✨ 10

17 8 3
                                    

10. Tak Terduga

Happy Reading!

✨️
✨️
✨️

"Gue takut dia cuma main-main."

Anin yang sedang membaca novel berdecih sinis. "Yang ada Kak Satya yang harus waspada lo mainin kayak cowok-cowok sebelumnya."

"Dih, kapan gue pernah mainin perasaan cowok?" bantah Aru yang tidak merasa punya pengalaman sepertu itu.

Anin menoleh penuh pada Aru yang sedang menangkup kepala diatas meja belajar. "Mungkin bukan mainin, tapi lo nganggap perasaan suka yang mereka milikin ke lo itu hal remeh."

"Ya, tapi itu, kan, karena mereka juga, An." Aru tetap tidak mau kalah. "Gue juga udah berusaha fine aja deket sama Topan, atau bahkan yang sebelumnya, tapi ada aja hal dari mereka yang buat gue ragu dan berakhir milih stop."

"Ru, manusia itu nggak ada yang sempurna." Anin kembali mengingatkan, untuk kesekian kalinya.

"Tahu, An. Gue juga nggak nyari yang sempurna kok."

"Tapi lo dan negatif thingking lo itu kadang ngerusak kenyataan itu, Ru."sela Anin membuat Aru terdiam.

Aru menghela napas, "Jujur kadang takut malah jadi tokoh antagonis dicerita sendiri, An. Gue takut langkah yang akan gue ambil justru ngerusak jalan cerita yang seharusnya berjalan mulus."

Anin mengusap punggung tangan Aru, tahu betul arah pembicaraan gadis itu.

"Lo jangan lupa, nggak ada cerita yang berakhir tanpa konflik di dalamnya, Ru."

Aru mengangguk, tentu tahu akan hal itu. Namun dirinya yang pengecut ini takut harus kembali merasakan kisah yang sama. Yang bahkan akhirnya masih gantung tanpa kejelasan.

"Ru, gue memang nggak tahu Kak Satya itu orang yang seperti apa. Tapi kalau dihati lo ada rasa ingin nyoba sama dia, gue rasa nggak ada salahnya."

Aru menatap mata Anin yang mengangguk meyakinkan.

Aru tidak tahu mengapa harus seprustasi ini memikirkan permintaan Satya yang sebetulnya adalah hal biasa.

"Toh, misal dia brengsek kayak yang lain tinggal lo gampar aja kayak yang sebelumnya atau panggil gue juga boleh biar nanti gue bantu lemparin gelas ke muka dia biar bopeng!"

Aru tertawa melihat raut wajah Anin yang mencoba galak, lantas melempar boneka baymax dipangkuannya membuat empu mengaduh kesal.

"Sok wani!"

Anin mencebikkan bibir. "Manehmah, mau ngehibur juga malah ditimpuk ngeselin!"

"Menghibur apa sih, orang nggak ada yang galau juga." Aru turun dari kasur untuk keluar kamar.

Anin mengikuti dari belakang. "Perasaan gue nggak bilang lo lagi galau, deh. Ekhem, ngerasa sendiri, ya, kalau lo galauin Satya perkara gini doang haha?"

Aru mendorong Anin menjauh, kesal karena diecengi. "Apa sih, nggak jelas!"

"Cei, Aru salting, cie!" Anin makin gencang meledek.

Membuat Aru berlari menjauh menuju dapur. Berhenti tiba-tiba saat ternyata ada Ibu yang tengah memasak di sana.

"Loh, Ibu, udah pulang," Aru mengambil alih panci berisikan sayuran, membawanya ke meja makan.

Ibu melirik Anin yang ikut mendekat dan menyalami tangannya. "Ngidep, kan, An?"

Anin mengangguk. "Masak apa, Wa?"

Choice Of Love (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang