✨️ 09

20 9 0
                                    

9. Proses (katanya)

Happy Reading!

✨️
✨️
✨️

Aru tidak pernah merasakan pacaran. Itu faktanya.

Semasa SMP dia pernah dekat dengan laki-laki yang satu organisasi. Mereka yang kemana-mana selalu bersama, membuat beberapa teman Aru selalu mengejek dan menjodoh-jodohkan.

Singkat cerita, Aru mulai baper karena ecengan candaan itu. Laki-laki yang dekat dengannya juga tidak terlalu keberatan jadi Aru pikir itu akan menjadi kesempatan untuk mereka punya status.

Tapi tahu apa yang terjadi?

Laki-laki itu justru menitipkan sebuah surat cinta pada Aru untuk disampaikan pada teman satu bangkunya.

Ya, Aru dighosting.

Mungkin juga tidak, karena pada kenyataannya sejak awal hanya Aru yang memakai perasaan. Dia jatuh cinta sendirian.

Seiring berjalannya waktu, hingga sampailah pada saat kelas 2 SMA, kejadian serupa pun terjadi. Aru kembali terbawa perasaan pada satu laki-laki yang menjadi teman sekelasnya. Yang ini pendekatannya lebih jelas, sakit karena hasilnya mereka harus berpisah dan lost contact sehabis wisuda tanpa ada kejelasan apa pun, terasa sampai beberapa bulan kemudian.

"Udah sampai, Ru."

Aru segera turun, melepas helm yang ternyata sengaja Satya beli pada pemiliknya.

"Makasih udah ngater, ya, Kak."

Satya melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 17.55 WIB.

"Yakin nggak mau dianter sampai rumah, Ru?" tanya Satya lagi.

Aru tadi memang meminta diantar sampai depan gang. Sebetulnya tidak perlu memakai motor karena jarak dari warung Mang Joko ke gang rumah cukup dekat, namun Satya tetap memaksa mengantar sampai depan gang.

"Nggak papa, Kak. Ibu paling juga udah tunggu dekat pangkalan ojek sana." tunjuk Aru pada sebuah pos dipertigaan.

Satya hanya bisa mengangguk pasrah, "Ya udah Kakak lihatin kamu dari sini, hati-hati jalannya."

Aru melambai singkat. "Hati-hati dijalan, ya, Kak."

Satya ikut membalas lambaikan tangan Aru. Memerhatikan gadis itu sampai menghilang di belokan.

Hembusan napas panjangnya keluar.

Satya mengacak-acak rambutnya, kesal.

"Satya bodoh, baru dua kali ketemu bisa-bisanya ngomongin pendekatan kayak gitu!" rutuknya memejamkan mata.

Satya memang sedikit menyesali pekerkataannya pada Aru tadi. Pasalnya dia juga refleks berkata seperti itu karena takut Aru akan meminta Satya menjauh.

Teh Hania juga pernah bilang Aru itu tisak terduga, jadi Satya yang bahkan belum memulai pendekatan takut tidak memiliki kesempatan.

Ting!

Satya meraih ponselnya disaku jaket, menaikkan alis saat tahu Arulah yang mengirim pesan.

Arutala

| Kak

Iya, kenapa Aru? |

| Soal izin ngedeketin itu, boleh Aru jawab nanti, kan?

Ya nggak papa, dibawa santai aja, Ru. |

Choice Of Love (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang