🌿
BGM / KATIE, talk (rendition)
SUASANA tepi danau tidak berubah sama sekali.
Jangkrik masih bersahut sahutan. Perapian juga masih menyala. Mikasa terdiam di dalam tenda tidak melakukan apa pun. Berpikir ke sana kemari dalam keheningan, berbaring, sembari menatap langit-langit tenda yang tidak menarik sama sekali. Mikasa mencuri pandang ke lelaki di sampingnya. Dia menyisir setiap garis wajah Jean, mata pria itu terkatup rapat tanda dia tertidur amat lelap. Bahkan saat ponsel Jean mendadak berbunyi sang pemilik tetap enggan terbangun.
Lantas Mikasa ambil ponsel yang terletak di saku celana lelaki itu. Dia merogoh saku tanpa permisi atau rasa sungkan. Mikasa ambil begitu saja seolah sopan santun tidak berlaku untuknya. Saat tangan Mikasa masuk ke dalam saku, pemuda itu tetap saja diam. Harusnya pria itu tersadar kemudian terkejut seraya berkata, sedang apa kau meraba-raba di celanaku? Tetapi itu tidak terjadi, sekedar imajinasi Mikasa.
"Halo?" Mikasa langsung bangkit agak terkejut saat menjawab.
"Kamu di mana Mikasa? kenapa kalian belum kunjung pulang?" Agatha dengan cepat melontarkan pertanyaan, apa lagi saat dia tahu itu putrinya sendiri bukan sang pemilik ponsel, kendati begitu Agatha tidak mempermasalahkannya.
"... Aku masih di sekitar danau bu, bersama Jean. Tapi dia tertidur di dalam tenda, aku tidak enak membangunkannya."
Agatha menghela napas lalu kemudian lanjut berbicara, kini dengan nada yang lebih santai. "Jadi, apa kalian akan kembali?"
Mikasa bergeming agak panjang sebab dia belum punya jawaban. "Entah lah, aku tidak tahu antara membangunkannya atau menunggu dia sadar terlebih dahulu lalu kembali ke villa."
"Kalau begitu terserah kalian saja, jika memang akan kembali hubungi saja ibu. Sebab semua pintu sudah terkunci, kita semua akan pergi tidur sekarang."
"Baik bu, nanti akan kuhubungi. Emm, selamat tidur."
Kemudian percakapan berakhir.
Mikasa menaruh ponsel lalu berbaring lagi seperti sedia kala, di atas matras sambil menghadap lelaki itu. Suara napasnya begitu teratur dalam hutan yang senyap. Kian malam udara kian dingin membuat Mikasa beringsut mendekat, terpaksa menarik selimut yang juga Jean gunakan. Karena tidak ada lagi selimut yang tersisa, itu satu-satunya selimut bercorak kotak-kotak berwarna hijau tua. Akhirnya mereka tertidur dibungkus dengan selimut yang sama.
Sampai fajar Jean terperajat membuka matanya lebar-lebar, tersadar jika dia tertidur semalaman di dalam tenda, belum lagi Mikasa di sampingnya. Jantung serta napas Jean nyaris tak berhenti beberapa detik, kendati seluruh inderanya kini bekerja. Rasa dingin di hutan kini terasa, fajar yang baru saja pergi dari peraduan kini nampak. Aroma segar hutan juga sukses menjernihkan pikirannya. Jean gusar dengan rasa kebas di sebelah tangannya, saat dilihat pantas saja ternyata Mikasa menjadikan lengan Jean sebagai bantal. Perempuan itu masih menutup mata tanda belum terjaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Color
FanfictionDalam surat wasiat Carla. Wanita tengah baya itu menginginkan putranya Eren untuk menikahi Mikasa, gadis yang memilki rentang usia cukup jauh dengan Eren. Tidak ada alasan untuk Eren menikahi Mikasa, lantaran Mikasa sudah dianggap sebagai adik kandu...