Receipt Nineteen

21.9K 1.2K 47
                                    

Receipt Nineteen

Kau tahu rasanya, ya kan? Tiba-tiba saja café terasa kosong walau ada tambahan dua karyawan baru disini. Hazel sudah berangkat sekitar jam sepuluh. Aku tak bisa mengucapkan selamat jalan padanya ke bandara karena aku ada kelas dan ujian dadakan—Adriel nyaris menangis karena ini. Jadi Hazel pergi sendirian tanpa ditemani siapapun.

Felix juga sedang sibuk-sibuknya mengurusi kepergiannya. Dia tak muncul di café dan saat kutanya di telepon, katanya dia sedang mencari baju-baju yang akan dia bawa ke Jerman serta buku-buku yang akan dia bawa kesana.

Kian ada di dapur, sibuk sendirian sementara pesanan datang silih berganti. Beberapa pelanggan yang mengenal Hazel dan Felix menanyai keberadaan mereka dan begitu mereka tahu kalau Hazel dan Felix tak akan datang ke café untuk sementara waktu, para pelanggan itu kelihatan cukup sedih.

“Apa kau sebegitu sedih karena pacarmu pergi jauh?” Ariel mendatangiku yang melamun sendirian di depan pintu. Dia tersenyum menenangkan. “Kenapa kau tak telepon saja dia? Tanya kabarnya. Kurasa kalau kau bilang bahwa kau rindu suaranya, Hazel pasti langsung meneleponmu.”

Itu masalahnya, aku membatin putus asa. Aku dan Hazel tak pernah benar-benar pacaran jadi aku sama sekali tak punya alasan untuk meneleponnya, apalagi ke luar negeri. Dan alasan menanyakan keadaannya sebagai sahabat rasanya terlalu berlebihan.

Ariel mendekat, memegangi dahiku. “Hum… kau tak sakit.”

“Aku memang tak sakit tahu,” kataku menyingkirkan tangannya.

“Kalian berdua,” Leo muncul, mengerutkan dahinya dan berkata dengan nada jengkel. “kalau kalian punya waktu berduaan kenapa tak bantu kami di dalam sana hah?”

Ariel nyengir, mengacak rambutku dan berkata, “Yuk, Lex, kurasa teman baru kita sedikit tak senang.”

Aku cuma bisa mengangkat bahu dan mulai bekerja lagi.

Amour memang café yang cukup menarik perhatian saat ini. Para pasangan yang berdatangan saling berpegangan tangan dan keluar dengan mata yang lebih berbinar dan lebih mesra daripada sebelumnya yang parah adalah saat mereka bertengkar. Tentu saja Amour pernah mengalami pengalaman terhadap pasangan yang broken heart. Ada beberapa kasus seperti: melihat pasanganganmu makan bersama orang lain—biasanya hanya ada tamparan disini, kemudian cowok yang melihat ceweknya kencan dengan cowok lain—kalau ini parah karena bisa jadi ada satu meja yang remuk sampai kemudian Hazel muncul dan menendang mereka keluar dari café, atau mungkin melihat cewek yang makan dengan empat selingkuhannya.

“Mau pesan apa?” aku menanyai salah seorang meja bernomor delapan. Dahiku sedikit mengerut melihat hanya ada dua cowok di meja ini. Pikiranku kembali bertanya: ini kan café untuk pasangan. Apa mereka pasangan ya? Aku penasaran sekali.

“Jus jeruk dan aku minta banana cake,” kata cowok yang kutanyai. Dia memberikan senyuman paling manis yang kulihat dan dahiku mengerut. Rasanya aku mengenali cowok itu. Tapi, siapa ya? “Kau?”

Amour CafeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang