BGM / Haruka nakamura; twilight
🌿
SESAMPAINYA Eren di rumah sakit. Dia turun dari taksi bergegas masuk ke dalam gedung bercat putih bersahaja. Juga rimbun dikelilingi pohon-pohon berwarna cokelat keemasan. Eren menghiraukan segala yang berada di sana, termasuk pemandangan indah, orang-orang di sekitar, bahkan suster yang meneriakinya untuk jangan berlari. Semua Eren buat acuh. Eren terus berlari tidak sabaran. Akibatnya napas Eren menjadi tersenggal, jantungnya riuh memburu. Anak-anak rambut yang keluar dari ikatan nampak terbawa angin. Pikirannya sibuk mengulang pertanyaan, di mana? Di mana mereka?
Kaki panjang Eren membawanya melesat laju ke sebuah kamar pasien yang diduga milik Grisha Yaeger. Eren kemudian masuk tanpa berpikir panjang, membuka pintu dengan agak kasar. Agatha sontak terkesiap, memandang rupa yang telah lama hilang tiba-tiba berdiri di hadapannya. Napas pemuda itu beradu, dada bidang Eren kelihatan naik turun dengan cepat. Eren terlihat kelelahan sekali, Agatha menahan mulutnya untuk tidak berseru, dia kemudian berjalan mendekati ambang pintu. Menatap Eren dengan mata berkaca-kaca, Agatha tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Nyata atau bukan Agatha seolah tidak bisa membedakannya. "Ayo. Masuk nak," tuturnya lembut. Kendati Eren memiliki banyak perubahan, garis wajah Eren masih begitu jelas untuk Agatha ingat.
Eren tersnyum simpul. Bibirnya bergetar. "Akhirnya kamu pulang. Grisha pasti senang." Agatha membawa Eren masuk, menutup pintu kemudian berjalan ke arah ranjang pasien. Agatha mengusap halus punggung Eren. "Sapa lah,"
Eren agak canggung bercampur malu, sebab kedekatan dia dengan Ayahnya tidak begitu baik. Eren juga bingung harus berkata apa. Eren tidak tahu. Padahal sepertinya banyak yang ingin dia sampaikan, namun entah mulai dari mana. "Ayah ..." hanya itu yang keluar dari mulutnya, merintih. Eren belum siap merangkum kata-kata. Eren sungguh bingung. Agatha terus di sampingnya tidak berhenti mengusap punggung Eren memberi ketenangan.
"Eren pulang Grisha, bangun lah."
Mata Grisha tetap tertutup, terdiam, tidak memberikan respon apa pun. Eren kian kelu, dia tahu bahwa Grisha tidak sadarkan diri. Sekian lama membuat keheningan, Agatha menyuruh Eren untuk duduk dan menenangkan hatinya. Agatha tidak bertanya apa-apa dia hanya menjelaskan mengenai kondisi Ayahnya saat ini, bahwa semakin lama Grisha tidak semakin membaik. Tidak ada perubahan apa pun meski sudah dirawat cukup lama.
"Tentu kita berharap Grisha akan kembali sehat, kita tidak boleh putus asa."
Eren mengangguk berusaha tegar di hadapan Agatha.
"Kemana Paman Charlie, saya tidak melihatnya."
"Sebentar lagi dia kemari. Mungkin masih dalam perjalanan pulang dari kantor."
"Mikasa?"
Tanya Eren lagi dengan nada suara dan wajah senormal mungkin. Padahal butuh keberanian untuk menyebut namanya. Agatha tersenyum penuh arti seraya melirik Eren. Agatha tahu seberapa besar rasa penasaran pria itu. "Ada di rumah Levi, baru saja pergi, tadi sebelumnnya ada di sini menggantikan ku sementara untuk menjaga Grisha."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Color
FanfictionDalam surat wasiat Carla. Wanita tengah baya itu menginginkan putranya Eren untuk menikahi Mikasa, gadis yang memilki rentang usia cukup jauh dengan Eren. Tidak ada alasan untuk Eren menikahi Mikasa, lantaran Mikasa sudah dianggap sebagai adik kandu...