Chapter 23 : Si Pencuri Bayangan

6 2 0
                                    

Saat ini aku sedang berlari dari kejaran para petugas keamanan di atap sebuah gedung. Jika kalian bertanya tanya kenapa aku dikejar oleh petugas keamanan, jawabannya adalah tentu saja karena aku baru saja mencuri sebuah permata sebesar kepalan tangan pria dewasa yang disimpan di gedung ini. Aku melihat permata berwarna biru yang ada di genggamanku sambil tersenyum, kemudian aku langsung mencari jalan untuk kabur dari kejaran petugas kemanan. Saat sampai di tempat persembunyianku, aku langsung menyimpan permata itu ditempat yang sama aku menyimpan permata permata lain yang berhasil aku curi. Hm? Kalian penasaran kenapa aku mencuri permata permata itu? Tentu saja karena itu adalah peran yang aku dapatkan di dunia ini.

Seorang Pencuri Bayangan, atau Phantom Thieve. Aku mencuri barang berharga untuk dua alasan. Alasan yang pertama adalah untuk mengembalikannya ke pemilik yang sebenarnya. Kebanyakan barang berharga yang di pertunjukan di dunia ini adalah barang berharga milik orang lain yang dicuri oleh orang yang memiliki peringkat lebih tinggi dengan cara membohongi mereka atau dengan cara licik yang lainnya. Alasan kedua adalah karena barang barang itu adalah sebuah barang pusaka yang memiliki kekuatan yang tidak boleh digunakan oleh orang yang salah, contohnya adalah beberapa permata yang aku simpan di tempat persembunyianku ini.

Pagi harinya aku sedang berjalan untuk berangkat sekolah.
Fadli:"huft, bahkan di dunia lain aku masih saja harus sekolah"
Aku kemudian melihat ada seorang pemuda yang menyenggol seorang bapak bapak. Jika dilihat secara sekilas hal itu mungkin terlihat seperti sebuah ketidaksengajaan. Tapi tidak bagiku, aku melihat dengan jelas kalau pemuda itu dengan sengaja menyenggol bapak bapak itu untuk mencuri dompet milik bapak itu. Aku kemudian melakukan hal yang sama yang baru saja pemuda itu lakukan, aku menyenggol tubuh pemuda itu untuk mengambil kembali dompet milik bapak bapak tadi, kemudian aku mengembalikan dompet itu ke saku bapak itu tanpa diketahui siapapun.

Saat aku sudah sampai di sekolah, murid murid dari kelasku ternyata sudah berkumpul di dekat bis sekolah, dan ternyata aku datang hampir terlambat dan teman teman sekelasku memintaku untuk bergegas. Mereka kemudian mengingatkanku kalau hari ini ternyata kami ada kunjungan ke sebuah musium. Kami semua saling mengobrol dan bernyanyi selama di perjalanan.
Woi ini Authornya males banget sih, paling gak kasih pengenalan dulu terus kasih dialog gituloh jangan males. Kasih nama juga beberapa temen sekelasku biar aku sama pembaca yang lain enggak bingung manggil mereka, jangan males mikirin nama, atau mau aku bantu tanyain nama mereka supaya kamu gaperlu mikir.
...
...
...
Oke deh, aku bantu. Lanjut kedalam cerita, setelah memakan sekitar satu jam perjalanan, akhirnya kami sampai di musium yang kami tuju. Hari ini musium menggelar sebuah pameran barang berharga peninggalan perang seperti baju zirah, pedang, tombak dan lain lain. Guru kami memperbolehkan kami untuk berkeliling dan melihat lihat sesuka kami asalkan kami tetap berada dalam kelompok kami, dan kami harus membuat sebuah laporan pengamatan tentang barang yang ada di pameran. Aku dan kelompoku yang anggotanya ada Argus, Brutus, Corpus, Dianna, dan Elise sedang melihat lihat pameran di bagian aksesoris perang. Saat aku sedang melihat lihat, aku dapat merasakan sebuah aksesoris yang memancarkan aura kekuatan yang cukup kuat.

Saat aku melihat kearah aksesoris itu, ternyata aksesoris itu adalah sebuah cincin yang berwarna putih bersih dengan pecahan permata kecil berwarna hitam yang ditempel di permukaan cincin itu. Saat aku membaca informasi tentang cincin itu, ternyata cincin itu dibuat khusus untuk seorang putri bangsawan, namun putri tersebut langsung meninggal karena sakit sebelum dia sempat memakai cincin tersebut. Cincin itu langsung dijual, dan ada seorang pedagang yang tertarik untuk membeli cincin itu, namun barang barang milik pedagang itu langsung rusak, hilang, bahkan ada yang dicuri tidak lama setelah dia mendapatkan cincin itu.

Semenjak saat itu, siapapun yang memiliki cincin itu akan mengalami kesialan bahkan hingga kematian, bahkan cincin itu juga diduga menjadi penyebab kalahnya sebuah pasukan saat perang hanya karena cincin itu dipakai oleh seorang panglima perang, dan panglima perang itu juga terpenggal tidak lama setelah memakai cincin itu. Dianna mendekatiku ketika aku sedang memperhatikan cincin itu.
Dianna:"Fadli, apa kamu menemukan sesuatu yang menarik untuk menjadi laporan kita?"
Aku melihat kearahnya kemudian tersenyum.
Fadli:"belum, bagaimana dengan kalian?"
Dianna:"si Argus menyarankan untuk membuat laporan tentang jubah emas raja, si Corpus menyarankan medali milik seorang panglima legendaris, dan si Elise menyarankan sebuah pena milik raja yang digunakan untuk menulis surat terakhir kepada keluarganya sebelum raja itu menghembuskan nafas terakhirnya"

Fadli:"ho.. Apakah raja itu terbunuh dalam perang?"
Dianna:"tidak, raja itu meninggal karena dia sudah berusia tua"
Fadli:"ha? Lalu apa hubungannya pena seperti itu dengan aksesoris perang?"
Dianna:"tidak ada"
Aku kemudian terdiam sejenak karena bingung, lalu aku mengingatnya.
Fadli:"nyasar kemana lagi tuh anak?"
Dianna terkikih pelan sambil menggelengkan kepalanya.
Dianna:"tidak tau, kamu tau sendiri kalau dia suka berkeliaran kalau tidak ada yang mendampinginya"
Fadli:"lalu kenapa kamu tidak menemaninya?"
Dianna:"sudah, tapi saat aku pergi ke toilet sebentar dia langsung menghilang"

Aku menghela nafasku kemudian melihat kearah Argus, Brutus, dan Corpus.
Fadli:"teman teman kalian tentukan saja barang apa yang akan kita jadikan laporan, aku dan Dianna akan mencari Elise"
Corpus:"huh? Ilang lagi dia?"
Fadli:"biasalah"
Argus:"oke deh, kalian cepet cari dia sebelum dia makin nyasar jauh"
Aku dan Dianna kemudian mencari keberadaan Elise, dan aku sempat melihat beberapa barang yang memancarkan aura kekuatan, dan ada juga beberapa barang yang diambil secara paksa dari tangan pemiliknya. Kami berdua mencari Elise ke setiap sudut musium, setiap lorong, setiap ruangan, dan setiap pameran yang ada di musium hingga pada akhirnya kami berhasil menemukan Elise yang ternyata sedang berada di gudang yang terletak di bagian terdalam dari musium.

Elise:"akhirnya aku menemukan kalian"
Dianna:"kami yang menemukanmu"
Fadli:"bagaimana kamu bisa sampai di tempat seperti ini?"
Elise melihat ke sekitarnya, kemudian dia mengangkat kedua bahunya.
Fadli:"hmm, ya sudahlah ayo kita kembali, kita harus membantu teman teman yang lain mengerjakan laporan"
Aku dan Dianna kemudian memegang kedua tangan Elise supaya dia tidak keluyuran lagi, kemudian kami membantu Argus, Brutus, dan Corpus menyelesaikan laporan kelompok kami walaupun sebenarnya mereka sudah hampir selesai karena aku dan Dianna membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencari Elise.
...
...
...
Jika kalian penasaran kenapa aku tidak melakukan apa apa kepada barang yang ada di musium ini, jangan khawatir. Aku sudah mencuri barang barang yang aku sebutkan tadi, bahkan aku juga sedang memakai cincin kutukan itu di jari manis tangan kananku. Author terlalu malas untuk menunjukan kehebatanku kepada kalian, dan sebagai bukti kalau dia memang malas, jika kalian melihat huruf pertama pada nama anggota kelompoku diatas kalian akan melihat kalau nama kami berurutan dalam alfabet A, B, C, D, E, F.

Time WandererTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang