16. Nawasena

1.9K 240 31
                                    

Sejatinya, hidup ini adalah perjalanan pertama bagi tiap manusia. Maka hidup ini tak ubahnya sebuah panggung uji coba, sebuah tempat bagi para manusia menenggelamkan dirinya dan basah karena kesalahan kemudian kering bersama pengalaman. Namun terkadang, kesalahan-kesalahan itu bisa membuat banyak orang terluka dan memilih pergi dari dunia padahal seharusnya mereka menyadari bahwa hidup ini tempat berbuat salah dan mencoba, tempat untuk mengenal diri kemudian terbang tinggi dengan mimpi hingga membawa tawa dalam bahagia.

Sama seperti malam ini, ketika Vero merenung di kamarnya selepas kedatangan Kaamil dan Rafi yang mengendap-endap menemuinya untuk merencakanan kejutan untuk ulang tahun Arka minggu depan.

"Mil, tanggal berapa?" tanya Vero tanpa menoleh kea rah Kaamil dan Kaamil dapat jelas melihat sorot kebingungan yang kentara dari matanya.

"Apanya, Bang?" tanya Kaamil, ia tak paham maksud pertanyaan Vero, maka ia kembali bertanya alih-alih menjawab.

"Ulang tahun Arka, tanggal berapa?" ulang Vero yang kini ia menoleh ke arah Kaamil.

"Tanggal 22, Bang. Minggu depan pas hari minggu."

"Sorry, gue gak tau. Gue bajingan banget, ya? Ulang tahun adek sendiri gak tau. Selama lima tahun ini gue baru sadar kalau gue gak pernah ngucapin ulang tahun buat Arka," ujar Vero dengan kekehan di akhir kalimatnya, membuat Kaamil menoleh untuk bersitatap dengan Rafi.

"Bang, sekarang lo udah tau. Gak masalah. Kita dulu pernah sama-sama buat kesalahan, sekarang kita gak boleh ngelakuin kesalahan yang sama." Kaamil memilih menenangkan dengan tepukan kecil di pundak Vero dan Rafi. Membuat kakak sulungnya itu mengangguk sembari bertanya, "Arka dimana?"

"Di kamar bang Kenan. Dia tumben banget mau deket-deket bang Kenan padahal pernah cerita ke gue kalau dia takut sama bang Kenan." Jawab Kaamil sembari terkekeh, teringat beberapa hari yang lalu Arka bercerita bahwa ia takut pada kakak ketiganya itu.

"Yaudah, nanti gue hubungin Jamal sesuai rencana kalian. Sekarang ke atas, yuk?" jelas Vero, ia menyetujui rencana Kaamil, Rafi dan Kenan yang sebelumnya sudah membicarakan ini skenario kejutan ulang tahun Arka yang akan diselanggarakan di kafe milik Jamal-sahabat Vero-. Kemudian ketiganya beranjak untuk menuju kamar Kenan.

«☼☼«

Malam ini rasanya terlalu sia-sia jika dibiarkan meneguk kesepian seorang diri di kamari masing-masing. Maka entah atas bisikan apa, keenam Nawasena kini sama-sama berbaring di kasur Kenan, tidak, hanya Kenan, Rafi dan Gaffi yang berbaring di kasur, sedangkan Vero, Kaamil, dan Arka berbaring di kasur lipat yang mereka pindahkan dari kamar Vero, kasur lipat yang sudah 5 tahun terakhir ini jarang digunakan, terakhir dipakai ketika Jamal masih sering menginap, dan dalam 5 tahun terakhir kadang digunakan oleh Kaamil ketika ia ada agenda seperti makrab atau agenda yang mengharuskannya membawa kasur lipat itu.

Keenamnya menatap langit-langit dengan dramatis, seakan di atas sana tercatat takdir-takdir yang akan mereka temui beberapa tahun lagi, sampai akhirnya Kenan membuka suara, "Bentar, gue 'kan gak mengiyakan ajakan kalian buat tidur di kamar gue? Kenapa sekarang jadi disini semua? Sampe bawa kasur lagi?" tau-tau Kenan bangkit dari posisinya, ia duduk di tepi kasur, membuat kaki panjangnya mengenai perut Kaamil yang tengah berbaring tepat di samping kasurnya.

"Bang, elah kakinya." Protes Kaamil sembari menjauhkan kaki Kenan dari perutnya.

"Bang, peluk." Tepukan kecil dari Arka membuat Kaamil menoleh dengan mata yang nyaris keluar, sebab anak ini tingkahnya aneh sekali sejak tadi. Selain meminta pelukan, ide tidur bersama pun adalah akal-akalan Arka yang berbisik pada Kaamil sesaat setelah Kaamil menghampirinya.

"Gak boleh?" raut wajah Arka tiba-tiba berubah sendu membuat Kenan tergelak ketika melihat itu.

"Adek lo mau di peluk, Mil. Malah dipelototin gitu. Tuh liat Rafi, udah kayak bayi koala nemplok di pohonnya, si Gaffi udah kayak di kerangkeng." Kenan mengarahkan rahangnya ke arah Rafi yang sudah memeluk Gaffi di kasurnya, keduanya sudah sama-sama memejamkan mata, mengingat ini sudah hampir pukul 1 pagi, tak jauh berbeda dengan Vero yang tidur di ujung kasur lipat.

Renjana [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang