50. About The Apology

793 109 24
                                    

Jake berdiri melamun di depan abu adiknya. Tatapan sendu itu tak henti menatap bingkai foto sang adik.

Rasa kehilangan itu masih dapat Jake rasakan. Bagaimana ia melihat Daniel tertabrak di depan matanya, semua itu masih belum dapat Jake lupakan.

Niat ingin membalas dendam waktu itu timbul begitu saja. Ia kehilangan adiknya gara-gara Heeseung. Jika Heeseung lebih dulu menyelamatkan Daniel daripada Jungwon, maka Daniel akan baik-baik saja.

Dikuasai rasa takut dan waspada, membuatnya ingin Heeseung merasakan hal yang sama. Yaitu kehilangan Jungwon.

Sedari dulu Jake ingin menyingkirkan anak tak bersalah itu agar mereka impas. Namun selalu gagal dan sekarang berakhir ia kalah.

Kalah dengan dirinya sendiri, bahwa tidak seharusnya ia melakukan ini semua. Tak seharusnya ia ingin mencelakai Jungwon yang mana Jungwon juga sudah seperti adiknya.

Mungkin akan lebih menambah luka jika adik mereka sama-sama pergi.

Namun, sekarang Jake hanya perlu bukti. Ia hanya ingin bukti bahwa Heeseung jujur dengan perkataannya kalau yang menyebrang hanya Daniel, bukan keduanya. Dan hanya perlu bukti bahwa Heeseung yang terlambat menyelamatkan Daniel, bukan lebih dulu menyelamatkan Jungwon kemudian ingin menyelamatkan Daniel dan semua itu terlambat.

"Mereka berdua gak nyebrang, Jake. Cuma Daniel. Kalo keduanya nyebrang, pasti aku langsung selamatin keduanya, bukan cuma Jungwon. Daniel itu juga udah kayak adikku. Waktu itu aku cuma telat datang dan ketika aku datang, aku udah lihat kerumunan disana."

Ucapan Heeseung beberapa hari setelah acara pemakaman selesai melintas di benak Jake. Ucapan yang sudah bertahun-tahun itu tiba-tiba teringat olehnya dengan jelas.

Dadanya terasa sakit, sesak. Masih belum mengerti dengan semua hal yang mereka alami.

"Jake?"

Jake buru-buru mengusap air matanya ketika mendengar suara Jay di belakangnya.

Ia segera berbalik, "gue 'kan udah bilang buat tunggu gue diluar."

"Eh jadi belum selesai ya? Maaf, gue kira udah makanya gue jemput. Ya udah, kalo belum, gue keluar dulu."

Jake segera mencegat langkah Jay, "eh! Udah kok. Ayo." Jake lebih dulu melangkahkan kakinya, mendahului Jay. Jay yang ditinggal hanya tersenyum tipis kemudian mengikuti langkah Jake.

Jay segera menangkap telapak tangan Jake dengan tangannya, menggenggam tangan Jake dan terus melanjutkan langkahnya. Jake beri ia tatapan terkejut karena kelakuannya.

Jake hampir saja dengan refleks melepas genggaman itu dan bernafas lega saat tau itu Jay, "m-maaf, gue belum terbiasa soalnya."

"Jadi kita harus sering-sering gandengan biar sama-sama terbiasa," jawab Jay santai.

Tidak menjawab, Jake hanya tersenyum tipis karena pertama kali mendapat perlakuan seperti ini ternyata senyaman dan semenyenangkan ini.

"Habis ini lo mau kemana?" tanya Jay lebih dulu karena selama perjalanan menuju parkiran, tidak ada obrolan sama sekali.

"Gak tau. Akhir-akhir ini gue gak terlalu banyak kerjaan."

Jay segera menghentikan langkahnya dan menatap Jake, "mau jalan-jalan gak?"

Jake menatap Jay balik. Mungkin matanya berbinar mendengar ajakan yang belum pernah ia dengar itu, namun sepertinya Jake dapat menyembunyikannya.

"Boleh."

Baru saja Jay hendak menarik tangan Jake, Jake tidak bergerak sama sekali membuat langkah Jay terhenti lagi dan menoleh ke belakang.

"Gue mau ke suatu tempat. Lo mau anter, 'kan?"





𝐂𝐡𝐨𝐢𝐜𝐞 || 𝑆𝑢𝑛𝑔ℎ𝑜𝑜𝑛 𝑋 𝐽𝑢𝑛𝑔𝑤𝑜𝑛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang