CHAPTER 10

3.1K 96 1
                                    

Sinar matahari sudah terang saat ini, masuk melalui celah gorden yang tidak tertutup rapat, mengganggu tidur nyenyak lelaki manis yang meringkuk di atas ranjang besar, tubuhnya menggeliat, pegal, nyeri.

Renjun bangkit dari tidurnya, beringsut menyandar di headboard ranjang, matanya berkelana ke sekeliling, menerka dimana kini dirinya berada, ini bukan kamar apartemen Haechan, matanya menegerjap, ahhh ini kamar Jeno, tempat peling nyaman selain kamarnya sendiri.

"Eh, sayang udah bangun"

Jeno masuk, membawa segelas susu, tersenyum manis ke arahnya, Jeno mengusak surai terang Renjun yang berantakan karena tidur pulasnya, Renjun menatap dirinya yang kini memakai kaus milik Jeno, juga celana pendek kekasihnya yang jika Renjun pakai panjangnya sampai melebihi dengkulnya.

"Ini, minum dulu"

Menurut, Renjun menenggak habis cairan putih itu, sedikit menganjal perutnya yang sekarang sedikit lapar, Renjun menggeser tubuhnya saat Jeno ikut naik ke ranjang, memeluk tubuhnya erat sambil mengecupi dahi Renjun.

...

Jeno menggendong tubuh Renjun yang tertidur pulas, ini masih sangat pagi, baru pukul 5, Jeno membawa masuk tubuh Renjun ke dalam taksi yang sudah dipesannya sebelumnya, persetan dengan motornya, itu bisa diambil kapan saja, sekarang yang terpenting adalah Renjun.

Setelah setengah jam karena jalanan yang lengang membuat waktu tempuh lebih cepat, Jeno segera membawa Renjun masuk, dan saat membuka pintu Jeno bertemu dengan Mark yang duduk di sofa ruang tamu, pakaiannya rapih, matanya memerah seperti orang yang tidak tidur, walaupun Jeno juga belum tidur karena menjaga Renjun yang 'dihabisi' oleh Haechan.

"bawa langsung ke kamar lo, Kakak tunggu di kamar Kakak"

Berlalu, Jeno tidak mengindahkan perkataan Mark, karena tidak disuruh pun , Jeno pasti akan membawa Renjun ke kamarnya, membiarkan kekasih tercintanya itu beristirahat di kamarnya.

Dengan hati hati, Jeno menidurkan kembali Renjun di ranjangnya, melepas seluruh pakaian kekasihnya, menuju kamar mandi, Jeno kembali dengan air hangat dan handuk kecil, menyeka seluruh bagian tubuh Renjun dengan perlahan, takut tidur kekasihnya terganggu, setelah selesai, Jeno memakaikan Renjun pakaian kembali, kaus dan celana pendek yang biasa dia pakai.

"udah selesai?"

Mark muncul di ambang pintu, tangannya terlipat di dada.

"udah, lo mau ngomong apa sama gue"

Masuk, Mark menarik lengan Jeno, membawanya menujukamarnya, meninggalkan Renjun yang tertidur pulas sendirian.

"duduk"

Jeno menurut, mendudukan dirinya di ranjang sang Kakak, raut wajahnya bingung.

"maafin gue"

Jeno semakin menyernyit bingung dengan deklarasi maaf yang Mark ucapkan, tiba tiba sekali, bukannya kemarin kemarin dia yang paling bernafsu menggempur lubang adiknya sendiri.

"maafin gue, maaf karena gue suka sama lo, sampai gelap mata ngelakuin semuanya ke lo dek"

Air mata Mark turun, matanya yang emerah karena semalaman tidak tidur semakin bengkak karena menangis sekarang, Jeno sendiri tidak tau harus bereaksi apa, jujur saja ia bingung sekarang, kenapa tiba tiba Kakaknya berubah seperti ini.

"gue mau lo jadi milik gue , tapi setalah waktu itu lo malah semakin menjauh dari gue, lo......lo malah benci gue"

Jeno mendecih "LO YANG BAJINGAN, LO JEBAK GUE SAMA PACAR GUE KAK, LO KALO MAU NGEWE AYO KITA NGEWE SAMPAI LO PUAS, TAPI JANGAN BAWA RENJUN BANGSAT!"

CURIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang