Chap 19

641 62 11
                                    

[Malam hari setelah Momoi dan Riko menggiring member Kisedai ke kamar]

[CW//NSFW, 21+, anal sex, bare sex]

--

Himuro menuntun Murasakibara menuju ke ranjang di kamar mereka. Pemuda bersurai gelap itu hanya menyisip sedikit minuman yang disediakan tadi, jadi ia masih sepenuhnya sadar. Dengan perlahan memapah badan raksasa kekasihnya hingga--

'Bruk!!'

"Ugh! Kau berat, Atsushi."

Sekuat tenaga Himuro mencoba mendorong Murasakibara yang meniban tubuhnya. Namun titan ungu itu bergeming, tak bergerak satu inchi pun. Ia hanya dapat menghela napas dan menggucang pelan tubuh Murasakibara. Berharap kekasihnya itu akan bangun, tapi respon yang ia dapat malah membuatnya tersentak.

"Umh! A-Atsushi?"

Tangan besar Murasakibara perlahan merayap di bawah kaos Himuro. Jemarinya yang panjang itu mulai bergerak nakal kala menemukan tonjolan di pucuk dada sang submissive.

"Kau sudah sadar?"

"Hmm~"

Murasakibara sedikit mengangkat tubuhnya, membuat Himuro dapat sejenak bernapas lega. Tatapan sayu dari iris berwarna ungu itu menyisir tubuh Himuro yang masih berbalut pakaian lengkap. Dengan cepat, Murasakibara pun menyingkap kaos Himuro hingga menampilkan lekuk tubuh indah dari pemuda pemilik beauty mark di bawah matanya itu.

"Atsushi? Apa yang-- ahh!"

Tanpa aba-aba, Murasakibara menghisap dan menggigiti nipple Himuro. Darah berdesir karena rasa geli yang aneh disebabkan oleh perbuatan kekasihnya itu. Surai ungu Murasakibara pun diremas guna menyalurkan kenikmatan yang dirasakan Himuro.

"Nngh-- stopp!"

Tak sedikit pun ada niat untuk berhenti, tangan titan ungu itu malah bergerak membuka kaos Himuro dan melemparnya sembarang arah. Nasib sama pun diterima oleh celana panjang miliknya.

"Atsushi!!"

Himuro mendesah lega kala Murasakibara akhirnya mengakhiri kegiatan menghisapnya itu. Kekasih besarnya terlihat celingukan mencari sesuatu dan tak selang beberapa lama, Murasakibara menjulurkan tangannya untuk meraih benda yang berada di atas nakas.

"Kau enak, Muro-chin... tapi aku ingin menambahkan rasa lain padamu..."

"A-apa maksudmu?"

"Hmm, ini."

Murasakibara menunjukkan sebuah botol bertuliskan "golden syrup" kepada Himuro. Sirup manis itu sepertinya disediakan oleh pihak penginapan untuk para pengunjung yang ingin mencicipi rasa manis Australia. Menyeduhnya bersama teh atau mengoleskannya pada lembaran roti namun Murasakibara memilih untuk menggunakan nya dengan cara lain. Perasaan horor pun sekejap merasuki tubuh Himuro.

"Jangan bilang-- uhh!"

Sirup yang memiliki tekstur seperti madu itu terasa dingin kala menyapa kulit polos Himuro. Ia terperanjat saat Murasakibara juga membuka celana dalamnya dan lanjut menuangkan golden syrup itu ke area selatan tubuhnya.

Merasa telah menuangkan cukup sirup, Murasakibara melanjutkan acara menghisap nipple Himuro yang terlihat mulai membengkak karena ulahnya tadi. Tangan kanannya memilin dan bermain dengan pucuk yang lain sedangkan tangan kirinya turun, memberikan stimulasi pada penis Himuro yang sudah setengah tegang.

"Mmnh~ Atsushii--hhah!"

Desahan dan lenguhan mulai kembali terdengar. Himuro tak bisa melakukan apapun lagi selain meremas selimut yang penuh tumpahan sirup. Dadanya membusung saat hisapan Murasakibara mulai menguat bak bayi yang sedang menyusu pada ibunya.

