo Delia, Na-wal, Nawal tertabrak motor." Seketika tangisan Nur pecah selesai berbicara.
Disisi lain, laki-laki yang menabrak Nawal juga menelfon seseorang. Entah dia menelfon siapa, yang jelas itu pasti kerabatnya.
"Kamu harus tanggungjawab! hiks hiks," ucap Nur.
"Iya saya akan tanggungjawab. Saya sudah menelfon ambulance dan kakak saya," ucap laki-laki itu.
Tak selang beberapa lama ambulance pun datang di barengi dengan datangnya diriku. Tanpa banyak bicara kami pun membawa Nawal ke rumah sakit.
Kami semua menunggu di lorong depan pintu IGD. Dengan perasaan cemas, tak selang beberapa lama akhirnya dokter keluar dari ruangan.
"Siapa wali dari pasien?" tanya sang Dokter.
"Saya Pak, bagaimana keadaan pasien?" Aku beranjak dari tempat duduk.
"Keadaan pasien tidak terlalu menghawatirkan, hanya mengalami luka pada bagian kepala dan kaki," jelas sang Dokter.
"Apa pasien sudah boleh kami lihat, Dok?" Nur menimpali.
"Setelah pasien kami pidahkan, kalian boleh melihatnya."
Setelah Nawal di pindahkan, kami pun berkumpul di ruangan yang sama.
"Assalamu'alaikum," Ucap seorang pria setelah membuka pintu.
"wa'alaikumsalam," Jawab kami hampir berbarengan.
"Kakak!" Teriak laki-laki yang menabrak Nawal.
"Kevin, bagaimana ini bisa terjadi?"
Langkah kakak dari Kevin mendekatiku, menatap mataku dalam.
"Apa kamu wali dari korban?"
"Iya, saya walinya. Saya harap anda bisa bertanggung jawab penuh atas kejadian ini."
Semua orang dalam ruangan ini hanya terdiam, dengan raut wajah yakin bahwa aku mampu memintai pertanggung jawaban dari keluarga pelaku.
"Tenang saja, saya akan menanggung administrasinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cordelia✓ (Telah Terbit)
Teen FictionDua sahabat terpisah karena tragedi kecelakaan yang terjadi dua belas tahun lalu, mengakibatkan hilangnya ingatan dan meninggalkan bekas luka di wajah salah satunya, Cordelia. Namun, takdir mempertemukan mereka kembali. * "Aku akan menerima Delia me...