Receipt Seven

21.8K 1.2K 38
                                    

Receipt Seven

Mata Kevin kelihatan sangat bersinar ketika melihat sosok Adriel yang datang dan masuk ke café. Dia memakai baju terusan berwarna putih dengan sebuah bros mawar yang terselip dengan manis di pinggangnya. Aku cepat-cepat menyingkirkan Kevin—yang menuju kearahnya—dan berkata, “Selamat datang, Nona. Aku akan mengantarkan Anda ke meja Anda. Silakan lewat sini.”

Adriel kelihatan terpaku beberapa saat melihatku. Tentu saja dia akan kaget melihat temannya yang cewek berpakaian seperti ini. Namun aku tidak mendengar protesannya karena dia langsung mengangguk.

“Alex, biar aku saja yang—”

Aku cepat-cepat memotong, “Bos, ada banyak pelanggan yang harus Anda layani,” aku memberikan kode padanya, menunjuk cewek-cewek cantik di belakangnya. Bisa kulihat kalau Kevin menggerutu sedikit, sebelum akhirnya dia sadar dan kembali sibuk dengan urusannya.

“Gue nggak nyangka kalau suasana café ini oke juga,” Adriel menatap berkeliling, menganggumi café kami. “Harusnya gue bawa pasangan kemari ya? Kelihatannya disini berpasangan semua.”

Aku mendengus jengkel padanya. “Itu sebabnya aku melarangmu datang. Ngapain sih datang? Aku panik tahu.”

Adriel tersenyum. Aku menarik kursi padanya dan dia duduk dengan anggun. Ingin kuratapi diriku sendiri. Aku dan dia benar-benar berbeda jauh. Segera kuberikan menu padanya dan Adriel kembali berbisik.

“Gue boleh pesan pelayan kan?”

Aku bisa memerkirakan apa maksudnya. “Baiklah, baiklah. Aku akan membawanya untukmu. Tunggu sebentar.” Adriel kesini hanya untuk Ariel. Untuk membuktikan apakah perkataanku bisa dibuktikan atau tidak. Aku bisa menduga kalau dia akan datang setiap hari ke café ini hanya untuk menemui Ariel.

“Loh? Bukannya kau melayani tamu?” Ariel menegurku, membawa nampan yang di atasnya terletak minuman buah.

“Ariel, kau bisa membantuku kan? Dia sama sekali tak mau aku yang melayani dia. Jadi, biar aku saja yang membawa ini, oke?”

“Tapi—”

Aku tidak mendengarkan dia dan mengambil alih nampannya. “Ini dibawa ke meja nomor berapa?”

“Empat. Aku harus ke meja berapa?”

Yes! “Ke meja nomor sebelas.”

Ariel memang baik. Aku memperhatikan dia mendatangi meja Adriel dan aku kembali tersenyum melihat Adriel tampak malu-malu berbicara pada Ariel. Dasar! Kulangkahkan kakiku menuju meja pesanan Ariel.

“Tuan, Nona, silakan,” aku memberikan senyuman terbaikku. Kuperhatikan orang-orang di meja ini: mereka mengenakan dasi dan jas, serta gaun yang sangat modis. Mereka teman-temannya Kevin.

“Whoa, cute banget.” Salah satu cewek yang ada di meja itu menatapku tanpa berkedip. “Kevin benar-benar tahu cara memilih pelayan yang oke ya?”

Amour CafeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang