Akhir pekan menjadi waktu paling menyebalkan bagi kedua Nawasena, dimana mereka harus menghabiskannya waktu hanya berdua saja, sebetulnya tak jauh berbeda dengan hari-hari biasa, namun bedanya, jika dari hari senin sampai jumat kedua bungsu itu lebih banyak menghabiskan harinya di sekolah dan hanya menemukan sepinya rumah hanya setengah hari kemudian, berbeda halnya jika akhir pekan tiba. Seperti hari ini, Kenan dengan alasannya yang sudah terlalu usang, "Gua lembur." Tak jauh berbeda dengan Kaamil yang seperti biasa, menghabiskan seluruh waktunya di kampus, terlebih beberapa minggu lagi akan ada kompetisi mobil listrik tingkat nasional katanya, dan Kaamil ikut serta didalamnya, sedang Rafi memang yang paling jarang berangkat di akhir pekan, tadi pagi mengatakan bahwa program kerja BEM sedang banyak-banyaknya, membuat Arka dan Gaffi hanya mangut-mangut memahami, walaupun di dalam hati mereka ingin berteriak meminta ketiga kakaknya untuk tetap di rumah.
Dan kini keduanya berakhir berada di dapur, menyiapkan sarapan untuk mereka berdua, untungnya Arka bisa memasak, jadi tiap akhir pekan, keduanya tak lepas dari kegiatan dapur, meski Gaffi tak membantu sama sekali, karena jika Gaffi turun untuk memasak bisa-bisa rumah mereka sudah habis terbakar, bukan rahasia lagi jika tangan Gaffi begitu ajaib, maka sebisa mungkin kedua tangan itu dijauhkan dari dunia permasakan, pernah suatu hari ketika Gaffi membantu Rafi membuat cookies, tepung yang seharusnya masuk ke dalam wadah malah tercecer di lantai, dan saat itu juga Gaffi tak diperbolehkan memegang apapun, paling-paling hanya diperbolehkan mencuci sayur-tidak mencuci piring, karena sama saja, mencegah pembelian barang rumah tangga lebih baik 'kan?
Seperti saat ini, ketika Arka menyiapkan segala bahan dan peralatan untuk memasak ayam kecap meski tubuhnya masih terasa lemas sisa demam semalam, Gaffi hanya diperbolehkan mencuci bawang merah, bawang putih, dan bahan dasar lainnya. Dan sisanya, Gaffi hanya menatap Arka dari meja makan.
Dan selama memasak, Arka beberapa kali melirik Gaffi yang tak henti menggigiti kukunya, suatu kebiasaan ketika Gaffi dilanda gelisah dan menimbang apakah ia harus menyampaikannya atau tidak. Bahkan sampai sepiring ayam kecap tersaji di atas meja makan, Arka masih mendapati Gaffi yang terus melakukan hal yang sama.
"Kenapa? Adek mau ngomong apa?" Tanya Arka ditengah-tengah aktivitasnya menyiapkan nasi untuk mereka berdua.
"Kok tau?" bukannya menjawab, si bungsu malah berbalik bertanya, dan hanya dijawab kekehan kecil oleh Arka, setelah menyimpan piringnya sendiri yang telah terisi setelah mengisi piring Gaffi, Arka memajukan sedikit piringnya untuk memberi ruang ketika kedua tangannya dilipat di atas meja, dan kini ia menatap Gaffi tepat di kedua netra legam adiknya itu.
"Kenapa?" tanya yang paling tua, dengan nada halus yang jelas membuat keraguan Gaffi semakin menurun, namun ketika mendapati Gaffi tak mengucapkan apa-apa, tak jua menyendok nasinya dan semakin menunduk, Arka juga melakukan hal yang sama, ia memilih menunggu Gaffi untuk mengucapkan gelisahnya senyamannya, menunggu agar adiknya bisa memantapkan hati untuk mengucapkan apa yang mengganggunya, namun tetap menatap Gaffi dengan tatapan paling teduh yang ia miliki. Dan ketika akhirnya Gaffi mendongak, ia menemukan tatapan kakaknya yang seakan mengatakan bahwa ia tak keberatan untuk mendengar apapun yang ingin Gaffi utarakan, maka dengan lirih si bungsu berkata,
"Adek mimpi lagi." Jika ucapan Gaffi ialah anak panah, maka saat ini Arka bisa dibuat mati karenanya, sebab ucapan itu ialah ucapan yang tak pernah ingin Arka dengar seumur hidupnya. Maka dengan langkah pelan, Arka menghampiri Gaffi yang duduk di seberangnya, kemudian mengusap pucuk kepala adiknya yang lebih tinggi darinya itu,
"Adek takut?" tanya Arka dengan lembut, berusaha menenangkan adiknya tanpa mengecapnya dengan persepsi bahwa yang Gaffi katakan hanyalah bualan belaka. Karena selama satu tahun ini, mimpi yang Gaffi maksud tidak pernah datang lagi, dan ketika mendengar hal itu kembali, maka satu yang ditakutkan Arka, hari-hari macam neraka itu datang lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana [COMPLETED]
FanfictionPada malam paling temaram yang pernah seorang anak jumpai adalah kehilangan sepenggal bait kehangatan yang sepatutnya terus membersamai. Seorang anak yang sudah cukup dewasa sebagai pengganti bapak, seorang anak lain yang baru saja memasuki runyamny...