[Chap14] | cupu baru

1.8K 180 7
                                    

Untukmu yang sedang berupaya melupakan,

tak perlu berusaha keras untuk menghapus kenangan yang berjajar rapi dalam ingatan.

Kenangan itu melekat pada hati;
biarkan saja kenangan itu tetap hidup
kelak, kita akan tiba pada masa di mana
Kita terbiasa mengingatnya sebagai sesuatu yang biasa saja.

~ Shavira Veren Waltz

Perasaan terburuk? Bangun di pagi hari mengingat apa yang ingin dilupakan tadi malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perasaan terburuk? Bangun di pagi hari mengingat apa yang ingin dilupakan tadi malam.

Tadi malam Vina memimpikan kejadian sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya ketika masih menjadi Vira. Merasa sangat kecewa dikhianati oleh teman terdekatnya sendiri. Meski begitu tidak sama sekali Vina memiliki rasa benci terhadap temannya itu. Karena Vina yakin pasti ada motif yang kuat kenapa ia melakukan terhadap Vina.

Entah kenapa hari ini Vina sangat malas untuk belajar. Ia menenggelamkan wajahnya di dalam lipatan tangan. Tanpa peduli dengan sekitarnya. Hari ini Vina benar-benar malas karena moodnya jadi turun mengingat mimpi malam tadi.

"Vina silahkan angkat tangan." ujar ibu Nani

Vina yang terkejut namanya dipanggil langsung angkat tangan. Seketika tatapan nya bertemu dengan seseorang yang tidak asing.

*flashback on

Hari ini hari pertama sekolah untuk Karin Welles. Entah kenapa ia sangat bersemangat seperti ingin bertemu dengan kekasih yang lama tak berjumpa.

"Akhirnya kita ketemu lagi." gumam Arin ketika sudah didepan gerbang sekolah

Baru beberapa langsung Arin memasuki sekolah langsung banyak hujatan tak beralasan dari mulut siswa/i disini.

"Murid baru guys. Eh tapi Cupu."

"Vina bakalan punya teman hahhaha."

"Kok ada Cupu baru sih. Memperbanyak sampah yang ada disekolah aja."

"Wahh ada bahan bullyan baru ini."

"Sekolah ini kenapa jadi nampung orang-orang yang gak berguna sih. Bikin males aja."

Masih banyak lagi ujaran-ujaran kebencian yang tidak diperdulian Arin sedari tadi. Ia langsung mencari ruangan kepala sekolah.

Tidak sulit Arin menemukan ruangan kepala sekolah karena ia memang sudah mencari informasi terlebih dahulu.

Tok

Tok

Tok

"Ia silahkan masuk." sahutan dari dalam ruangan.

"Permisi, pagi pak." ucap Arin

"Iya pagi, kamu anak baru itu ya. Karin Welles?"

"Iya betul pak."

TRANSMIGRASI INTELIGEN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang