Part 23 : I Hate You, Jerk!

684 30 0
                                    

Happy Reading Readers
Jangan lupa vote dan komennya

Keputusan mengenai perjodohan antara Kia dan Felix sudah di resmikan setelah pertemuan kemarin. Bahkan mereka juga sudah menetapkan tanggal pertunangan untuk ke-duanya. Meskipun Kia tidak menginginkan perjodohan ini, ia tetap harus menerimanya.

Tepat saat tengah malam tadi, Leo pulang dalam ke adaan mabuk berat di apartemend nya. William yang saat itu bersama Leo merasa tidak mungkin mengantar Leo pulang ke rumah allhatan, karena itu bisa menimbulkan kemarahan dari Aston. Dan William berusaha untuk menghindari itu.

Kini pagi pun kembali menyapa dengan sinar matahari yang terik. Tampak di sebuah kamar yang bernuansa putih abu-abu itu, dihuni oleh gadis yang masih bergulat didalam selimut tebalnya.

Kia baru bisa tidur saat jam 3 malam akibat mengerjakan tugas kampus yang dead line nya pagi ini. Di tambah lagi ia begitu mencemaskan Leo karena laki-laki itu sudah tidak berada di rumah sejak sore kemarin.

Saat itu, Kia mencoba untuk menghubungi Leo namun nihil, bahwa telponnya tidak di angkat oleh Leo dan bahkan sengaja di reject oleh Leo. Ia yakin kalau Leo pasti sangat marah atau bahkan terpuruk karena kabar perjodohan ini. Apalagi ia sengaja menyetujui perjodohan itu tepat di hadapan Leo.

Kia yang tengah tertidur harus terbangun ketika tubuhnya di guncang pelan oleh sang bunda.

"Bangun, Kia."

Kia yang sudah sepenuhnya sadar pun segera bangun dan menggeliat kecil karena merasa kaku disebagian tubuhnya.

"Kenapa, bun?" tanya Kia.

"Kamu ga ke kampus?  Sekarang udah jam 07:30 lho," balas Helen.

"Kampus?" beo Kia pada dirinya sendiri. Seketika pupil matanya melebar sepenuhnya.

"Huaaaa telaattt"

Dengan kecepatan kaki seribu, Kia segera bangun dari kasurnya seraya mengambil handuk yang terampai di lemarinya dan segera berlari masuk ke dalam kamar mandi. Namun seruan dari Helen menghentikannya dan membuat moodnya langsung berubah buruk.

"Jangan lama-lama. Soalnya di bawah udah ada Felix untuk ngajakin kamu berangkat bareng," tutur Helen yang teringat akan tujuannya.

Kemudian Kia balik badan untuk menghadap Helen dengan wajah tertekuk.

"Suruh pergi aja ya, bun. Kia mau berangkat sendiri aja," ucap nya memelas.

"Ga boleh gitu, sayang. Hargain Felix yang udah mau datang jauh-jauh  ke sini untuk jemput kamu,"

"Lha kan salah dia dong, bun. Lagian Kia juga ga minta dia buat ke sini. Emang dasar tu orang aja yang kurang kerjaan. Udah tau rumah dia sama rumah kita kan beda arah ke kampus." jawab Kia acuh.

"Udah ngomongnya?"

"Sekarang juga siap-siap. Bunda ga mau tau, kamu harus berangkat bareng Felix atau ... uang jajan kamu bunda potong." final Helen.

"Ihh bunda mah suka gitu. Main ngancem mau potong uang jajan Kia segala. Ya udah iya, Kia berangkatnya bareng dia," ucap Kia dengan terpaksa menyetujui perintah bundanya.

Dengan kaki dihentak-hetakan, Kia kembali berjalan masuk ke kamar mandi untuk memulai ritual paginya.

Helen yang melihat kelakuan putrinya pun menggeleng-gelengkan kepala. Ia bingung, Kia itu dapat sifat aneh itu dari siapa.

"Yang jelas bukan aku," ucap Helen yang menjawab sendiri pertanyaan yang ada di pikirannya.

🌠🌠🌠

Kia yang sudah selesai dengan urusannya pun segera turun ke ruang makan dengan wajah kesal.

Tepat di sana semuanya sudah berkumpul di meja makan kecuali Leo. Kia menghembuskan nafas pelan ketika tidak melihat keberadaan Leo. Dengan langkah gontai ia segera duduk di samping Felix, karena kursi yang seharusnya di tempati oleh Leo sudah di isi oleh Felix dan tidak ada kursi lain lagi.

"Good morning, Kia."

Kia tidak menghiraukan kata selamat pagi yang di ucapkan oleh Felix. Justru Kia langsung mengambil sehelai roti dan mengoleskan selai kacang di atasnya, lalu memakan roti itu dalam keadaan tenang.

Saat ini biarkan Kia menikmati sarapannya dengan tenang dan sesegera mungkin menyudahinya, karena ia tidak ingin berlama-lama di satu ruangan yang sama dengan Felix.

Aston yang melihat sikap acuh Kia kepada Felix pun mencoba untuk menegur Kia.

"Bersikap baiklah kepadanya, Kia. Karena sebentar lagi dia akan menjadi suami mu dan kau harus bersikap sopan kepadanya."

Kia yang mendapat teguran dari Aston menunduk lemas, "iya, pa. Akan Kia coba," balas Kia seadanya.

"Gapapa kok, om. Mungkin Kia lagi ga bagus aja mood nya," timpa Felix.

"Cihh pencintraan doang," bisik Kia yang hanya dapat di dengar olehnya.

"Aku udah selesai. Kia berangkat dulu, pa. Soalnya ntar keburu telat."

Kia beranjak dari kursinya untuk menghampiri Aston dan Helen kemudian memberikan kecupan di pipi mereka.

Felix segera mengikuti Kia setelah berpamitan kepada orangtua Kia.

☁☁☁

Kini Kia dan Felix sudah sampai di kampus. Kedatangan keduanya menimbulkan kehebohan dari seluruh mahasiswa/i di kampus ini.

Sebagian dari mereka ada yang menebak-nebak kalau Kia dan juga Felix menjalin sebuah hubungan.

"Gilaaa couple goals banget sih mereka."

"Huaa Felix hari ini makin ganteng aja sih."

"Ehh kok Felix bareng Kia sihh. Gue ga sukaa si Kia deket-deket  ke Felix."

"Centil banget sih tu cewe. Anak baru juga di embat ma dia."

"Guyss princess Kia makin cantikk wuoyy."

Seluruh bisik-bisik dan teriakan itu dapat di dengar jelas oleh Kia. Apa tadi, dirinya di katain centil? Heh yang bener aja. Justru Felix yang suka nempel-nempel kaya' perangko bukan dirinya.

Dengan kesal Kia segera berlalu pergi meninggalkan Felix. Namun, sebuah tarikan di tangannya membuat tubuhnya terhuyung menubruk keras dada seseorang. Lalu ia merasakan sebuah benda kenyal menyapu lembut bibirnya.

Seketika mata Kia membola terkejut setelah menyadari bahwa Felix dengan lancang mencium bibirnya. Dengan sekuat tenaga Kia mendorong kasar tubuh Felix hingga ciuman paksaan itu terlepas, kemudian disusul dengan suara tamparan yang cukup keras.

Plakk

"I HATE YOU, JERK!!"

Tbc_

Wahh kalau Leo tau cewenya dicium orang, kira-kira reaksinya gimana ya😅

Okee segitu dulu ya untuk chapter hari ini, semoga kalian sukaa

AND DON'T FORGET TO VOTMEN ALL

DON'T SIDERS!!!

See you, bye bye🙌

LEONARD [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang