FELDGRAU 2

1.3K 210 62
                                        

🌿

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌿

BGM / Rich brian; drive save

BAU sedap dan kepulan asap membumbung ke udara. Panggangan kabinet itu menimbulkan gemirisik dari daging sirloin, ditusuk-tusuk dengan jagung dan juga paprika. Dilumuri mentega dan saus lada hitam. Di sudut halaman ada dua pria tengah mengobrol santai, entah membahas apa. Meski malam, halaman itu terang dihiasi lampu yang berjejer.

Suhu udara sekitar 16 derajat. Area hutan membentuk kabut tebal, boleh jadi semakin malam udara akan semakin dingin. Suara serangga terdengar gaduh. Spaghetti dress Mikasa yang dibalut jaket wol, belum cukup membuatnya hangat. Dia beringsut mendekati Agatha, wanita tengah baya itu sedang memanggang daging, sibuk memeriksa makanannya agar tidak hangus.

Suasana terasa canggung. Meja yang dikelilingi Eren, Historia, dan Jean sendari tadi dalam keadaan senyap. Historia mengamati sekitar, mereka semua terdiam menunjukan raut gusar. Kecuali Agatha, dia tetap fokus sambil bersenandung.

"Historia, bagaimana rasanya? Kamu suka?" Historia terkesiap, tersenyum lebar ke arah wanita tengah baya itu.

"Ya, tentu Nyonya," katanya kemudian tertawa ringan.

"Ini kali pertamanya kamu berlibur dengan keluarga kami. Aku harap kamu menikmatinya. Jean, bagaimana denganmu?"

Merasa namanya disebut dia ikut merubah air muka.

"Aku senang bisa ikut bergabung, suasanya di sini tenang dan pemandangannya sungguh spektakuler."

Agatha menepis-nepis tangan ke udara.

"Kamu pandai bicara, ya."

"Nyonya, ngomong-ngomong ..."

"Ya?"

"Boleh kupinjam sebentar putrimu itu?" Semua atensi sontak mengarah ke Mikasa. Termasuk Eren, pria tampan itu diam-diam menyimak dengan wajah sinis.

Agatha melirik Mikasa sekilas, putrinya nampak tidak minat. Tapi Agatha anggap Mikasa tidak masalah untuk itu, karna gadis itu hanya diam. Tidak menunjukan penolakan.

"Tentu."

Jean antusias, menatap rupa jelita Mikasa dalam-dalam. Di mata Jean, gaun tidur Mikasa bersinar, gaun itu berwarna putih, berbahan satin. Menginterpretasikan bentuk tubuh yang elok. Rambut hitamnya terurai kian memprovokasi, indah seperti langit malam, berserakan oleh bintang.

Jean bangkit mendekati Mikasa, masih terus memandangi kagum. Bibirnya melengkung indah.

"Aku ingin memperlihatkanmu sesuatu, mau kah kamu ikut denganku?"

Mikasa menyeringai, sebelum menjawab dia menghela napas.

"Tapi jika kau membuatku kecewa belikan makanan enak untukku sepulang dari sini."

Forbidden ColorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang