CHAPTER 8

3.4K 111 2
                                    


4 Hari sudah berlalu sejak kejadian yang tidak pernah Jeno duga sebelumnya, hari hari setelahnya dirinya dan juga Renjun bersikap biasa saja, diantara keduanya tidak ada satupun yang mau membahas tentang hal hal yang terjadi di apartemen Haechan, yang mereka tau mereka dijebak.

Kegiatan Jeno masing berjalan seperti biasa, berangkat ke kampus bersama Renjun dan menghabiskan waktu layaknya pasangan pada umumnya, Renjun juga masih ceria seperti biasa, tertawa dan bertingkah menggemaskan, meskipun dapat Jeno lihat, jika tiba tiba air muka Renjun berubah sendu, lalu kembali seperti biasa.

Kini Jeno sedang berada di kantin, makan berdua dengan Renjun sebelum kelas siang seperti biasanya, namun ada sesuatu yang ingin Jeno katakan hari ini, hal yang sudah dia pikirkan berhari hari, apalagi melihat Renjun yang tiba tiba terlihat murung semakin membuat Jeno yakin akan keputusannya.

Acara makan siang mereka telah selesai, Jeno menggenggam tangan Renjun erat, membawa kekasihnya itu menuju taman fakultas yang saat ini tidak ramai, duduk si salah satu kursi yang menghadap ke danau.

"Ren...maafin aku"

Renjun menoleh, dapat Renjun lihat wajah Jeno yang meredup, gusar dan takut, Renjun tersenyum manis, menggenggam tangan Jeno yang ukurannya lebih besar dari tangannya.

"Kamu nggak salah, kita yang bodoh, mereka yang jahat"

Perkataan Renjun sukses membuat Jeno semakin sendu, Renjun terlalu baik, Renjun tidak pantas terlibat dan diperlakukan seperti ini.

"Aku....Renjun....gimana kalau kita putus...jauhin aku...biar kamu nggak usah terlibat lagi...."

Setelah mengatakan hal itu, Jeno tak kuasa menahan air matanya untuk keluar, tubuhnya bergetar, sementara Renjun yang sempat terkejut malah menarik tubuh besar Jeno kedalam pelukannya.

"Aku nggak apa apa Jeno, kita hadapi semua baReng baReng, kamu masih cinta kan sama aku"

Jeno menganggukan kepalanya di dalam pelukan Renjun, air matanya masih mengalir membasahi Pundak Renjun.

"Maaf...maafin Jeno...Jeno bodoh"

"Nggak Jeno, pacarnya Renjun nggak bodoh, udah yaa"

Renjun melepaskan pelukannya, jari jarinya naik menghapus jejak air mata, kekehan keluar ketika melihat wajah Jeno yang menggemaskan sekarang dengan mata sembab dan bibir yang melengkung ke bawah.

"Aku nggak mau kamu diperlakuin kaya hari itu, lebih baik aku yang mereka pakai"

"Nggak Jeno...aku juga nggak mau kamu digituin, hati aku juga sakit waktu lihat dominanku di lecehkan...kita cari cara...untuk saat ini kita ikuti permainan mereka"

Keduanya Kembali berpelukan, cobaan ini membuat cinta mereka semakin kuat, bdisaat sulit mereka justru semakin dekat dan menjaga, bukan saling pergi meninggalkan.

Jeno kini berjalan menyusuri lorong fakultasnya sendirian, Renjun sudah masuk kelas sejak tadi sementara Jeno masih memiliki waktu satu jam, langkah Jeno terhenti saat tiba tiba seseorang menghalangi jalan dan menarik tangannya.

"Ikut gue, ini perintah, kalo lo ngelawan gue sebar video kita hari itu"

Menurut, Jeno mengikuti kemana dirinya dibawa pergi, menyusuri lorong semakin ke dalam, hingga sampai di depan pintu toilet pria yang letaknya di pojok,

Haechan, orang yang tadi menarik Jeno untuk mengikutinya, mendorong tubuh Jeno agar memasuki salah satu bilik bersamanya.

"Lo mau apa bangsat"

Haechan menyeringai, membalik tubuh Jeno agar menunggung dan bertumpu pada closet.

"Tenang aja Jen, gue nggak bakal ngewe lo disini kok"

CURIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang