Dalam surat wasiat Carla. Wanita tengah baya itu menginginkan putranya Eren untuk menikahi Mikasa, gadis yang memilki rentang usia cukup jauh dengan Eren. Tidak ada alasan untuk Eren menikahi Mikasa, lantaran Mikasa sudah dianggap sebagai adik kandu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BGM / NIKI; shouldn't couldn't wouldn't
🌿
MIKASA menyeringai. Hatinya remuk---redam. Dia kembali berjalan melewati lorong yang gelap. Saluran respirasinya terhimpit terasa sesak. Menahan setengah mati dada yang mendadak ditimpa beban. Air mata dengan cepat terbendung tanpa diperintah. Sambil berjalan Mikasa menangis dalam diam. Dia menutup mulutnya dengan kedua tangan kuat-kuat. Jangan menangis! Jangan menangis! Kumohon! Tapi tetap, air bening itu terus meluncur membuat garis di wajahnya.
Waktu melesat cepat. Hari demi hari Mikasa tidak pernah hadir di setiap mata pelajaran Eren. Dia memindai tempat duduk Mikasa yang selalu kosong. Entah kemana perginya sang pemilik tempat. Eren memandang nanar ke arah sana, seraya bertingkah tidak peduli. Melanjutkan kewajibannya sebagai guru, bernarasi seperti biasa di balik podium. Padahal diam-diam dia penasaran keberadaan perempuan itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mikasa tertidur di atas rerumputan. Tak jauh di sisinya bunga dandelion dan ilalang menjulang rimbun. Tumbuh subur di sekitar tepian danau dalam hutan. Terletak tak jauh dari sekolah. Mikasa menutup matanya ... memeluk lututnya ... merasakan suara yang ditimbulkan angin. Gemerisik daun ... suara danau yang damai ... burung camar bersahut-sahutan. Mikasa merasa sejuk menerobos celah pori-porinya. Keputusannya untuk menenangkan diri adalah pilihan yang tepat. Bukan lagi sibuk memikirkan cara, bagaimana mengesankan Eren. Kini---bagaimana Mikasa menghindar dari pria itu? Mikasa masih mempertahankan logika. Atau bahkan secara tidak sadar, dia bertindak seperti demikian.
Cinta mampu merubahnya dengan sangat cepat. Perasaan sedih Mikasa kini ikut bersemayam di dalam hati. Mikasa tidak tahu harus apa. Yang dia inginkan sekarang adalah---menghindari sumber dari rasa sakitnya---Kenapa dia sangat enggan melihat Eren? Kenapa rasanya dia tidak mau bertemu dengan pria itu? Mikasa bingung. Dia meringkuk di rerumputan dan bayangan pohon pinus raksasa. Menjerit dalam benak. Tidak ada yang mendengar meski diteriaki. Tidak ada yang memahami perasaanya meski dia tunjukan. Percuma. Semua yang Mikasa lakukan tidak berguna. Sia-sia. Untuk yang pertama kali Mikasa tersakiti oleh cinta pertamanya.