✨️11

7 1 1
                                    

11. Pernyataan Ulang

Happy Reading!

✨️
✨️
✨️

Drrrttt! Drrrttt!

Aru yang baru selesai mengunci pintu rumah, mengambil ponselnya ditas. Segera mengangkat telepon yang ternyata dari Teh Hania.

"Halo Teh?" sapanya.

"Ru, kamu dimana?"

Alisnya terangkat naik mendengar suara panik diseberang sana.

"Ini baru mau berangkat kerja, kenapa, Teh, kok panik gitu?"

"Belum berangkat? Syukur atuh! Kamu mending cepet ke pasar susul Ibu kamu ke sana!"

"Ibu? Kenapa harus disusul memang, Teh?" tanya Aru masih tidak mengerti.

"Pasar kebakaran, Ru! Katanya kebakarannya gede!"

"Kebakaran?!" beo Aru, menegakkan tubuh.

"Iya, Ru. Teteh lihat dari status-"

"Teh, Aru tutup dulu teleponnya!" Aru mengakhiri panggilan. Segera menyetop angkutan umum untuk menuju pasar.

Dia melirik jam yang menunjukkan pukul 8 kurang. Jela sekali Ibu masih ada dipasar.

"Mang agak cepetan, Mang!" pinta Aru dengan raut khawatir yang kentara.

Kakinya bahkan tidak bisa diam. Dalam hati terus berdoa Ibunya baik-baik saja, atau setidaknya sudah keluar dari area pasar.

Tin! Tin!

Aru berdecak kesal melihat kemacetan di depan.

"Neng didepan sana ada kebakaran, Nengnya mau ke mana? Saya mau puter balik ini."

"Mau ke pasar, Mang."

"Kebakarannya disana , Neng, nggak bakal bisa lewat!"

"Nggak papa, saya turun disini aja!" Aru memberikan uang ongkos, lalu turun dari angkut dan berlari ke tepi jalan.

Langkah kakinya dipacu secepat mungkin, meski ada beberapa pengaman jalan yang mencoba mengusir agar tidak ada yang mendekati area pasar, Aru tetap bersikeras menerobos. Ibunya ada disana, tidak mungkin Aru hanya akan diam tanpa tahu keadaan sang Ibu.

"Permisi, permisi!" Aru mencoba masuk ditengah lalu lalang orang yang berlarian keluar.

Bruk!

"Aw!" Dia segera bangkit lagi saat tak sengaja tersenggol dan jatuh.

"Ruko saya, gusti!"

Aru segera menoleh ke arah suara. Matanya menangkap sang Ibu diantara 3 wanita paruh baya lain.

"Ibu!" Membuatnya segera berlari menghampiri.

Ibu dengan keringat yang membanjiri pelipis menoleh, langsung memeluk Aru erat. "Ru, toko kita, Ru."

Aru balas memeluk, mengusap punggung sang Ibu menenangkan. "Coba Aru lihat, ada yang luka nggak?"

Aru memeriksa seluruh tubuh Ibu, sontak menghela napas saat tak ada yang tergores sedikit pun.

"Tadi Aru udah panik banget tahu, takut Ibu-"

"Arutala?"

Perkataan Aru terpotong. Dia dan Ibu menoleh ke kanan, tepat pada Satya yang sudah ada di depan mereka.

"Kak Satya?" kaget Aru. Tidak menyangka akan bertemu kembali disituasi seperti ini.

Ibu memilih diam memperhatikan laki-laki berperawakan tinggi yang tengah berjalan ke arah mereka.

Choice Of Love (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang