13. Rafisqy Fajrin Nawasena

1.8K 231 8
                                    

Suara Kaamil memecah keheningan di rumah Nawasena, sebelumnya Kaamil memberi kabar bahwa ia akan membawa beberapa makanan sepulang dari kampusnya. Maka ketika Kaamil berteriak, "I'm Coming!" Kenan, Arka, dan Gaffi langsung turun demi mendapatkan makanan yang Kaamil bawakan.

Gaffi sudah lebih dulu membuka kotak pizza, sedang disampingnya Kenan membuka cookies pesanan Gaffi. Tak lama Vero datang disusul Rafi yang berjalan malas.

Arka diam-diam memerhatikan dari lantai atas sebelum Kaamil menemukannya dan menyuruhnya turun. Kadang kala, Arka berharap hal ini akan terus terjadi, dengan ia yang turut andil dalam gelak tawa Nawasena bersaudara. Namun, Arka tau. Perannya takkan pernah sampai pada itu.

"ABANG! COOKIES ADEK JANGAN DIHABISIN!" Seru Gaffi ketika melihat cookiesnya tinggal setengah kotak.

"Lo sih lama makan pizzanya," jawab Kenan sekenanya, membuat Gaffi memukulnya dengan kotak pizza yang sudah kosong. Detik selanjutnya, keduanya jatuh dalam pertempuran, Kenan dengan semangat menggelitiki Gaffi, adiknya itu kini terpaku lemah sebab tertawa dan hanya bisa meringis meminta ampun. Jangan tanya bagaimana Vero, dia sudah tertawa hingga terjungkal. Seolah adegan yang ia lihat adalah komedi paling lucu yang pernah ia tonton. Kaamil si jahil ikut andil menggelitiki Gaffi, hingga anak bungsu itu menyerah terkapar di lantai. Sedang Arkana tertawa sambil memakan sepotong pizza yang tak habis daritadi.

"Mas Rafi, tolongin Adek." rengek Gaffi pada Rafi yang hanya menonton tanpa reaksi. Sepertinya ia turun sebab dipaksa oleh Vero. Gaffi beranjak dari tempatnya, memilih duduk di samping Rafi yang posisinya lebih jauh dari Kenan dan Kaamil.

"Lagian kamu, bang Kenan di pukul, ngamuk lah dia." Rafi menjawab dengan muka datarnya, membuat Gaffi merengut.

"Bang Kenan tuh makannya kaya babi, banyak. Gak paham adek. Bang Kaamil juga beli makananya cuma dikit, pelit amat kaya gak punya duit."

"GUE DENGER GILA!"

"KOK GUE JUGA?" Kedua teriakan bersamaan terdengar memenuhi ruang tengah yang kian ramai.

Gaffi yang melihat Kenan dan Kaamil menatapnya dengan marah langsung berlari, menghindari kedua kakakny yang sudah siap menerkam. Selanjutnya, keadaan ruang tengah tak ayal jadi kapal pecah, beberapa barang terjatuh dan dilempar.

"Lo jagain disitu bang!" Perintah Kaamil di pada Kenan yang berada dekat tangga, untuk menghalangi Gaffi yang kabur ke kamarnya, sedang Kaamil masih semangat mengejar Gaffi.

Dua lawan satu, sudah pasti Gaffi jatuh oleh kekuatan Kenan dan Kaamil, maka setelahnya Gaffi berteriak memohon ampun dan meminta pertolongan, sebab kini wajahnya sudah habis dikecupi Kaamil. Sedang perutnya habis digelitiki Kenan.

"BANG KAAMIL GILAA!"

«☼☼«

Setelah agenda makan-makan tadi, di rung tengah kini hanya tersisa Vero, Kenan, Kaamil, dan Rafi. Keempatnya sibuk dengan kegiatan masing-masing, Vero dan Rafi sibuk membereskan sampah-sampah makanan, sedangkan Kaamil memilih untuk mengelap kotorang-kotoran di meja, dan Kenan membereskan alat makan seperti gelas dan piring yang sempat digunakan. Keempatnya masih bergerak tanpa suara. Hingga kemudian ketika mereka sudah selesai dan hanya duduk di sofa sembari menatap ponsel masing-masing, suara Kenan membuat ketiga Nawasena lain menaruh atensi padanya.

"Bang Vero gak mau tinggal di Jakarta aja?" entah mengapa atmosfer ruang tengah jadi terasa lebih mencekam, disamping Kenan, Kaamil meneguk salivanya susah payah setelah mendengar hela nafas kasar dari Vero.

"Gue gak mau bahas itu, Nan." Kenan yang semula ingin menanggapi, memilih urung setelah Kaamil mengusap pundaknya.

"Mumpung lagi berempat, gue mau bahas sesuatu. Sebenernya cuma mau konfirmasi aja ke lo, Fi." Kaamil yang kini membuka suara, membuat Rafi yang ada di seberang sebelah kirnya mengernyit.

Renjana [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang