Part 6

93 10 0
                                    

" Eunghh... " perlahan Hera pun membuka mata dan bangun.

" Shhh.. pusing banget kepala gue. " ujarnya sambil memegang kepala.

" AAAAA.. " Hera terkejut saat melihat ada wajah di depan mukanya.

" Aiden!! Kamu ngagetin aja!! " Hera pun memukuli Aiden.

" Ahahaha... " Aiden yang di pukuli itu pun hanya tertawa. Baginya saat Hera marah adalah hal yang lucu. Hera marah ditambah bangun tidur adalah hal yang paling menggemaskan bagi Aiden.

" O.. Aiden. Kita di depan aula ? " Aiden pun hanya mengangguk.

" Kayaknya tadi aku ada di gudang belakang deh, kok tiba-tiba ada disini? " Hera menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

" Terus kayaknya ada yang bekap aku dari belakang deh sampai aku ga inget apa-apa lagi, kayak gelap gitu langsung. " jelas Hera heran.

" Itu perasaan kamu aja kali. Orang aku nungguin kamu ya lama banget ga dateng-dateng padahal hujan udah berhenti. "

" Terus ? "

" Nabrak! Ya, aku cari kamu lah. Tau-taunya lagi asik tiduran di bangku depan gudang. Bisa-bisanya ya kamu tidur di depan gudang. Mengheran. "

" Emang iya? "

" Iyalah. Liat aja CCTV nanti kalo ga percaya. "

" Hehehe... mungkin karena hawanya dingin terus jadi ngantuk deh eheheh.. maaf ya Aiden. " Hera pun mengelus pipi Aiden yang terasa dingin.

" Dasar pelor. " Aiden menoyor sedikit kepala Hera dan Hera pun hanya menyengir.

" Aiden. "

" Ya ? "

" Katanya kalo lagi hujan itu lalu kita berdoa, doa kita akan di kabulkan. "

" Lalu ? "

" Kan sekarang lagi hujan nih. Kamu mau berdoa ga ? "

" Boleh, ide yang bagus itu. "

" Ayo kita berdoa. " Aiden pun mengangguk dan berdoa pun dimulai.

Selama berdoa, hanya Hera lah yang berdoa. Sedangkan Aiden, ia fokus memperhatikan pujaan hatinya itu. Gadis kecil nan rapuh yang mampu membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Ia ingat saat pertama kali melihat gadis itu menangis sendirian di bawah pohon ceri lalu berbicara sendiri dan berteriak, menumpahkan segala rasa sakitnya. Mulai dari situ Aiden terus memperhatikannya setiap kali gadis itu datang. Tapi ia belum berani untuk menghampirinya, jadi ia hanya memperhatikan Hera dari jauh sambil mendengarkan semua keluh kesahnya.

" Selesai... Aamiin. " Hera mengusapkan telapak tangan ke wajahnya. Lalu menoleh ke arah Aiden.

" Aiden kamu doa apa? "

" Rahasia lah."

" Ihh.. Aiden. Ayo kasih tau. "

" Emangnya kalo aku ngasih tau kamu terus kamu bakal kabulin doa aku ? "

" Heheh... ngga sih. "

" Yaudah gausah tau. "

" Ish Aiden nyebelin!! " Hera pun cemberut.

" Kalo aku, aku berdoa agar Tuhan senantiasa menyayangiku dan memberikanku kebahagiaan. Aku ingin bahagia Aiden. " Hera pun menatap Aiden. Aiden yang ditatap pun, menatap balik Hera.

Aiden pun perlahan tersenyum. " Hal apa yang dapat membuatmu bahagia Queen ? "

" Aku ingin semua hal yang menjadi bebanku hilang. "

Seutas BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang