Dalam keterdiaman panjang yang mengundang banyak putaran memori di kapelanya. Rezvan tak henti menangis. Banyak sesal yang menyergap dadanya saat ini. Sore tadi, Arkana resmi dimakamkan, dan Rezvan ikut membaringkan adiknya itu untuk beristirahat panjang, beristirahat sendirian, dalam kepalanya tak henti terputar pernyataann akan keadaan Arkana, "Arka pasti kedingingan.", "Pasti dia lagi kesepian sekarang."
Dan dalam kesepiannya malam ini, Rezvan membuka ponselnya, pesan dari sang kekasih-Zizil- berada di paling atas, ia menanyakan keadaan Rezvan. Namun seketika, air matanya kembali luruh. Dulu, Arkana sering bertanya keadaannya, menanyakan apa saja yang ia lakukan seharian penuh, dan apakah ia baik-baik saja atau tidak. Namun Rezvan selalu mengabaikan itu, hingga pesan itu menumpuk dan membuat Arka mengirimkan pertanyaan-pertanyaan baru, dan pesan Arka sering ia jawab dua hari kemudian.
Kini, anak kecil itu tak bisa lagi mengiriminya pesan, padahal memang itu rencana Rezvan. Ia pulang agar Arka tak mengiriminya pesan-pesan itu, ia pulang agar ia dapat mendengar pertanyaan itu langsung dari Arkana. Namun ternyata, tuhan hanya mengabulkan rencana pertamanya. Tuhan hanya mengizinkan agar Rezvan tak mendapat pesan itu lagi dari Arkana, namun ia tak dapat mendengarnya langsung, bahkan bertemu dengan Arkana pun sudah tak bisa.
Rezvan kemudian berdiri dan melangkahkan kakinya menuju kamar Arka, air mata di pelupuk matanya kembali penuh. Ada suatu hal yang selama ini membuatnya tak pernah menatap wajah adiknya yang satu itu.
Dibukanya kamar yang tak akan pernah ditempati lagi oleh pemiliknya. Ia biarkan air matanya luruh-lagi. Sesak tiba-tiba menyeruak di dadanya. Satu-satunya harapan yang belum pernah ia dapat adalah kembali mendekap tubuh Arka yang sudah lama ia tinggalkan.
"Arka, Kakak pulang. Arka dimana?" Tanya Rezvan dengan lirih, berharap adiknya itu akan muncul dari balik pintu dan mengejutkannya. Tapi nihil, bermenit-menit berlalu, Arkana tak menjawab pertanyannya, tak akan pernah.
Ia memilih duduk di kasur yang berlapis seprei pororo. Betul kata Vero, bahwa kamar Arka tampak sepi. Dadanya kembali sesak, selama ini, mengapa ia lebih memilih mempertahankan egonya dibanding berlari mendekap tubuh Arka.
Rezvan tau, ia paham bahwa dari awal, yang paling patah ialah Arkana, namun keegoisannya membuatnya buta. Kepulangannya hari ini untuk merelakan bahwa Arkana bukanlah bunda. Sebab, satu-satunya alasan ia pergi hanya karena ia menemukan bunda ditubuh Arkana. Tatapan mata anak itu, tutur katanya, dan rasanya yang sangat peka, selalu membawa memori bunda yang membuatnya tersiksa. Rezvan tak memiliki banyak memori dengan bunda, berbeda dengan Nawasena lain. Saat itu, ia berpikir bahwa adik-adiknya lebih membutuhkan dekapan bunda, maka ia lebih memilih mengalah. Namun ternyata, takdir mempermainkannya, ia tak bisa lagi mendekap bunda. Dan dengan bodohnya, ia kembali mengulang kesalahan yang sama. Sekali lagi, ia dipermaikan takdir. Ia belum sempat ia berucap maaf dan membawa Arka kedekapannya, ia malah diharuskan memeluk tubuh tanpa nyawa itu ke tempat peristirahatan terakhirnya.
"Arka, Kakak pulang. Kakak mau peluk Arka, sini Ka, udahan sembunyinya. Kakak janji beliin kamu apa aja, ajak kamu main kemana aja, asal kamu kesini, peluk kakak." Seberapa keras Rezvan meminta, pintanya hanya berakhir menghilang dibawa terbang udara, dan membiarkannya semakin tersiksa perihal kehilangan belahan jiwa yang tak sempat ia bahagiakan dan tak sempat diberi hangatnya sebuah kasih sayang.
Dan sampai kapanpun, kehilangan itu akan terus menduduki hatinya dan membuatnya tak berdaya. Namun, yang bisa kita lakukan hanyalah berjalan, terus berjalan dalam perjalanan panjang untuk menemui kata rela yang sebenar-benarnya rela. Karena selanjutnya, hidup akan terus berganti, dan yang tertinggal akan tetap sama.
Bersambung...
«☼☼«
Selamat menikmati penyesalan dan berjuang untuk memaafkan diri sendiri, Rezvan...
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana [COMPLETED]
FanficPada malam paling temaram yang pernah seorang anak jumpai adalah kehilangan sepenggal bait kehangatan yang sepatutnya terus membersamai. Seorang anak yang sudah cukup dewasa sebagai pengganti bapak, seorang anak lain yang baru saja memasuki runyamny...