✨️ 04

40 12 5
                                    

Happy Reading!

✨️
✨️
✨️

Tangan Aru dengan lincah bergerak diatas keyboard, pandangannya pun terpaku fokus pada layar yang menampilkan sketsa design yang baru dibuatnya.

Tok, tok!

Aru menoleh sekilas ke arah pintu yang dibuka.

Melihat Ibu yang hanya memandanginya membuat Aru menghentikan pekerjaan.

"Ada apa, Bu?" Aru memutar kursi menghadap sang ibu.

Ibu berjalan menuju kasur, duduk disana menatap serius Aru.

"Tadi Ibu udah telepon Hania nanyain soal cowok yang lagi deket sama kamu."

Aru tadi memang sudah memberitahu Ibu bahwa Hania yang mengenalkannya pada Satya.

Sebenarnya Aru menyesal sudah asal bicara, namun melihat Ibu yang seketika melupakan amarahnya membuat Aru sedikit lega.

Lagi pula, nasi sudah menjadi bubur. Nanti jika Hania menelepon Satya dan menanyai aki-laki itu, Aru akan segera menjelaskan agar tidak terjadi salah paham. Yang penting Aru aman sekarang.

"Terus gimana katanya, Bu?" tanyanya lagi mencoba tenang meski dalam hati sudah dag, dig, dug takut Teh Hania melebih-lebihkan.

"Kata Hania kalian memang udah tahu mau dikenalin,"  Aru berdecih dalam hati. Kakak sepupunya ini memang paling pandai memutar balik fakta.

"Tapi baru sempet ketemu hari ini, karena Aru waktu itu masih deket sama Topan." Lanjut Ibu.

"Ah, iya Bu, kitanya juga sama-sama sibuk, terus Aru masih dikejar-kejar sama Topan jadi baru bisa ketemu hari ini deh." Aru menampilkan cengiran, sebisa mungkin memilah kata.

Dalam hati sudah mengucap maaf berulang kali karena harus berbohong.

"Tapi, kan, berarti kalian baru ketemu satu kali, Ru. Ibu juga belum sempat lihat mukannya, jadi agak cemas."

"Tenang aja, Bu, seperti yang Aru sering bilang, Aru bisa jaga diri." ucapnya, menyentuh lengan sang ibu. "Lagian ini, kan, yang ngenalin Teh Hania, masa Ibu nggak percaya sama dia?"

Ibu menarik tangannya, "Kamu dikenalin sama Teh Hania langsung mau, tapi kalau dikenalin sama Ibu kenapa selalu nolak?"

Aru terkekeh mendengar nada cemberut itu.

Karena yang ini nggal bakal ngadu kalau nanti diminta ngejauh Bu.

"Bukan gitu Bu, cuma yang ini nggak tahu kenapa ngerasa beda aja dari yang sebelumnya.c

Aru tidak sepenuhnya berbohong. Dilihat dari cara bicara saja, dia merasa Satya berbeda dari 3 laki-laki yang pernah dekat dengannya.

Meski begitu, Aru juga tidak akan menyangkal bahwa dia tidak punya perasaan apa pun pada Satya. Aru rasa, Satya pun begitu.

Ibu mendengus, namun tetap tersenyum menyampirkan anak rambut Aru. "Pokoknya Ibu belum bisa sreg kalau kamu nggak bawa dia ke hadapan Ibu."

"Ya, kan, baru aja kenal Bu. Lagian Aru juga nggak tahu perasaan Satyanya gimana."

"Nggak tahu tapi sudah mesem-mesem kayak habis ditembak doi!" ledek Ibu seraya berdiri. "Ya sudah, kamu beresin itu pekerjaannya, jangan tidur malam-malam. Nanti Ibu cek lagi ke sini!"

Aru mengangkat tangannya, hormat. "Siap Nyonya!" Lalu berdiri mengecup singkat pipi Ibu.

"Good night, Bu!"

Choice Of Love (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang