✨️ 03

46 11 0
                                    

3. Namanya Satya Darma

Happy Reading!

✨️
✨️
✨️

"Dek, ayo makan!"

"Iya sebentar!"

Teriakan itu terdengar menggema disebuah rumah susun berlantai 3.

Satya Darma- yang masih lengkap dengan celemeknya- meletakkan dua piring ke meja beralaskan taplak motif.

Dia merapihkan sedikit tatapan lauk-pauk yang selesai dibuat ke tengah meja. Latas menoleh pada pintu di sudut ruangan yang masih tertutup rapat.

Helaan napasnya keluar, segera menghampiri dan mengetuk pintu dua kali.

"Dek, masih belum selesai? Ini Abang udah telat, loh."

"Iya, keluar ini!"

Tak lama, seorang gadis berpakaian seragam SMA dengan rambut terikat sebelah keluar.

Satya yang melihat penampilkan kacau sang adik tak bisa membendung tawa.

"Shila, kamu abis ngapain sih, sampai berantakan gini?"

"Ini gara-gara abang manggil mulu!" sungut gadis kecil itu, mengulurkan sebuah ikat rambut kepada abangnya. "Pakaikan, Bang."

"Ya udah, sambil sarapan, ayo!"

Satya merangkul bahu Shila, mempersilahkan adiknya duduk di kursi makan.

Shila yang semula masih kesal seketika berbinar melihat salah satu makanan favoritnya tertata dimeja.

"Asik, ada perkedel udang!" serunya senang, langsung mengambil secentong nasi dengan banyak perkedel ke dalam piring.

"Pelan-pelan, Shil, makannya nggak bakal Abang habisin kok," Satya terkekeh melihat Shila yang sebegitu lahapnya memakan masakannya.

Dia sesenang itu jika adiknya mau makan banyak seperti ini.

"Selesai!" serunya, menyelesaikan ikatan terakhir.

"Makasih, Abang!" ucap Shila disela kunyahannya.

"Sama-sama," Satya membawa tubuh Shila menghadapnya lebih dulu. "Kamu tuh, ya, dasi kayak gini aja nggak bisa pasang, gimana nanti diasrama coba?"

Shila yang mendengar itu menelan pelan makanannya, lalu menatap Satya sendu.

"Shila beneran harus tinggal diasrama, ya?" tanya Shila entah untuk kesekian kalinya.

Satya mengangguk, "Semua perlengkapan sudah dimasukin, kan?"

"Bener-bener nggak bisa tinggal sama Abang aja?" Shila tak menanggapi pertanyaan Satya.

Satya menaruh sendok, mengusap singkat puncak kepala adiknya. "Nanti Abang sering jenguk Shila ke sana, tapi sekarang Shila sekolah yang bener dulu harus baik sama temen-temen asrama, ya?"

Shila hanya menunduk dengan wajah sendu. Masih tak rela harus berpisah dengan Abangnya meski dia juga tidak bisa menyia-nyiakan beasiswa yang diberikan pemerintah.

Choice Of Love (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang