07. Tak Perlu Khawatir

13 8 13
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Alma berjalan sendiri di lorong kelas. Sesekali melihat kelas-kelas yang dia lewati. Masih sepi, karena baru pukul 6 pagi. Biasanya akan ramai kalau mendekati bel berbunyi.

Jia tidak bisa bareng dengan Alma. Sudah pasti yang bucin selalu lupa dengan sahabatnya. Jia di antarkan oleh Farrel.

Saat memasuki kelas, baru ada Vito yang tiduran di atas meja dengan tas sebagai bantalannya.

"Vito sakit?" tanya Alma di dalam hatinya.

Cowok itu duduk tepat di belakangnya, di kursi milik Farrel. Karena udara yang sangat sejuk di tempat Farrel membuat Vito nyaman untuk tidur.

Jika di lihat, kasihan juga sang gebetan sakit. Ingin memberi perhatian, tapi di kira berlebihan nantinya.

"Vito, lo lagi sakit?" tanya Alma.

Vito membalas dengan gumaman.

"Lo enggak enak badan atau panas?"

Cowok itu tidak menjawab.

Alma berinisiatif untuk memegang kening Vito. Bukan untuk modus, cuma mengecek apakah Vito panas?

"Maaf ya gue pegang kening lo sebentar," ujar Alma takut-takut.

Alma kembali menjauhkan tangannya setelah memegang kening Vito. Cowok itu demam, dan sangat panas keningnya.

"Lo ke UKS aja ya. Atau pulang hari ini enggak usah sekolah," usul Alma.

"Gue nggak mau!" balas Vito dengan sedikit nada tinggi.

"Tapi lo sakit, Vito."

Vito menyela cepat. "Gue cuma butuh istirahat, Al. Enggak usah khawatir sama gue."

Alma mengernyit. "Kenapa? Itu rasa manusiawi. Saling peduli."

"Gue nggak butuh kekhawatiran lo itu, belas kasihan yang lo kasih."

Alma semakin bingung. Dia hanya ingin menolong tapi kenapa sikap Vito seperti ini?

"Gue nggak ada niat kaya gitu, Vito. Gue peduli, bukan kasian sama lo," jawab Alma.

Vito bungkam dan tidak ada sepatah kata yang keluar lagi dari mulutnya.

"Gue udah minum obat, lo nggak perlu khawatir."

Kita & Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang