"BANG! DENGER DULU!" teriak Kaamil dengan tatapan yang nyalang, ia baru saja meminta Vero untuk mendengar sesuatu yang ingin ia sampaikan, suatu fakta tentang berantakannya rumah ini dan Kaamil hanya ingin membuatnya seperti semula.
"Apa sih Mil? Kenapa harus teriak-teriak?" suara Rezvan menginterupsi suasana si anak sulung dan anak tengah yang tiba-tiba memanas di kamar Vero. Kaamil memilih meringsak masuk tadi, ketika Vero masih berkumul dengan pakaian yang akan ia bawa ke Bandung.
"Gue buru-buru, nanti lagi." Tanpa menoleh sedikitpun, Vero tetap dalam posisinya membelakangi Kaamil sembari melipat beberapa baju lalu memasukkannya ke dalam tas punggung yang akan ia bawa.
"Ada apa sih, Bang?" Tanya Rezvan yang baru saja masuk setelah mendengar teriakan Kaamil, lelaki berumur 25 tahun itu nampak sudah siap dengan setelan celana jeans dan hoodie putihnya, 3 jam lagi ia akan segera terbang kembali ke Bali.
"Lo udah siap 'kan? Kita berangkat sekarang." Kaamil yang mendengar itu sontak menatap kakak sulungnya dengan tatapan tak percaya.
"Pamit dulu ke adek-adek Res." Rezvan yang masih kebingungan mau tak mau langsung menuruti perintah Vero agar keduanya segera berangkat, sebab Vero memang hendak mengantarkan Rezvan ke bandara sebelum kembali ke Bandung. Dan tepat sebelum Vero ke luar dari kamarnya, Kaamil membuatnya mematung dengar berkata,
"Lo bilang kalau ada apa-apa kabarin, tapi ketika gue mau ngabarin kalau rumah ini sama sekali gak baik-baik aja, lo gak mau denger, Bang." Dan anak itu langsung pergi, melewati Vero yang masih bergeming disana.
«☼☼«
Pukul 12 malam tepat, jika cinderella harus segera pegi dari pesta, Kenan tak jauh berbeda, dia harus segera pergi dari kamarnya, untuk mendudukan diri di ruang tengah yang gelap. Seperti biasa. Mungkin jika adiknya ada yang tau, mereka akan kebingungan dan bertanya mengapa Kenan berada ada di ruang tengah sendirian di waktu selarut ini. Namun kabar baiknya, hingga hari ini tak ada yang memergokinya.
Kini Kenan sudah di tempatnya, seperti biasa ia akan menemukan dua keping cookies dan segelas susu hangat yang hampir dingin sebelum ia duduk dengan pikiran yang melayang-layang. Mulai 3 jam lalu, rumah Nawasena kembali menjadi sepi setelah kepergian Vero dan Rezvan ke kota tempat mereka bekerja. Ketika keduanya pamit, Gaffi sempat bertanya kapan keduanya akan kembali ke rumah, namun tak satupun dari mereka yang menjawab dengan pasti.
Dalam keterdiamannya, Kenan melipat kakinya di sofa, ada yang ia tunggu.
1 jam berlalu...
Kenan mengusap wajahnya dengan kasar. Lalu ia terkekeh. Ternyata, ia juga masih sama. Masih ada hal yang tak bisa ia relakan dari kepergian bunda. Perihal jam malamnya. Sejak dulu, Kenan adalah satu-satunya yang tak pernah bercerita perihal susah yang mendiami pikirannya. Maka dia akan pergi ke ruang tengah, dan merenung disana. Mungkin seluruh Nawasena selalu berpikir bahwa Kenan memang dingin dan tak terlalu peduli pada sekitarnya, ia hanya akan terlihat peduli ketika sesuatu mengusiknya, ia akan memperlihatkan afeksinya ketika saudaranya sedang dalam keadaan yang susah dan mengharuskan Kenan turun tangan. Seperti kejadian dimana saat ia masih duduk di bangku menengah pertama dan Kaamil yang saat baru saja masuk SMP langsung dihadang oleh sekumpulan anak-anak yang setingkat dengan Kenan, maka ketika Kenan mengetahui itu, ia tak bisa tinggal diam dan langsung menghajar teman-temannya. Dan nyatanya, Kenan sebetulnya lebih pemikir daripada yang Nawasena pikir, hanya saja, ia lebih banyak bingung perihal bagaimana menyampaikan apa yang ia rasakan.
Dan bunda ialah ibu paling peka di dunia. Dia paham perihal bagaimana keadaan masing-masing anaknya, maka saat itu, ketika bunda menemukan Kenan termangu di ruang tengah seorang diri, bunda memilih menemaninya. Tanpa bertanya. Bunda hanya duduk di samping Kenan, menggenggam tangannya, dan menepuknya dengan pelan. Sampai Kenan berkata, "Aku tidur ya Bun, selamat malam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana [COMPLETED]
FanfictionPada malam paling temaram yang pernah seorang anak jumpai adalah kehilangan sepenggal bait kehangatan yang sepatutnya terus membersamai. Seorang anak yang sudah cukup dewasa sebagai pengganti bapak, seorang anak lain yang baru saja memasuki runyamny...