06. Rindu Yang Terbalaskan

14 7 15
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Pukul sepuluh malam, Alma baru saja selesai bersama teman bimbel yang lain. Suara gemercik hujan terdengar hingga ke dalam. Alma pikir hanya gerimis, ternyata hujan yang cukup deras.

Saat teman-temannya mulai meninggalkan Alma, perempuan itu jalan menunggu pintu keluar. Setiba di teras, Alma menemukan seorang laki-laki sedang meneduh.

Dia tahu, itu adalah Vito. Dia sangat kedinginan seraya memeluk kedua lengannya. Alma menghampiri dengan jalan yang pelan-pelan.

"Vito?" panggil Alma membuat Vito menoleh.

Dia membuka tudung sweater ke belakang dan melepaskan pelukan pada kedua lengannya.

"Alma, lo ngapain?"

Pertanyaan Vito sedikit mendapatkan tawa dari Alma.

"Gue bimbel di sini. Baru selesai." Alma menunjuk ruko yang cukup luas berlantai dua. Vito menganggukan kepalanya.

"Lo habis dari mana?" tanya Alma sedikit rasa takut.

"Nongkrong," jawab Vito enteng.

Di balik rasa lelahnya, terselip bahagia karena bisa berdua dengan Vito. Seseorang yang Alma sukai. Ini bukan mimpi bagi Alma, melainkan kenyataan yang terjadi.

Decitan pintu membuat keduanya menoleh bersamaan. Melihat siapa yang keluar. Ternyata Damar yang sedang menyandang tas di sebelah bahunya.

Awalnya dia tak sadar oleh kehadiran Vito karena dia sibuk dengan ponselnya. Setelah dia mengangkat kepalanya barulah dia sadar akan keberadaan Vito disini.

"Vito, mau jemput Alma?" Pertanyaan dari lubuk hati Damar membuat cowok itu menghampiri mereka.

Damar terus memberikan tatapan tidak suka, seakan Vito itu adalah musuh bebuyutannya.

"Ngapain lo disini? Enggak hura-hura sama temen-temen lo itu?" Baru saja datang sudah membuat Vito kesal.

"Siapa dia, Al?" tanya Vito berputar-pura tidak tahu.

Dengan santainya Alma menjawab, di dalam pikirannya mungkin Vito lupa akan Damar.

"Damar, temen sekolah kita dulu," jawab Alma.

"Kita? Kayaknya dia enggak deh. Bukannya seorang Damar itu anaknya culun dan tukang ngadu." Sindiran itu membuat amarah Damar menjadi-jadi.

Kita & Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang