[Bagan ke-2 sedikit sensitif]
Happy reading~
-Dangerous Man-
Chiang Mai, 07:10 AM.
Gulf sampai ditempat perjanjiannya bertemu dengan Prem.
Kakinya yang tidak memakai alas kaki benar-benar terasa sakit akibat goresan ranting kayu serta kerikil yang ia injak.
Tapi demi segera bertemu dengan rekannya, ia tidak sempat memikirkan keadaan kakinya.
Tiba ditengah-tengah swalayan yang sedang ramai pedagang dan juga pembeli berlalu lalang.
Ia menyalip orang-orang yang menghalanginya, memasuki swalayan lebih dalam lagi hingga tiba disebuah ruko paling ujung yang jarang dilewati orang-orang.
Bisa Gulf lihat Prem yang sedang bersandar ditembok ruko dengan batangan mengandung nikotin disela bibirnya.
"Prem." panggil Gulf yang dimana si pemilik nama segera menghampirinya.
Bugh
Pukulan mengenai pipinya, Prem baru saja memberinya satu tinjuan keras tepat dipipinya.
"Itu salam rindu dariku." Ujar Prem tanpa rasa bersalah.
Sialan.
Pria didepannya ini memang tidak pernah berlaku lembut pada siapapun, sekalipun itu rekannya.
"Ayo masuk. Gun dan Up sudah menunggu didalam." lanjut Prem.
Gulf yang masih meringis merasakan sudut bibirnya robek, segera mengikuti Prem yang masuk kedalam.
Sepi.
Ruko yang mereka pakai memang merupakan tempat mereka tinggal untuk hari ini, itu hanya untuk sementara sampai urusan mereka selesai.
Sebagai pembunuh bayaran, mereka tidak dapat tinggal terlalu lama di satu wilayah.
Mereka setiap bulan harus berpindah lokasi agar tidak terlacak oleh siapapun.
Saat Gulf sampai didalam sana, ia dapat melihat rekannya yang seorang Hacker, dengan nama Gun, tengah sibuk mengotak atik laptop.
Sedangkan rekannya yang satu lagi, bernama Up, tengah sibuk dengan senjata-senjata yang diletakkan diatas meja.
"Gulf kembali."
Suara Prem pertama kali terdengar.
Kedua pria yang tadi sibuk dengan urusan masing-masing, kini menoleh menatap Gulf dan Prem.
Up meletakkan pistol ditangannya, berjalan cepat menuju Gulf.
Kemudian, dipeluknya Gulf dengan erat, "untunglah kau bisa kabur dari sana, Gulf." ucapnya.
Gulf membalas pelukan Up, "ya, tapi itupun aku harus mengorbankan sesuatu yang berharga bagiku." balasnya.
"Maaf, aku sudah berusaha membantumu, tapi keamanan mereka sangat ketat. Aku tidak dapat menghubungimu." Ujar Gun yang menyudahi aktivitasnya dari Laptopnya.
"Tidak apa-apa. Yang penting aku sudah bersama kalian lagi kan sekarang?." Ujar Gulf melepaskan pelukannya dengan Up.
Ketiganya mengangguk.
"Jadi apa sekarang?" Tanya Prem yang masih saja menghisap rokoknya.
"Kita atur ulang rencana." ujar Gulf mendudukkan dirinya dikursi kayu walaupun sedikit mengganjal karena lubangnya masih terasa perih.