Merasa puas dengan pucuk dada Himuro, Murasakibara beralih menjilati tubuh Himuro yang dilumuri sirup itu. Bergerak ke bawah dan kembali ke atas, meninggalkan jejak-jejak kemerahan, pria berbadan besar itu pun memarkirkan bibirnya pada bibir Himuro. Rasa manis sirup langsung menyerang indera pengecap sang submissive.

"Kau suka, Muro-chin?" Anggukan diberikan sebagai jawaban. Pemuda bersurai hitam itu tak dapat mengelak.

Murasakibara menurunkan celananya sendiri dan mengeluarkan benda pusaka yang memiliki ukuran sebanding dengan tubuh raksasanya. Ia menuangkan golden syrup pada benda besar itu. Himuro meneguk ludah kasar.

Melebarkan kaki Himuro, Murasakibara memposisikan penisnya di depan lubang kekasihnya. Wajahnya memerah dan napasnya memburu, alkohol yang ia minum juga berperan dalam hal ini.

"T-tunggu, Atsushi! Itu tak akan bisa masuk."

"Umh... Tapi aku ingin memasukkannya, Muro-chin..."

"Haah, gunakan jarimu dulu."

Himuro menuntun jari Murasakibara untuk meregangkan lubangnya. Ia masih tak memiliki kepercayaan diri bahwa excalibur kekasihnya itu dapat memasukinya. Himuro tau betul seberapa besar ukuran kejantanan Murasakibara saat mereka melakukan foreplay sebelumnya. Tidak akan muat!!

"Ungh! Ya, di sana."

Tiga buah jari dalam lubang Himuro bergerak semakin cepat menyentuh titik yang sama. Golden syrup yang raksasa ungu itu tuangkan sangat membantu sebagai pengganti pelumas, meminimalisir rasa sakit yang dirasakan oleh Himuro.

"Apa aku bisa memasukkannya sekarang?"

"Uhh--"

"Muro-chin?"

Himuro menggigit bibir bawahnya, ia masih merasa ragu namun akhirnya mengangguk pelan memberikan izin kepada Murasakibara. Jemari panjang Murasakibara pun dikeluarkan dan digantikan oleh pucuk kejantanan yang perlahan memasuki lubang kenikmatan itu.

"AH!! Pelan-pelanh--"

Tubuh bagian bawahnya serasa dirobek menjadi dua. Himuro mencengkeram lengan Murasakibara dengan erat. Ciuman panas kembali ia rasakan, sedikit mengalihkan Himuro dari rasa sakit di bawah sana.

Murasakibara lanjut memajukan pinggulnya dengan pelan-pelan, mendorong penisnya yang baru masuk setengah. Himuro pun mendesah dan mengusakkan wajahnya pada lekukan leher Murasakibara. Tangannya beralih memeluk erat punggung lebar sang dominan.

"Mmh-bergeraklah, perlahan."

Menuruti titah pemuda yang ditindihnya, Murasakibara mulai memaju mundurkan pinggangnya dengan tempo yang pelan. Ia tak ingin menambah rasa sakit yang dirasakan oleh Himuro.

"Nnghahh yessh!"

Sepertinya Murasakibara mengenai titik yang tepat. Rasa sakit perlahan berubah menjadi kenikmatan. Sang titan ungu mempercepat temponya membuat Himuro mendesah hebat.

"Hmmnh Muro-chin hh-memang lezat..."

"Umnh ak--ahhh!!"

Himuro tak lagi bisa menjawab ucapan Murasakibara. Hanya desahan yang kini lolos dari mulutnya. Ia sudah tidak dapat memikirkan apapun lagi kala mereka berdua telah mencapai puncak dan akhirnya orgasme di waktu yang hampir bersamaan.

Tarikan napas menderu. Himuro hampir pingsan kelelahan hanya dengan satu ronde. Ia butuh istirahat. Kekasihnya itu benar-benar tidak main-main. Apalagi dengan ukurannya--

"Sirupnya masih banyak, Muro-chin..."

'TERKUTUKLAH!!!'

--
Tbc

Mohon untuk tidak meniru kelakuan Murasakibara Atsushi

NandodemoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang