Chap2

5.9K 361 44
                                    

Takao dan Midorima baru saja menginjakkan kaki di tanah kelahiran sang hawk eye. Mereka memasuki sebuah taxi yang sudah stand by di pintu keluar bandara. Segera bergegas menuju kediaman keluarga Takao.

Pemilik iris emerald itu terus saja melekatkan pandangan pada kekasihnya. Ia merasa sosok periang itu sedikit lebih pendiam sekarang ini.

Sadar diri kalau ia bukanlah orang yang pandai menghibur, Midorima hanya bisa menggenggam tangan Takao sembari mengusapnya pelan. Dan, masih dengan kadar tsunderenya yang tinggi, ia memalingkan wajahnya menghadap depan kala pemuda manis di sampingya itu menolehkan kepala ke arahnya.

"Arigatou na, Shin-chan."

"Untuk apa kau berterimakasih padaku?"

"Sudah bersedia menemaniku."

"Bukan masalah besar-nanodayo."

"Dan untuk segala dukungan yang kau berikan."

"Aku tidak pernah merasa telah melakukan itu-nodayo."

Takao terkekeh dan mempererat genggaman tangan mereka. Lalu dengan tanpa mengindahkan kehadiran supir taxi yang mengantar mereka, ia menyenderkan kepalanya pada pundak Midorima. Mencari kenyamanan sementara sebelum menyiapkan diri dengan kenyataan yang harus ia hadapi setelah ini.

"Sering-seringlah simpan sikap tsundere mu itu saat bersamaku."

"Aku tidak tsundere-nanodayo."

Kalimat 'aku mencintaimu' terucap dari bibir Takao tanpa suara. Kembali membuat Midorima memalingkan wajah, enggan menatap ke arahnya. Pemilik surai hijau itu tersenyum tipis sembari membalas pernyataan cinta sang kekasih di dalam hati.

Pemuda poni belah tengah itu merapalkan syukurnya pada Kami-sama. Lagi dan lagi. Karena berkat makhluk tsundere yang sudah resmi menyandang status sebagai kekasihnya itu, ia merasa tidak sendirian menghadapi perkara yang menimpanya.

Setelah membayar taxi yang mereka tumpangi, kedua sejoli itu melangkahkan kaki melewati pekarangan sebuah rumah yang terlihat terawat dengan baik. Menekan bel di sebelah pintu, mereka menunggu keluarnya sang empu.

"Baa-san!!"

"Kazu-chan!!!"

--

Kembali ke dorm Kiseki no Sedai. Aomine Daiki, pemuda berkulit tan dan bersurai biru tua itu sedang duduk di kursi santai yang berada di teras belakang. Menikmati pemandangan taman belakang? Sepertinya bukan. Karena di tangan pemuda bergelar god rapper itu sudah bertengger manis sebuah majalah yang kalian pasti sudah tau sendiri siapa foto yang menghiasi cover majalah dewasa tersebut.

Cuaca masih saja panas walaupun bulan sudah memasuki awal musim gugur. Itu sebabnya Aomine hanya memakai kaos tak berlengan yang tipis dan celana jeans selutut. Masih tampak memukau seperti biasa.

Sreet!

"APA YANG--"

Aomine terdiam kala melihat orang yang mengambil paksa majalahnya adalah kekasihnya, Kagami.

"Bisa kau kembalikan itu, Taiga-chan?"

"Sudah ku katakan, berhenti membaca majalah tak bermoral ini AHOMINE!!"

"Kenapa? Kau cemburu dengan majalah lagi hm?"

Wajah Kagami berganti warna menjadi merah padam. Entah kenapa cuaca panas ini terasa semakin meningkatkan kadar amarahnya.

"Akan ku bakar semua majalah yang kau simpan di kamarmu!"

"Matte Taiga-chan!"

Aomine memeluk erat pinggang Kagami dari belakang saat pemilik surai gradasi merah itu berbalik dan hendak masuk ke asrama.

"Lepas!! Kau membuatku tambah kepanasan!"

"Kau tak bisa membakar koleksi majalahku. Aku juga butuh hiburan."

"Kau sudah tidak membutuhkan tumpukan sampah itu! Aku juga bisa menghiburmu. Aku kekasihmu."

Menelan ludah kasar, Kagami merasakan hawa tak mengenakkan dari balik tubuhnya. Di sana ada Aomine yang tersenyum licik penuh arti. Sepertinya Kagami salah bicara.

"Jadi, kau ingin menggantikan fungsi majalah itu eh?"

Saat Kagami terdiam berusaha mencerna perkataan Aomine barusan, sebuah tangan berkulit tan sudah asik bergerilya di dalam kaos Kagami. Mulut Aomine juga tak henti-hentinya memberikan serangan pada leher jenjang yang putih menggoda di hadapannya.

"B-bukanhh ss-seperti ini yang-- uhh kumaksud!!"

"Lalu?"

"Ngghh- AHH!"

Raut muka Kagami berubah horor. Ia merasakan suatu tonjolan di antara bongkahan pantat sintalnya. Dan ia tidak cukup bodoh untuk tidak mengetahui benda apa yang sudah mengeras di sana.

"Aah~ sepertinya kau membuat sesuatu di bawah sana terbangun~~"

"I-itu salahmu sendiri Aho!!"

"Aku tidak akan seperti ini jika kau tidak memancingku, sayang~"

Suara baritone itu membuat rona merah kembali menghiasi wajah Kagami. Aomine pun sudah tak tahan lagi. Ia mengangkat sang kekasih di pundaknya. Bagai seorang kuli yang mengangkat karung berasnya. Rontaan dan pukulan tak ia indahkan sama sekali.

"Ayo kita buat hari ini semakin panas, Taiga-chan~"

--
Tbc

Aku emoh kalo ceritanya jadi 18+ 😇😇😇

NandodemoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang