✨️ 12

6 1 0
                                    

12. Pdkt

Happy Reading!

✨️
✨️
✨️

Pagi ini toko distro Mekar Karya sedang ramai pelanggan, bahkan pesanan baju sampai celana membeludak. Sepertinya promosi yang gencar dilakukan Bang Jale dengan imbalan bonus gaji sukses membuahkan hasil.

Kini laki-laki dengan jaket denim itu sudah sibuk mundar-mandir menerima telepon baik dari pelanggan atau bahkan sales yang diajak bekerjasama.

Aru sendiri sudah turun ke bawah membantu Koh Eilen melayani pembeli. Disaat seperti ini toko sedang butuh-butuhnya karyawan baru, karena sekarang Aru sudah kewalahan menanggapi lebih dari puluhan pelanggan. Bahkan Koh Eilen kelimpungan menerjma uang dari pembeli saking banyaknya.

Sayang, Bos Aru itu tidak pernah mau menambah pegawai, padahal sudah 2 tahun toko ini berjalan dan semakin terlihat ramai membuat Aru yang notabanenya melamar sebagai photoshop sering kali harus double job. Jika gajinya bisa ikut double sih tidak apa-apa, tapi kenaikan gaji ditoko ini sangat jarang dan Aru takut untuk membahas hal seperti itu.

"DI TEMBAK?!"

Aru melirik sekilas Koh Eilen yang berjalan keluar toko. Tadi laki-laki itu bilang mau ke kafe seberang untuk istrahat sebentar karena sejak 3 jam lalu mereka sibuk melayani berbagai macam pelanggan.

Disaat yang bersamaan, Anin yang sedang izin sakit dan berada di rumah menelepon karena bosan.

"Jangan teriak-teriak atuh, An, biasa weh!" berenggut Aru mengusap telinganya yang pegang.

"Kumaha bisa nggak teriak coba, tiba-tiba lo ditembak gitu?!"

"Gue juga kaget asli, perasaan baru minggu lalu izin ngajak pdkt'an, eh kemarin malah nembak!"

"Terus lo jawab gimana? Di terima?"

Aru terdiam, teringat dengan kejadian kemarin.

"Jadi gimana, Ru?"

Aru mengerjap, bingung mau menjawab apa.

Satya yang tahu Aru yang kaget dengan pernyataan cintanya yang tiba-tiba lantas menghembuskan napasnya.

"Ya udah, lupain aja yang tadi."

Aru mendongak, melihat jelas wajah Satya yang sepertinya kecewa.

"Kak,"

"Maaf, ya, Ru, kesannya jadi ngebet gini. Tapi serius, ini juga pertama kalinya buat Kakak."

Aru mengangguk. "Aku ngerti. Tapi, Aru lagi nggak mau pacaran."

Satya ikut mengangguk. "It's okey."

"Tapi kalau Kak Satya mau coba pdkt'an ayo aja." Lanjut Aru.

"Oke- hah?" Satya segera mendongak, takut salah dengar.

Aru mendengus geli melihat reaksi itu.

"Ini maksudnya gimana, Ru?" tanya Satya mencoba paham situasi.

Aru mengangkat bahu. "Kakak ngerasanya gimana? Udah siap ngejar aku?"

Satya menganga, tak menyangka akan dijawab seperti itu. "Siap atuh!"

"Semangat, ya, soalnya hati Aru kayak pintu baja susah dimasukin kalau lagi kekunci!" ujarnya bercanda.

Membuat Satya tertawa. "Tenang, nanti Kak Satya pintu mesin bor buat bongkar paksa."

Aru berdecih, menggeleng tak menyangka Satya sereceh itu.

Mereka akhirnya memutuskan untuk memeriksa tempat kebakaran bersama.

Choice Of Love (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang