Isi;
-•••-
"Ini gak papa ya kita tinggal bentar?" Tanya Gira memastikan.
Kesembilan pria yang duduk di sofa itu mengangguk acuh. "Aman!"
Airin menghela nafas. "Bisakan 1jam aja diem di tempat? Tunggu kita balik gitu?"
Taehyung menoleh ke arah Airin. "Segitu gak percayanya kamu sama kita?"
"Ya gimana mau percaya kalau modelan kalian aja gak bisa bedain garam sama gula." Sindir Joya sinis.
"Bukan gue ya, gak usah sindir-sindir." Hobi balik menatap Joya tajam.
Sarka tertawa kecil. "Aman kok, kita bakal diem aja. Gak usah khawatir."
"Pemadam kebakaran berapa sih nomernya?" Tanya Haza pada Joan yang duduk di sampingnya.
"119 gak sih?" Sahut Joan ikut bingung.
Tama memukul bahu Joan keras. "Itu nomernya pizza hut. Ngadi-ngadi lo."
Yerim tertawa dengan miris. "Gak yakin gue buat ninggalin mereka barang 5menit aja."
Namjoon tersenyum simpul. "Tenang, ada gue."
"Lo yang hampir masukin kecap ke sirup mending diem." Seru Jennie dengan tajam.
Jinendra tertawa ketika melihat wajah masam Namjoon. "Selama gue disini, bakal baik-baik aja."
"Tapi lo emosian kak." Komentar Lalisa acuh.
"Ya tergantung kadar kegilaan mereka juga sih." Balas Jinendra cuek.
"Kalian gak usah khawatirin apapun, kita gak akan gerak kok. Mau pipis aja nanti kita pake botol." Ezza berkata dengan yakin. "Asal kalian nggak lama aja."
Soya tersenyum miring. "Bawa aja apa ya mereka ini dari pada di tinggalin."
Jean menggeleng dengan cepat. "Nggak. Si Ezza beban hati gue banget, capek."
"Kalau mereka di ajak, nanti nenek kena mental. Kasian nenek udah tua, jangan nambah beban pikiran dia." Sahut Dyya.
Jennie mendelik dengan senyum miring. "Bukannya itu bagus?"
"Nggak usah ngadi-ngadi." Soya melotot ke arah Jennie. "Kita pamit harus baik-baik. Jangan ada keributan."
"Iyadah ayo, biar cepet." Ajak Joya jengah.
"Oke." Putus Airin. "Kalian jangan kemana-mana oke?"
"OKE."
-•••-
Jadi sembilan gadis cucu Adam itu rencananya akan pamitan untuk kembali ke Jakarta pada keluarga mereka yang di Bandung, alasannya ya karena pekerjaan juga kuliah mereka.
Padahal itu karena Adam yang ngerasa kesepian dan ingin cucu-cucunya pulang.
Ya mau gimana lagi, permintaan yang mulia kakek Adam tidak bisa di tolak apa lagi di bantah. Ngeri, nanti kalian jatuh miskin.
Baru saja Airin melangkah masuk melewati pintu, suara teriakan sahutan dari ruang tengah mengambil perhatiannya. Oh bukan hanya perhatian Airin, suara itu menarik perhatian kesembilan cucu Adam.
"Apa itu terlalu banyak untuk kalian?!" Seruan Wafa kembali menggema.
Jisoya menahan langkah mereka agar tidak terlalu dekat dengan ruangan itu, mereka hanya akan menjadi pendengar terlebih dulu agar mengerti dengan topik di sana.
Olivia menghela nafas panjang. "Kak, bukan seperti itu. Tapi aku udah rutin setiap bulan ngirim ke kalian 500jt, itupun untuk satu orang. Dan sekarang dengan tiba-tiba kalian minta modal usaha sebesar 50M? Apa itu nggak berlebihan untuk kata meminta?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan ;blackvelvet
FanfictionJodoh di tangan Tuhan, tapi kakek Adam yang milih.