CHAPTER 14

2.2K 60 0
                                    

Tidak ada yang tau bagaimana kehidupan berjalan, Bahagia, sedih, suka, duka, cinta dan patah hati, semuanya menjadi rahasia yang akan terungkap seiring berjalannya waktu, apakah besok akan sedih atau senang, tidak ada yang tau.

Ruangan itu terlihat indah, dengan dekorasi dan bunga bunga berwarna putih yang menambah kesan teduh dan tenang, meskipun kini banyak orang berlalu lalang yang sibuk menata makanan atau sekedar mengecek kekurangan.

Di ruangan lain, pria bertubuh tegap dengan wajah tampan yang dipoles make up tipis sedang duduk gelisah, memandang pantulan wajahnya di cermin, sesekali menyeka peluh menggunakan tissue yang dirematnya kuat kuat.

"lo gugup banget dek, relaks aja kali"

Jeno menatap tajam Kakaknya melalui pantulan cermin, mudah sekali menyuruhnya tenang di saat penting begini, tidak sadar diri jika tahun lalu Mark bahkan lebih gugup darinya.

"gue udah liat Renjun, cakep banget dek"

Pernyataan Mark tidak mengurangi beban apapun yang Jeno rasakan saat ini, justru malah menambah gugupnya berkali lipat.

"tuan Jeno, ayo keluar, acaranya sudah mau dimulai"

Jeno mengengguk, merapikan sedikit jas nya dan kembali melihat penampilannya di depan cermin, memastikan tidak ada yang salah dari penampilannya, hari ini momen yang berharga, tidak boleh ada celah sama sekali.

Semua mata tertuju padanya yang kini berdiri di depan, tersenyum bodoh mencoba menutupi rasa gugup yang semakin kentara, keringat dingin mengalir dari pelipisnya, kakinya bergetar, ingin seluruh prosesi ini cepat usai.

Jeno menegang kaku saat pintu besar itu terbuka, sosok lelaki tampan yang mengisi hatinya beberapa tahun terakhir ini berdiri disana, dengan tuxedo putih yang sangat cocok dengan rambutnya yang hitam pekat, ditemani sang ayah yang mengeggam erat tangan putra kesayangannya itu, yang sebentar lagi akan dipersunting oleh orang lain.

Langkah demi langkah yang Renjun ambil membuat nafas Jeno semakin tertahan, riuh tamu undangan yang kagum dengan paras tampan dan cantik yang kini berjalan anggun di tengah tengah mereka, hingga akhirnya kini keduanya berhadapan, saling memegang tangan masing masing untuk bersaksi di hadapan tuhan, mengukuhkan cinta mereka yang penuh obaan dan juga kebahagiaan.

Janji telah terucap, diiringi isak tangis dari ibu masing masing pria yang berdiri di altar sana, sorakan tepukan menggema, menjadi saksi kebahagiaan pasangan baru yang akan bersama sama menjalani kehidupannya.

"muka kamu lucu banget, blank kaya orang bodoh"

Renjun terkekeh mengingat wajah bodoh Jeno yang terpana saat melihatnya, seperti anak kecil yang melihat berbagai mainan yang dipajang rapi ditoko.

Keduanya kini mendekat, tangan mereka masih bertautan, Jeno menempelkan keningnya di kening Renjun, tersenyum manis yang membuat riuh sorakan semakin kencang terdengar, hingga detik berikutnya, kedua belah bibir mereka sudah saling bertaun, menyalurkan cinta dan kasih sayang.

Jeno terbawa, tangannya naik meremas surai belakang Renjun, memiringkan kepalanya mencari celah, melesakkan lidah untuk saling membelit.

"are they gonna fuck now? Right here?"

Mark yang melihat dari kursi depan berbisik ke telinga suaminya, yang dibalas tawa karena sungguh, Jeno seperti kehilangan akal di atas sana, bukan ciuman lembut, tapi mereka seperti ingin make out sekarang, melumat bibir sambil meremat surai dan pakaian masing masing.

Kegiatan itu dipotong oleh MC yang berinisiatif menghentikan ciuman panas itu sebelum pasangan baru itu benar benar telanjang di altar, Renjun menunduk malu, tangannya mencubit pinggang Jeno hingga si tampan meringis kesakitan.

CURIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang