Part 9 : Pengintai 2

896 68 34
                                    

"Astaga. Kia tidak mengerti dengan jalan pikiran kak Leo. Kenapa kak Leo datang ke kampus Kia? Kalau ada yang melihat kita bagaimana?" Kia terus saja berceloteh atas tindakan yang dilakukan Leo.

Leo tetap bungkam dan tidak membalas satu kata pun, pria itu tengah menatap lekat keca spion mobilnya, dan itu membuat Kia bertambah kesal.

"Kak! kamu dengar aku kan? Iss dari tadi aku seperti bicara dengan tembok," guman Kia namun masih bisa di dengar oleh Leo.

Seketika mobil yang mereka tumpangi berhenti begitu saja di sisi jalan. Leo dengan wajah datarnya terus menatap ke arah kaca spion mobilnya. Dari jarak 2 meter sisi kanan terlihat seseorang dengan pakaian serba hitam yang tengah mengintai mobil Leo. Sebenarnya Leo sudah menyadarinya sejak dari kampus Kia tadi, bahwa ada yang mengikutinya. Ia menduga itu pasti suruhan salah satu musuhnya.

"Kak? Kenapa berhenti?" tanya Kia.

"Tidak ada. Pasang selbet mu dan pegangan yang erat."

"Huh memangnya ada masalah apa kak? Jangan bilang ...."

"Hmm. ada yang mengikuti kita sejak tadi," jawab Leo yang membuat Kia terkejut.

Lalu Kia segera melakukan apa yang disuruh Leo, sambil terus berdo'a agar ia dan juga Leo akan baik-baik saja.

Leo segera melajukan mobilnya ke arah barat jalan. Dapat ia lihat orang itu juga mulai ikut bergerak untuk mengikutinya. Dipikiran Leo dia akan membawa orang itu ke markas ' Traitor ', markas itu merupakan tempat anak buahnya sering berkumpul.

Doorr

Doorr

"Sial!! Orang itu membawa senjata," desis Leo.

Orang berbaju hitam itu berusaha membidik ban mobil Leo. Tembakan sebelumnya meleset karna Leo yang terus mengendarai mobilnya dengan sangat laju dan tak berarah.

"Will! Segera menuju markas Traitor beserta membawa sepuluh orang anak buah kita. Aku diserang." Leo memberi perintah kepada William. Ia bertekad untuk bisa menangkap penguntit itu dan akan mencari tau siapa yang sudah menyuruhnya.

Orang itu terus melancarkan tembakannya ke mobil yang dikendarai oleh Leo. Dia tidak sadar bahwa Leo tengah menggiringnya ke markas Traitor.

"Kia takut" cicit Kia. Gadis itu sangat takut dan tubuhnya terlihat gemetar. Selama ini ia aman dari para musuhnya Leo, karna tak ada satu pun yang tau kalau ia dekat dengan Leo. Sekarang sepertinya mereka sudah mengetahui semuanya dan akan menargetkan dia untuk mengalahkan Leo.

Tangan  Kia yang bebas, digenggam erat oleh tangan besar milik Leo. Pria itu mencoba untuk mengurangi rasa cemas gadisnya. Leo mulai merasa bersalah karna tindakannya yang gegabah dengan datang seenaknya ke kampus Kia. Sekarang ia harus fokus akan keselamatan Kia.

Leo pov

Aku sudah melakukan hal bodoh. Dari awal aku tau bahwa musuh ada disekitarku, bukannya berhati-hati sekarang karna kecerobohanku, aku membuat semuanya menjadi runyam.

Dapat ku lihat Kia yang terlihat sangat ketakutan. Aku menggenggam tangannya untuk menenangkannya dan memberitahu bahwa semuanya akan baik-baik saja. Sekarang aku sadar kalau Kia akan dalam bahaya jika terus bersamaku. Tapi bukan tidak mungkin jika mereka tidak akan mengganggu Kia meskipun aku menjauhinya. Lebih baik menjaga dari pada melepaskan, bukan?

"Tenanglah. Semuanya akan baik-baik saja. Trust me, okay" ucapku padanya.

Kini aku terus fokus menjalankan mobil ku sambil menghindari tembakan itu. Aku harus segera sampai di markas Traitor sebelum orang itu berhasil mengenai bidikannya. Disaat seperti ini aku menyesal karna tidak membawa senjataku. Bodoh - maki ku pada diriku sendiri.

Normal pov

Kini Leo sudah sampai di depan markas Traitor. Disana sudah berdiri William dan juga bawahan Leo. Mereka terlihat sudah siap diposisi masing-masing dengan senjata api ditangannya.

Sementara penguntit tadi terlihat ingin kabur setelah menyadari bahwa dia telah dikepung. Namun dengan gerakan cepat, William melemparkan pisau lipat itu tepat di betisnya.

Bruhh

"Arrgghh"

Penguntit itu terhimpit oleh motornya sendiri karna kehilangan kseimbangan. Pisau William menancap di betis kaki kanannya yang membuatnya menjerit kesakitan.

Diposisinya Leo tersenyum miring dan terlihat puas. Kakinya melangkah mendekati orang itu. Pistol revolver dengan timah panas sebagai pelurunya sudah berada digenggamannya yang diberikan oleh William. Tangannya terangkat untuk memposisikan ujung pistol itu tepat didahi si penguntit.

"Kau sudah salah memilih lawan. Sekarang kau akan mendapatkan karma mu."

Leo memberi isyarat ke anak buahnya untuk membawa orang itu ke markas. Lalu ia berjalan menghampiri Kia, dan mendekapnya. Jiwa gadis itu terlihat terguncang, mungkin itu akan sedikit berpengaruh pada mentalnya.

"Sekarang kau aman" ucap Leo.

Kia memeluk erat tubuh Leo untuk melampiaskan rasa takutnya. Kejadian hari ini memang sangat menegangkan. Gadis itu bersyukur setidaknya mereka tidak mengalami luka sedikit pun.

"Buat dia membuka mulutnya. Aku tidak peduli mau kalian apakan, asalkan bedebah itu mau memberitahu siapa yang sudah menyuruhnya. Paham?!"

"Paham, sir!"

Leo melonggarkan pelukannya lalu menggenggam tangan Kia untuk membawanya pulang. Sebelum itu, ia sudah menyuruh William untuk membuat penguntit tadi membuka mulutnya untuk memberitahu siapa tuannya. Setelah itu ia akan memberi perhitungan dengan orang yang sudah berani mengganggunya.

Tbc_

Double up guyss!!
Tinggalkan jejak dengan memvote dan memberikan komen yaww
DON'T SIDERS!!

SEE YOU NEXT PART ALL🤗

LEONARD [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang