12. Waktu Bersamanya

15 6 15
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Alma menatap dirinya pada pantulan cermin yang cukup besar. Dia sudah rapi dengan seragam sekolahnya.

Setelah Vito mengantarkan dirinya pulang, beribu pertanyaan dan ocehan dari Bundanya. Sudah Alma duga, pasti Bundanya itu akan marah-marah.

Untung kemarin Ayah membela Alma. Jadi, Alma tidak mendengarkan ocehan Bundanya yang membuat kepalanya semakin pening.

"Ternyata Vito orangnya baik banget, sampe nolongin gue kemarin. Gue jadi gugup kalo ketemu dia di sekolah nanti."

Alma bergumam dalam hati seraya menguncir rambutnya. Lalu memperhatikan penampilan dari kaki hingga kepala.

"Pengen deh gue jadi cantik biar bisa di hargai lingkungan sekitar gue," ujar Alma.

Alma selalu insecure saat dia menyukai cowok lain. Apalagi Vito, mantannya saja cantik-cantik kelas atas sedangkan dia mungkin kelas bawah.

"Bukannya nggak bersyukur dengan keadaan gue sekarang, tapi setiap manusia memang mempunyai keinginan yang lebih."

Alma duduk di atas kasurnya dengan kepala mengadah ke atas. Moodnya sangat tidak beres pagi ini karena insecure pada dirinya sendiri.

"Andai gue cantik, pasti gue bisa lebih di hargai lagi. Gue nggak akan ngelakuin cutting, gue nggak akan mengenal kata insecure."

Alma kembali menatap dirinya di pentulan cermin, wajah datar dan pandangan kosong itu memikirkan banyak hal.

Sampai suara ketokan pintu membuat Alma cepat-cepat mengambil tas dan jaket untuk berangkat sekolah.

***

Udara sangat sejuk dengan semilir angin menyambut pagi. Alma jalan sendiri di lorong kelas.

Kelas-kelas lain masih sepi dan ada beberapa siswa yang sedang piket kelas.

Suara langkah terburu-buru itu menghampiri Alma. Cewek itu tidak sadar, dia pikir itu anak kelas lain.

Tetapi ini adalah laki-laki sweater putih dan tas selempang berbentuk persegi panjang dengan celana seragam yang sedikit gombrong.

"Pagi, Al. Lo udah sehat?" tanya Vito di sebelahnya.

Alma menoleh lalu menjawab seraya tersenyum. "Udah. Btw, makasih banyak yang kemarin gue udah ngerepotin lo."

"Enggak masalah, bantu temen dapet pahala."

Tak ada lagi pembicaraan antara mereka berdua. Alma sedang tidak baik, lebih tepatnya pada jantungnya yang berdegup kencang.

Kita & Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang