✨️ 07

17 8 0
                                    

7. Bertemu

Happy Reading!

✨️
✨️
✨️

Aru pernah bilang tentang gaji yang tidak sesuai kinerjanya, kan?

Bukan tanpa alasan Aru berkata demikian, bahkan sering mengeluh pada Ibu ingin berganti pekerjaan meski tentu Ibu tidak pernah mengijinkan.

Hanya satu kalimat yang sama, yang selalu keluar dari mulut Ibu setiap Aru mengeluh.

"Sabar, namanya kerja pasti cape."

Aru juga tahu semua pekerjaan itu melelahkan. Bahkan menurutnya pekerjaan Ibu sebagai pedagang sayur lebih jauh melelahkan dibanding dirinya yang hanya menatap layar komputer berjam-jam.

Tetap saja, lama kelamaan Aru juga cape. Yang lelah sekarang bukan fisiknya, melainkan batin.

"Kamu bego atau gimana sih, Ru? Ini logonya beda banget dari yang saya design loh?!"

Aru termundur saat dua lembar kertas dilempar ke arahnya.

"Kerjain ulang! Minta Zainal bantu kamu revisi sebelum ke gudang cek sweater yang kemarin udah dicetak atau belum!"

"Baik, Koh. Permisi."

Aru melangkah mundur, berjalan keluar dan menaiki tangga di samping toko untuk kembali ke tempat kerjanya.

Di sini, seburuk apapun mood Aru, tidak boleh memengaruhi pekerjaan yang harus selesai hari itu juga.

Bahkan, air mata yang akan keluar kembali urung karena tahu itu hanya akan membuang waktu bekerja.

"Ru, ini coba coreksi lagi gradiasi warnanya, deh."

Aru menarik kursinya mendekat pada meja Jale. Meminjam komputer laki-laki itu untuk mengedit kembali bagian yang dirasa kurang pas.

"Kalau gini gimana, Bang?" tanya Aru, setelah berhasil mengubah warna yang semua lebih gelap menjadi cerah.

Jale nampak diam sebentar, "Mereka mau ton warna designnya nggak terlalu nyatu sama baju, kan?"

Aru mengangguk, "Iya katanya biar lebih kelihatan jelas logonya."

"Ya udah bisa berarti pakai ini, cuma lebih dipertajam aja, Ru." pinta Jale.

"Oke sebentar," Tangan Aru bergerak cepat diatas keyboard, otaknya berpikir keras untuk menajamkan warna pada gambar namun bisa tetap menyatu dengan warna baju yang diminta.

Jale di sampingnya menatap kagum. "Tadi dimarahin kenapa lagi, Ru?"

"Biasalah," jawabnya dengan mata yang masih fokus menatap layar.

"Gue tahu lo strong, tapi kalau mau nangis jangan ditahan, atau nggak lo mau gue apain tuh bos lo?"

Aru mendengus, melirik Jale yang memasang wajah serius. "Sok berani lo, Bang. Kena potong gaji tahu rasa nanti!"

Bang Jale jadi terkekeh malu, "Tapi bos lo licik banget, masa ada kesel dikit yang dipotong gaji!"

"Mangkannya, ulah sok nyien gara-gara!" Aru menjauh dari meja Jale. "Itu udah selesai, Bang."

Bang Jale mengangguk, segera memeriksa hasil pekerjaan Aru.

"Gimana, perlu gue revisi lagi?"

Jale tersenyum miring melihat hasil design Aru yang selalu memuaskan. "Tangan ajaib lo bener-bener sayang kalau cuma dipake kerja di toko ini, Ru!"

Choice Of Love (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang