30

2.9K 329 76
                                    

Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Tinggal hitungan hari sampai Gulf melahirkan. Itu artinya, kontraknya sebentar lagi habis.

Gulf berada di taman bunga yang dimana seseorang menggantikannya untuk merawat tanaman cantik yang ia rawat sebelumnya, karena tidak mungkin ia bergerak leluasa dengan perut membuncit.

Ia tersenyum kearah pelayan yang selesai menyirami bunga ditaman itu, lalu sang pelayan pergi meninggalkannya yang duduk termenung dalam kesendirian.

Sampai saat dimana, ia dapat melihat bayangan seseorang yang menutupi sinar matahari yang menerpanya, ia mendongak, menatap Mew yang juga menatapnya datar dengan kedua tangan berada didalam saku celananya.

"Sudah dua puluh menit kau berjemur, sekarang waktunya sarapan." ucap Mew datar, setelahnya pria itu pergi tanpa menunggunya.

'Apa yang kau harapkan dari pria berhati dingin itu Gulf, mungkin jika kau keguguranpun, ia tidak akan peduli.'

Ia menghembuskan nafas lelah, pelan-pelan berdiri agar ia tidak terpeleset atau bahkan terjatuh, perutnya terlalu besar untuk ukuran irang hamil pada umumnya.

Setelah merasa keseimbangannya baik, ia mulai berjalan, sesekali tersenyum pada para pelayan yang berlalu lalang membersihkan area itu.

Bruk!

Sampai dimana ia tidak tau bagaimana menjabarkannya, ia merasa didorong seseorang hingga ia jatuh terduduk ditanah membuatnya terdiam sejenak dan merasakan perutnya mulai terasa sakit.

"Yaampun! Tuan!" pekik salah satu pelayan perempuan disana, menghampiri Gulf yang memegangi perutnya dengan tatapan kosong, dan keringat sudah membasahi pelipisnya.

"Beritahu tuan Mew!" ucap salah satu pelayan pria yang terlihat sangat panik melihat darah merembes dari bawah tubuh Gulf.

"Ba-bawa aku masuk, ce-cepat." ujar Gulf terbata, tangan kanannya meremat rumput menahan sakit pada perutnya.

Para pelayan mengangguk, dengan pelan pelayan pria yang terlihat tua itu mengangkat Gulf.

"Ada apa dengannya!"

"Phi Gulf!"

Pelayan pria tua itu berhenti, menatap tuannya yang berjalan kearahnya dengan cepat bersama dengan Boun.

Pelayan pria tua memberikan Gulf pada Mew, dan saat Gulf telah berada digendongannya, ia dengan tergesa berlari memasuki mansion menuju elevator untuk naik ke lantai dua.

Dilain sisi, Boun menatap kosong keadaan Gulf, ia merasa de javu dengan keadaan ini, ibunya mengalami hal yang sama saat melahirkan Prim, adik bungsunya.

"Panggilkan Mix!" titah Mew pada pelayan yang mengikutinya, sedangkan ia memasuki kamarnya, kemudian menidurkan Gulf di ranjangnya.

Tanpa menunggu lama, Mix dengan wajah paniknya masuk kedalam kamar melihat keadaan Gulf.

Nafas Mix terasa terhenti sejenak melihat baju yang dikenakan Mew terdapat banyak darah, semakin panik saat melihat bagaimana wajah Gulf yang sangat pucat.

"Operasi akan segera dimulai." ujar Mix tiba-tiba, membuat Mew menatap Mix yang gesit memeriksa keadaan Gulf.

"Maafkan aku tuan Mew, tapi ini prosedur dokter, maaf aku harus memintamu keluar dari kamarmu ini." Lanjut Mix dengan ketegangannya, sekaligus menundukkan tubuhnya sembilan puluh derajat kearah Mew.

Mew yang paham akhirnya keluar dari sana, ia sempat menatap Gulf yang tampak tenang.

'Kau akan baik-baik sajakan?'

[ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang