CHAPTER 15

3K 71 6
                                    

Suara ketukan pintu membangunkan pasangan yang sedang tertidur di kamarnya, ini bahkan baru satu jam sejak keduanya memejamkan mata, tapi tetap saja mereka harus siap mendapat gangguan seperti ini, Jeno yang matanya masih menyipit karena kantuk yang belum reda berjalan kearah pintu, membuka knopnya dan mendapati sosok anak kecil yang berdiri sambil memeluk boneka lumba lumba biru di tangannya.

"papa aku mau tidur sama papi"

Membuka pintu kamarnya lebih lebar, Jeno menggendong anak berumur 10 tahun itu kekamarnya, bagitu masuk dalam dekapan Jeno, anak itu langsung bersandar di dada bidangnya, dengan wajah mengantuk yang lucu.

Begitu sampai di ranjang, anak itu tanpa ragu ragu langsung masuk ke dalam dekapan Renjun yang mesih terpejam, hingga netra papi manis itu terbuka karena kaget dengan pergerakan mahluk kecil di dekatnya.

"ehhh, Kak Lele kenapa pindah ke kamar papi hmmm?"

"mau bobo sama papi...nggak mau sendirian"

"anak manjaaa, udah besar juga masa tidur sama papi terus"

"nono...."

Anak itu mencebik saat papa nya meledek.

"papa juga udah besar tapi tidur sama papi terus...huhhh"

Chenle, anak yang Renjun dan Jeno adopsi setelah satu tahun pernikahan mereka, anak manis yang ibunya meninggal saat melahirkanya, dan ayahnya yang bunuh diri karena depresi ditinggal oleh sang istri, saat itu Chenle baru berusia satu tahun, saat Jeno dan Renjun mengadopsinya menjadi anak mereka.

"yaudah yuk tidur lagi, besok kan kita main ke rumah Jie, jadi harus tidur okay"

"okay papi"

Jeno beringsut, merapatkan tubuhnya dengan anak dan suaminya, tangan kekarnya memeluk tubuh kedua manusia yang sangat dia cintai sekarang, manusia manusia yang memberi warna dalam kehidupannya hingga nanti saat ia harus pergi untuk selamanya.

Pagi hari ini Renjun sangat sibuk, membuat sarapan dan bekal yang akan Chenle bawa saat bermain nanti.

"sayang nanti kamu mau ajak Chenle keluar kan? Kok bekalnya banyak banget"

Jeno menghampiri Renjun yang sedang memasak, memeluk pinggang suami mungilnya itu dari belakang sembari mengendusi wangi harum yang menguar dari tubuh Renjun.

"justru itu , karena aku mau ajak anak anak keluar, nanti kamu sama Kak Mark pasti nggak becus masak, jadi ini sekalian makan siang buat kamu sama Kak Mark"

Melanjutkan kegiatan memasaknya, Renjun menghiraukan Jeno yang masih menempelinya sampai sekarang, sudah biasa, mungkin hanya itu yang dapat Renjun tekankan dalam dirinya.

Suara teriakan Chenle menggelegar begitu pintu mobil Jeno terbuka, anak kecil itu berlari dan langsung berhambur ke dalam pelukan teman sekaligus sepupunya itu.

"apakabar jaem, mau jalan sekarang atau nanti dulu?"

Renjun menghampiri jaemin, suami dari Mark yang juga merupakan teman dekat Renjun saat kuliah dulu.

"masuk dulu aja deh jun, minum minum dulu, kasian Chenle baru sampai masa udah pergi lagi.

Semua orang itu masuk ke dalam rumah, berbincang santai sesekali tertawa mwluhat kelakuan anak anak yang menggemaskan saat bermain.

"anak lo kayaknya bucin banget sama anak gue Kak" ucap Jeno saat melihat Jisung yang Nampak diam saja dan menurut saat Chenle memintanya untuk mengaduk slime yang mereka campur campur hingga warnanya seperti lumpur kotor.

"kayaknya bukan bucin, tapi lebih ke takut"

Mark meringis, membayangkan anaknya akan menjadi sososk dominan yang takut kepada sub nya, persis seperti Jeno yang takut jika Renjun sudah marah.

Kini rumah Mark sudah sepi, Renjun, jaemin dan kedua anak anak menggemaskan itu sudah berangkat, Rencananya sih mereka mau ke taman bermain, sesuai permintaan Chenle yang ingin mengejak Jisung menaiki wahana rollercoaster, meskioun sudah dapat dipastikan jika Jisung akan menangis kencang karena takut.

"Kak...lo masih kontakan sama Haechan?"

Mark yang sedang menatap layar tab nya menoleh.

"masih...dia sudah menikah sekarang...kalau nggak salah nama suaminya doyoung, seniornya di tempat kerja."

"ahhh gitu yaa"

Hening, kedua Kakak beradik itu diam dilanda keheningan, tidak ada yang membuka suara hanya suara dari game yang Jeno mainkan dari handphonenya atau suara Mark yang bersenandung.

"Kak....kalau diingat, waktu itu kita kacau banget ya"

"hmmm, gue masih merasa bodoh banget sampai sekarang"

Jeno menaruh handphonenya, pikirannya mengawang mengingat kenangan yang bisa dibilang pahit saat belasan tahun lalu, kenangan akan kebodohan anak muda yang penasaran akan sesuatu, yang justru membuka masalah besar yang harus mereka hadapi.

"tapi gue nggek pernah nyesel kok Kak, atau marah ke lo, karena awalnya gue juga yang dengan suka rela ngajak lo ngewe waktu itu hahaha"

Mark menyernyit, bingung karena Jeno tiba tiba membahas topik ini Kembali

"lo tumben bahas soal ini lagi?"

"Kak...."

"hmm?"

"main sama gue yuk?"

"maksud lo?"

"gue kangen titit lo"



End.

CURIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang