✨️ 01

79 18 4
                                    

1. Putus Hubungan

Happy Reading!

✨️
✨️
✨️


"Jadi maksudnya, kamu mau putus?"

Kaki yang sejak tadi bergetar tak bisa diam di bawah meja perlahan berhenti. Netranya yang sejak tadi menunduk kini mendongak bersitatap dengan pria berjas biru dongker dengan kacamata hitam yang selalu bertengger.

Alisnya terangkat naik. "Putus?"

"Iya. Hubungan kita putus, selesai, the end. Itu, kan, maksud omongan kamu, Ru?"

"Wait, wait," Arutala Zenaya jadi menyugar rambutnya, bingung.

"Harusnya nggak sepanjang itu nggak sih, kita, kan, memang belum ada hubungan apa-apa, Topan."

"Hah?" Topan menatapnya tak mengerti. "Kamu tuh anggap aku apa, Ru, selama satu bulan ini?"

Masalah pertama. Aru paling malas jika harus berdebat apalagi soal seperti ini, namun dia harus mengakhiri agar hidupnya kembali tenang.

"Oke, kita satu bulan ini memang deket, tapi itu, kan, karena disuruh Ibu, just it. Kamu juga yang keukeuh tetap deketin aku padahal aku udah bilang lagi nggak mau deket siapa pun. Terus, salah kalau sekarang aku minta kamu stop?"

"Ru, aku pikir kamu punya perasaan yang sama kayak aku, loh?"

Aru sontak menaikkan alisnya tinggi.

Masalah kedua. Dia paling tidak suka laki-laki sok tahu macam Topan.

Punya perasaan apanya?

Orang yang dilakukan laki-laki itu hanya mengikuti Aru sepanjang waktu seperti penguntit.

Kalau takut, iya banget.

"Maaf banget, tapi aku enggak pernah punya perasaan cinta atau semacamnya sama kamu." Aru memilih berdiri saat Topan akan kembali bersuara. "Udah, ya, Topan, mau berangkat kerja udah telat nih!"

"Ih, Ru, tunggu dulu!"

Aru melepas tangan Topan yang mencekalnya. Menampilkan senyum paksa sambil membalik tangan itu untuk bersalaman.

"Salaman dulu biar beneran clear, ya. Dadah!" Aru menggoyangkan tangannya singkat lalu menariknya dan berbalik menjauh.

Misuh-misuh sepanjang jalan dengan gerakan mulut. Membuat orang-orang yang lalu lalang menatapnya aneh.

Drrrt! Drrtt!

Kakinya berhenti. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat dari biasanya.

Sembari menahan napas, tangannya meraih ponsel didalam tas untuk melihat nama siapa yang tertera dilayar.

Teh Hania is calling..

Napasnya terhembus lega, dengan segera menerima panggilan. Dia sudah
Panik ibunya yang menelpon dan marah -marah.

"Hallo-"

"ARU, KAMU UDAHAN SAMA SITOPAN, HAH? BENERAN ITU Teh.."

Aru segera menjauhkan ponselnya.

"Buset, toa banget." Aru mengepalkan tangannya untuk ditiup dan di tempelkan ke telinga. Mendekatkan lagi ponselnya.

"Hallo, Aru? Ih, kok malah ngilang?"

"Tahu dari mana, Teh? Perasaan baru 10 menitan keluar dari kafe deh."

"Ya, Ibu kamu, lah! Kenapa lagi, yang itu nggak sesuai kriteria kamu juga?"

Choice Of Love (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang