Part 6 : Ketahuan Bunda

1.2K 124 71
                                    

Maaf Readers, ada kesalahan ketika mempublish chapter 5 dan chapter 6 yang ga berurut, jadi baca chapter 5 dulu ya biar ga langsung loncat ke chapter 6 😅

Maaf atas ketidak nyamanan kalian ketika membaca cerita ini🙏

Happy Reading Readers! VOTMEN WAJIB :) DON'T BE SIDERS!

÷===============×

Sepasang kelopak mata terbuka menandakan bahwa orang itu telah bangun dari tidurnya. Tangannya mencoba meraba sisi sebelahnya. Kosong. Pertanda bahwa tidak ada yang menempati sisi itu.

Kia bangkit dari kasurnya dan berjalan keluar untuk mencari sosok kekasihnya itu. Namun ia tidak menemukan sosok itu dimana pun. Sekarang ia akan bertanya kepada pelayan yang ada di rumah besar ini.

"Bi. Kak Leo dimana?"

"Saya tidak tau, nona. Hanya saja beberapa menit yang lalu Tuan muda pergi keluar dengan wajah yang emosi," jawab Bibi.

Emosi? Kia bertanya-tanya apa yang membuat Leo menjadi emosi. Apa sesuatu yang  telah terjadi?

"Baiklah. Bibi bisa kembali bekerja."

Kia sudah tidak ambil pusing mengenai Leo. Mungkin saja laki-laki itu mengalami masalah di kantornya. sekarang Kia berencana ingin memasakan makanan ke sukaan Leo.

Dengan telaten Kia memotong bawang merah menjadi potongan kecil. Tapi karna kecerobohannya ia tidak sengaja mengiris jarinya sendiri. Tetesan darah merah pekat pun mengalir dari jari telunjuknya.

"Kau melanggar aturanku."

Suara datar terkesan dingin itu membuat Kia terkejut. Gadis itu melupakan satu hal mengenai sikap otoriter kekasihnya. Ia dilarang menyentuh dapur.

"Kia cuma pengen masakin makanan kesukaan, Kak Leo," cicit Kia. Kedua tangannya saling meremas untuk mengurangi rasa takutnya.

Leo hanya terdiam tidak mengatakan sepatah kata lagi dan memilih pergi menuju kamarnya. Sikapnya yang seperti itu membuat Kia semakin dirundung rasa sesal. Kia segera berlari menyusul Leo tanpa menghiraukan lukanya.

Di kamarnya, Leo ingin menyegarkan tubuhnya dan juga pikirannya. Dia sedikit kesal dengan gadisnya. Apakah Kia tidak mengerti kalau di khawatir?

Sementara itu, Kia sudah berada di kamar Leo. Namun ia tidak menemukan keberadaan Leo. Suara gemericik air membuat Kia tahu bahwa Leo sedang mandi. Ia pun duduk di pinggir kasur untuk menunggu Leo selesai dari kegiatan mandinya.

Suara air yang berhenti serta suara deritan pintu menandakan bahwa Leo baru saja selesai. Laki-laki itu keluar dengan handuk yang hanya menutupi bagian bawahnya saja. Kia yang melihat bagaimana sempurnanya tubuh Leo membuat tubuhnya panas dingin. Lalu ia segera mengalihkan pandangannya ke arah lukisan abstrak yang berada di kamar itu.

"Tubuhku lebih menarik dari pada lukisan itu, sayang," bisik Leo yang entah sejak kapan sudah berada disamping Kia.

Hembusan nafas Leo ditelinga gadis itu membuatnya meremang. Bunyi degupan jantungnya membuat Kia malu jika Leo mendengarnya. Posisi yang terlihat intim itu membuat Kia menahan nafas. Jika dibiarkan terus seperti ini, Kia takut jatuh pingsan hanya karna tubuhnya yang menempel dengan dada bidang yang tak tertutupi itu.

"Bernafaslah, dear," kata Leo yang kemudian terkikik geli melihat wajah Kia yang begitu menggemaskan. Kini tatapannya mengarah ke jari telunjuk Kia yang masih terluka dan belum di obati. Terdengar helaan nafas kasar dari Leo yang kemudian berjalan ke samping kasur untuk mengambil kotak obat.

Semua pergerakan Leo tidak luput dari pandangan Kia. Kemanapun langkah kaki Leo, mata rubinya akan selalu mengikuti. Di pikirannya, Kia tengah merangkai kata-kata untuk meminta maaf pada Leo.

"Kemarikan tangan mu," ujar Leo yang sudah memegang alkohol dan juga kapas di tangan kirinya.

Gadis itu segera mengulurkan tangannya untuk di obati. Sentuhan kapas yang sudah di lumuri alkohol itu membuat Kia meringis. Rasanya sungguh perih. Leo yang mendengar Kia meringis kesakitan pun memberikan hembusan di luka itu.

"Ini akibatnya jika kamu tidak mendengarkan ku, Kia. Aku melarang mu karna sifat mu yang ceroboh. Kau tahu betul bagaimana ketidaksukaanku melihat mu terluka hanya karna ulah mu sendiri. Bisakah kau menurut saja?"

Kata-kata Leo membuat hati Kia tercubit. Kali ini ia membuat Leo kesal, khawatir dan juga marah. Memang benar apa kata Leo, Kia selalu ceroboh. Setiap Kia melanggar apa saja yang dilarang oleh Leo, pasti akan selalu berakhir dengan gadis itu yang terluka.

"Maaf," ucap Kia dengan kepala tertunduk.

"Aku tidak ingin mendengar kata maaf. Karna kau pasti akan melanggarnya lagi," Leo pun beranjak pergi untuk memakai pakaiannya.

Suara isakan terdengar dari bibir ranum Kia. Gadis itu akan selalu menangis ketika merasa dirinya sudah membuat orang lain kecewa padanya. Tangisannya tidak juga berhenti hingga Leo selesai memakai pakaiannya.

Leo berjalan ke arah soffa yang berada di sudut kanan kamar. Ia hanya memandangi gadisnya yang menangis. Kia perlu merenungi kesalahannya. Ini yang selalu di lakukan Leo untuk membuat gadis itu merenungi kesalahannya dengan cara mendiaminya. Dan berakhir dengan Kia yang akan menghampirinya dengan sikap manjanya.

Terbukti ketika Kia berjalan menghampiri Leo dan mendudukan dirinya di pangkuan Leo. Di peluknya laki-laki itu dan kembali terisak. Bibirnya terus mengucapkan kata maaf.

"Hiks... Hiks ... Maafin Kia. Kia bakal nurut sama kakak. Tapi Kia mohon jangan marah atau diamin Kia. Kia ga suka."

Leo mengangkat kepala Kia agar melihat sepenuhnya ke arahnya. Mata memerah dan hidung berair membuat Leo gemas. Lalu kedua ibu jarinya bergerak untuk menghapus buliran air mata itu.

"Berhentilah menangis. Aku memaafkan mu," ucap Leo.

Kia segera melonggarkan pelukannya dan menatap berbinar ke arah Leo. Dengan secepat kilat, Kia mengecup bibir tebal milik Leo. Namun ketika ia akan melepasnya, tangan kekar Leo menahan tengkuknya dan melumatnya lembut.

"APA YANG KALIAN BERDUA LAKUKAN?!!"

"B-bunda."

Tbc__

Pliss vote + coment nya Readers

Spam komen untuk next chapter👉

See you :)

LEONARD [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang