✨️ 05

31 8 0
                                    

5. Random Talk

Happy Reading!

✨️
✨️
✨️

Aru tidak menyangka bahwa berita kedekatannya dengan Satya akan menyebar secepat ini.

Sudah sejak sore tadi hingga malam kini masih banyak spam chat dari sepupu-sepupunya yang lain. Yang memang suka heboh jika dirinya dekat dengan laki-laki.

"Jadi sebenarnya lo suka nggak sama si Satya itu?" tanya Anin, dengan tangan yang sibuk mencomoti snack.

Mereka sedang menonton film horor di laptop Aru, karena Anin memutuskan untuk menginap dirumah Aru.

"Enggak lah, masa baru ketemu udah suka-sukaan."

"Lah, emang kenapa? Gue ke Hanif sukanya dari pertama ketemu, tuh." Anin berucap tak terima.

"Tetap aja beda," elak Aru, memilih merebahkan tubuhnya.

Anin melirik Aru yang menatap langit-langit kamar.

"Tapi serius deh, Ru, dari apa yang lo ceritain tadi gue ngerasa si Satya ini beda dari yang lain." ujar Anin disetujui Aru dalam hati.

Aru juga sudah bilangkan, Satya ini beda dari laki-laki yang pernah dekat dengannya.

"Gue yakin kalau lo jadian sama dia, beuh pasti heboh satu kampung secara kalian serasi banget!"

Aru sontak tertawa, menabok bahu Anin membuat empu mengaduh sakit.

"Ih, malah ketawa!" delik Anin.

"Abisnya maneh teh sotoy pisan, berasa udah kenal orangnya aja!" Aru masih tertawa, menggeleng tam habis pikir menatap Anin.

Anin mendengus, ikut merebahkan tubuhnya dan memangku laptop yang masih menyala.

"Mangkannya kenalin atuh, bawa ke rumah biar kita semua tahu orangnya." ujar Anin kembali menonton film.

"Dih, lo sendiri aja nggak ngenalin Hanif ke keluarga!" sindir Aru tak mau kalah.

"Yeuh, itumah, kan, beda!" Anin hendak meraup wajah Aru yang langsung menjauh.

"Beda apanya coba?" tanya Aru.

"Posisi gue, kan, yang ngejar Hanif kalau lo malah yang dikejar sama Satya. Disitu aja udah kentara bedanya." Anin berucap pelan.

Aru jadi menoleh lagi pada Anin yang memasang wajah sendu. "Hanif masih belum ngerespon lo?"

Anin menghela napas, "Kemajuan kita tuh cuma pulang bareng pake motor dia doang tahu nggak! Kadang cape gue, Ru."

Aru mendekat, memeluk Anin dari samping. Tahu sekali bagaimana berjuangmya gadis itu untuk mendapatkan cinta pertamanya diusia 20 tahun.

"Jangan patah semangat, atuh An. Kan, lo yang bilang si Hanif orangnya pemalu, mungkin dia ada rasa juga tapi nggak bisa bilangnya." Aru berujar menenangkan.

Anin berdecih, "Udah lah, memang yang paling enak itu jadi lo. Apa-apa kayaknya gampang banget!"

Aru segera menjauh dan menoyor jidat Anin. "Baru minggu lalu gue bilang pengen jadi lo, An. Sekarang malah kebalikan ih!"

Anin tersenyum, "Setidaknya, lo beruntung dalam hal dicintai, Ru. Itu satu hal yang nggak bisa semua orang dapetin."

Aru terdiam mendengar penuturan Anin.

Anin menepuk bahunya, "Gue dengan tulus mendoakan percintaan lo kali ini berhasil." Aru tersenyum haru.

"Aemoga juga juga bisa segera merasakan jadi braismaid lo dari rajutan kain sutra." Lanjut Anin.

Choice Of Love (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang