✨️ 02

56 12 0
                                    

2. Kenalan Baru

Happy Reading!

✨️
✨️
✨️

Katanya, hidup Arutala itu terlalu monoton.

Aru juga tahu itu.

Setidaknya itu juga yang dia rasakan setelah lulus sekolah dan tidak bisa lanjut ke perguruan tinggi.

Selama 2 tahun terakhir, kegiatan Aru hanya bekerja, bekerja dan bekerja. Bahkan saat libur di hari minggu pun, yang dia lakukan hanya berdiam diri dikamar, meski sesekali membantu ibu berjaga ditoko sayur mereka dipasar.

Mungkin, karena itu juga Ibu dan keluarga yang lain selalu semangat mencarikannya pasangan agar Aru tidak sendirian.

Hal itu pula yang kadang membuat Aru kewalahan.

"Bu, kali ini bukan salah Aru."

Seperti saat ini.

Sudah sekitar 10 menit Aru mengikuti sang ibu yang tengah memilah sayur untuk dijual dipasar. Namun, selama itu pula ibunya tidak menanggapi perkataannya, bahkan mungkin menganggap Aru tak ada.

Padahal kebetulan Aru sedang libur, mangkannya dia mencoba mengajak ibunya bicara.

"Bu, tunggu dulu atuh," Arutala menahan lengan ibu yang akan keluar dapur.

Ibu menatap Arutala yang sudah memasang muka melas. "Kenapa?"

"Jangan marah lagi dong, Aru, kan, udah jelasin kenapa nggak mau sama Topan."

"Punya hak apa Ibu marah sama kamu? Hidup, hidup kamu ini, jadi suka-suka kamu, kan?"

Arutala memejamkan matanya mendengar perkataan sarkas itu.

Memang selalu seperti ini. Setiap kali hubungannya dengan pria pilihan mereka gagal, Ibu akan marah dan mendiaminya.

"Ibu kok ngomongnya gitu?"

"Bener, kan? Ibu memang nggak punya hak atur-atur kamu. Mau kamu sama siapa juga nantinya, Ibu udah nggak mau urus, Ru. Cape." Ibu melepas cekalan Aru dan berjalan keluar.

Aru menghela napas. Sifat Ibunya ini memang keras, kalau sudah marah susah sekali dibujuk.

"Bu, nyari pasangan hidup itu, kan, nggak bisa asal kenalan langsung jadi. Ini baru 1 bulan aja udah buat risih, gimana lagi pas nikah nanti?" Namun, Aru juga tak mau menyerah mengutarakan pembelaan.

"Perhatian itu namanya. Kamu yang aneh menganggap itu risih!"

"Ibu kenapa jadi belain dia terus sih, seakan-akan cuma Aru yang salah?"

Aru sudah berada di depan sang ibu yang membawa plastik berisikan sayuran untuk dibawa ke pasar.

"Memang salah kamu." balas Ibu, tak mau terbantah.

Aru akan kembali menjawab namun Ibu kembali berusara.

"Ru, Ibu nggak pernah minta macem-macem sama kamu, cuma satu hal ini aja, tapi kenapa gitu loh nggak pernah bisa kamu turutin?"

Choice Of Love (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang