Arka meletakkan ponselnya di atas meja setelah menjawab pesan dari Kaamil dan Gaffi yang memintanya turun untuk menyantap makan malam. Ia baru saja selesai mandi, namun tubuhnya masih menggigil kedinginan. Diguyur hujan selama berjam-jam membuatnya tak berdaya, sudah dikatakan bukan bahwa Arka memang tak tahan pada cuaca dingin? Maka dengan sisa tenaganya Arka memilih naik kekasurnya, lalu menenggelamkan seluruh tubuh dibalik selimutnya. Berharap usahanya ini bisa membuat tubuhnya kembali menghangat.
"Arka, makan dulu." Suara Kaamil terdengar dibalik pintu, mengetuknya beberapa kali, sebelum kembali memintanya untuk segera makan.
"Iya, tunggu sebentar Bang." Jawabannya hanya untuk membuat Kaamil kembali ke ruang tengah, sedang tak ada niat dari Arka untuk turun ke ruang makan. Tubuhnya terasa lemas setelah dipaksa bertahan ditengah dingin dan ketakutannya.
Maka pada saat-saat inilah seluruh harap-harapnya tiba-tiba menguar, berharap bahwa dalam rasa sakitnya akan datang salah satu kakaknya, menayakan keadaannya, membawa semangkuk makanan hangat dan membawa obat yang bisa bantu meredakan sakitnya bahkan hingga menemaninya. Namun dalam keterdiaman yang panjang, di bawah langit-langit kamar yang Arka tatap dengan nanar, dibalik selimut pororo yang diam-diam menyimpan seluruh rahasia milik Arka lebih banyak daripada yang anak itu ingat, Arka menghela nafasnya dengan berat, sebab setelah kepergian bunda, kelima kakaknya sudah terlampau tinggi untuk kembali sama seperti sebelum kejadian itu menghantam ketujuh Nawasena, bahkan dibeberapa waktu, Arka tak bisa mengenali lagi siapa mereka.
Bang Vero si sulung ialah kakak paling luar biasa yang pernah Arka kenal, Vero tak pernah segan meluangkan banyak waktu hanya untuk melakukan permintaan remeh dari keenam adiknya, bahkan pernah suatu hari ketika Arka memintanya untuk sekadar mencoba pesawat kertas yang anak itu buat, Vero dengan bahagianya menerima permintaan itu, pernah juga ketika tak sengaja Arka menemukan Vero menghentikan aktivitasnya ketika mengerjakan tugas hanya untuk menyaksikan Rafi yang berhasil menerbangkan layangan untuk kali pertama dalam hidupnya, Vero adalah kakaknya yang paling pandai meluangkan waktu demi melihat adik-adiknya tumbuh. Meski kini, Arka kesulitan menemukan Vero yang seperti itu lagi. Sebab setahun setelah kepergian bunda, bertepatan dengan lulusnya Vero, kakak sulungnya itu lebih memilih menerima pekerjaan di Bandung, dan hanya pulang sebulan sekali, bahkan akhir-akhir ini, Arka dapat menghitung dengan jari seberapa kali Vero pulang dalam setahun.
Kak Ares ialah kakak yang lebih sering memberikan keenam adiknya kata-kata yang menenangkan, sebetulnya Ares bukan tipikal kakak yang bisa memberi seluruh adiknya apapun yang adiknya inginkan, tapi Ares dengan seluruh pahamnya, ia lebih sering menjadi tempat pulang bagi adiknya, bahkan tak jarang Arka melihat Vero yang beberapa kali berbincang dengan Ares membicarakan segala hal yang ingin kakak sulungnya itu utarakan, dan pada sisa-sisa waktu lainnya, Arka beberapa kali melihat kakaknya yang lain menumpahkan segala isi kepalanya kepada Ares, namun setahun setelah Vero merantau ke Bandung, entah kebetulan atau apa, Ares terbang lebih jauh menuju Bali, mengabdikan dirinya bersama bakat melukisnya disana.
Dan kemudian, rumah Nawasena berakhir diisi oleh 5 orang kakak beradik yang entah bagaimana menjadi lebih asing daripada sebelumnya, dimulai dengan bang Kenan yang kemudian lebih sibuk berada di tempat kerja. Padahal dulu, sebelum bunda pergi, kakak ketiganya itu yang paling sering berada di rumah, ia akan memilih segera pulang, menghabiskan waktu untuk bermain sekaligus menjahili Arka dan Gaffi, bahkan beberapa kali, Kenan lebih sering mengajak adik-adiknya untuk bermain bersama walaupun hanya sekadar berjalan santai keliling komplek, bermain basket atau futsal di lapang, yang pasti Kenan akan selalu mengajak salah satu adiknya dan Arka tau itu salah satu usaha Kenan untuk membantu bunda.
Lalu bang Kaamil yang kini lebih banyak mengikuti kompetisi, sejak dulu Kaamil merupakan salah satu anak bunda yang paling sering mengikuti perlombaan, mulai dari lomba menyanyi, membaca puisi, sampai perlombaan akademik, semua Kaamil ikuti tanpa terkecuali, dan kini ketika di kampusnya yang notabenenya kampus teknik dan Kaamil yang kebetulan mengambil jurusan Teknik Elektro dan mengikuti organisasi robotika yang memang dalam tiap kompetisi membutuhkan persiapan yang begitu menguras waktu dan tenaga, Kaamil semakin jarang untuk berada di rumah. Namun satu yang selalu muncul dalam benak Arka, meski dulu lomba yang Kaamil ikuti cukup banyak, kakaknya itu selalu berada di rumah sebelum jam 7 malam dan menghabiskan waktunya untuk bercengkerama dengan seluruh penghuni rumah, dengan segala keseruan yang kakak keempatnya itu tumpahkan di ruang tengah, mengundang seluruh Nawasena untuk turut serta dalam keseruan itu dan memilih saling bercerita disana, sebab Kaamil tak pernah lupa untuk sakadar menanyakan, "Hari ini ngapain aja?", "Ada cerita lucu gak di sekolah?" dan Arka paham bahwa kakak ketiganya itu hanya ingin meluangkan waktu untuk mengetahui seluruh kegiatan Nawasena disisa waktu yang ia punya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana [COMPLETED]
FanficPada malam paling temaram yang pernah seorang anak jumpai adalah kehilangan sepenggal bait kehangatan yang sepatutnya terus membersamai. Seorang anak yang sudah cukup dewasa sebagai pengganti bapak, seorang anak lain yang baru saja memasuki runyamny...