Hi Friends👋
Udah lama ya aku ga update cerita ini gara-gara kegiatan padet banget 😬
Maaf untuk yang udah nungguin cerita ini update dan setelah ini aku usahain untuk bisa update sesering mungkin
So, budayakan vote dulu yuk sebelum baca😁
°°°°°
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Waktu yang sudah seharusnya memulai seluruh aktivitas kesibukan di pagi yang cerah ini. Namun, masih ada yang tidak mau bangun dan terus melanjutkan kegiatan bergelung dibawah selimut tebalnya. Seperti halnya pasangan yang satu ini, dengan pria yang terus menatap wajah perempuan nya yang tertidur lelap setelah kejadian kemarin.
Tangan Leo terulur untuk menepis rambut yang sedikit menghalangi wajah Kia, yang membuatnya sedikit terganggu dengan hal itu. Dengan lembut laki-laki itu mengelus pipi yang terlihat berisi itu.
"Enghh ..." Ternyata Kia terusik dengan sesuatu yang menyentuh pipinya. Saat mata itu terbuka, hal pertama yang ia lihat yaitu tembok putih serta terhirup aroma yang sangat di kenalinya, ia berada di apartemen milik Leo.
Ia mencoba mengingat sesuatu tentang apa yang sudah terjadi sebelumnya dan saat itu juga Kia merasakan pusing di kepalanya.
"Sshh... Sakit," gumam Kia sambil meremas pelipisnya.
Leo yang sedari tadi hanya diam melihat Kia yang mulai terbangun tiba-tiba terlihat cemas saat Kia menyentuh pelipisnya.
"Heyy ada apa, sayang? Kepalamu pusing?" Tanya Leo beruntun.
Kia yang baru menyadari keberadaan Leo disisinya pun langsung terkejut.
"Kak, kamu kemana aja?" Tanya Kia dengan suara parau.
"Maaf. Seharusnya aku tidak meninggalkan mu sedetik pun," ucap Leo menyesali hal yang sudah terjadi.
Kia tak menanggapi, namun segera berhambur memeluk Leo. Ia sangat merindukan laki-laki ini.
"Istirahatlah kembali. Aku akan menyiapkan sarapan untukmu, dan kemudian aku ingin pergi sebentar. Ada hal yang harus aku urus."
Leo segera bangkit dan mulai melangkah meninggalkan kamar. Sementara Kia kembali menangis mengingat apa yang hampir terjadi padanya kemarin. Gadis itu takut jika Leo semakin marah padanya.
Di depan pintu apartemennya, Leo terduduk di lantai. Suara tangis Kia terdengar jelas ditelinganya. Seketika pandangan Leo mulai menggelap saat mengingat siapa dalang dari semua yang terjadi.
"Bajingan itu harus mati!" desis Leo sambil beranjak cepat dari sana.
°°°°°
Bugh
Bugh
Bugh
Suara pukulan itu berasal dari William yang kini tengah memukuli tubuh Fellix dengan tongkat bissboll.
Jangan tanyakan bagaimana kondisi Fellix. Dengan wajah yang sudah bersimbah darah, lebam di seluruh tubuhnya dan juga baju yang sudah berubah warna dapat menjelaskan bagaimana kondisi laki-laki itu.
Tampaknya William hampir menggunakan seluruh tenaganya untuk menghajar Fellix.
"
Tolong berhenti. Aku janji tidak akan menggangu Kia lagi," ucap Felix memohon.
"Ck! Sampah sepertimu memang harus di lenyapkan," sarkas William.
Sebelum pukulan selanjutnya, tongkat bissboll itu sudah di tahan lebih dulu. William menatap kearah sumber yang sudah menghentikan kesenangannya.
"Tuan," Hormat William ketika tahu bahwa itu adalah Leo.
"Kali ini biar menjadi urusanku," ucap Leo terlihat menakutkan.
"Baiklah. Kalau begitu aku pergi," pungkas William yang kemudian berlalu pergi.
Leo berjalan mendekati tempat Fellix. Ia berjongkok untuk melihat wajah yang bersimbah darah itu.
"Kau melewati batasanmu," ujar Leo yang mengambil tongkat bissboll milik William tadi.
Bughh
Satu pukulan keras kembali manghantam tubuh Fellix. Kali ini, sakit itu melebihi pukulan dari William.
"Arghh..." Fellix mengerang karena tidak sanggup merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Belum selesai dengan rasa sakitnya, Leo kembali melayangkan benda itu tepat di lengannya.
"Menyukai pukulanku, huh?!"
Leo terlihat sangat menakutkan sekarang. Pria itu terlihat seperti predator yang haus akan darah.
"Now, i kill you"
Bughh
Dengan satu kali pukulan dibagian kepala, Fellix tumbang dari kursinya dengan tubuh yang kejang-kejang sambil memuntahkan darah. Dan seperkian detik berikutnya, nafas Felix sudah tidak terdengar lagi, ia mati dengan sangat mengenaskan.
Leo pun tersenyum menyeringai melihat Felix sudah tidak bernyawa lagi.
Drrtt
Suara telepon genggam milik Leo terdengar. Telpon itu dari Aston. Namun, Leo lebih memilih menolak panggilan itu. Menurutnya Aston yang juga jadi penyebab masalah ini. Dia lah yang sudah menjodohkan gadisnya dengan Felix.
"William, berikan jasad Felix ke peliharaan ku," Pungkas Leo.
Kemudian Leo pun berjalan meninggalkan ruangan dan segera membersihkan tubuhnya dari darah. Ia tidak akan pulang dalam keadaan bersimbah darah yang dapat membuat Kia marah nantinya.
•••••
alhatan house
Leo baru saja tiba dirumah alhatan. Tujuannya kesini untuk menemui Aston. Aston terlihat sedang berada di taman belakang menikmati waktu santainya bersama sang istri.
"Kau bodoh," sarkas leo begitu sampai dihadapan Aston.
Aston yang tiba-tiba mendapatkan cacian tersebut pun mulai tersulut emosinya.
"Sunggu tidak sopan. Baru datang kau sudah memaki ku. Kali ini apa lagi masalahnya?"
Leo mengacungkan sebuah map ke arah Aston sembari mengatakan, "Lebih baik kau lihat sendiri."
Tak butuh waktu lama, Aston pun membuka map tersebut dan mengeluarkan barang yang ternyata beberapa lembar foto mengenai kejadian yang dialami oleh Kia. Helen yang ikut melihatnya pun terkejut dengan mata yang melotot menatapi foto itu.
"Lain kali berfikir lah sebelum bertindak. Jika gadisku kembali mengalami hal itu karena ulahmu.... Kau akan berhadapan dengan ku."
setelah mengatakan penegasan itu, Leo pun mulai melangkah meninggalkan rumah untuk segera kembali ke apartemen nya.
Tbc_
Gaje? Ya emang😅 tapi semoga kalian suka deh :)
Tembus 30 vote & komen baru aku up, okk
Oke see you di next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONARD [ ON GOING ]
RomanceRank story : #1 in possesive #1 in psycopat #11 in percintaan "Jangan pernah menyentuh milik ku dengan tangan kotor mu atau aku akan mematahkan tanganmu bahkan mengakhiri nafasmu," Leonard Leonard Allhatan. Seseorang laki-laki yang merupakan ketua...