24

2.8K 294 75
                                    

Esok harinya...

Gulf sedang berlatih berjalan kembali, dibantu oleh Mix yang setia mendampinginya.

Terapi berjalan lancar, Gulf dapat menyesuaikan kembali jalannya dalam waktu cepat dengan artian kakinya sudah tidak apa-apa.

Ia dapat berjalan dengan bebas sekarang.

Yang menjadi masalahnya sekarang, ia masih merasakan mual.

Cukup tersiksa rasanya, apalagi jika ia mengidamkan sesuatu yang dimana mengidamnya hanya menginginkan dari tangan si ayah bayi.

Sangat sulit, karena sebuah kontrak membuatnya tidak dapat meminta sesuatu secara langsung kepada Mew.

"Untungnya kau bisa dengan cepat kembali beradaptasi, Gulf." Ujar Mix lega, memberikan Gulf segelas susu hamil.

Gulf menerimanya, meminum sekali teguk susu itu dan menyerahkan gelas kosongnya kembali pada Mix.

"Apa kau masih merasakan mual, Gulf?" tanya Mix memastikan.

"Masih, tapi tidak sesering kemarin-kemarin." Jawabnya.

"Baiklah. Jadi tidak apakan kalau aku tinggal dulu?"

Gulf mengangguk, "tidak apa-apa, aku juga ingin tidur." ujarnya.

Mix mengangguk, membantu Gulf berjalan kembali ke atas ranjang, walaupun sebenarnya Gulf sudah bisa berjalan sendiri.

Setelah Gulf sudah bersandar diranjang, Mix meninggalkannya, menyisakan pria hamil itu yang sedang membuka laci nakas disebelah ranjangnya dan mengambil baju Mew yang dilemparkannya semalam.

Dihirupnya bau baju itu, meresapi bau khas tubuh Mew yang entah mengapa menjadi penenang baginya dikala gelisah.

'Hufft.. Aku merindukannya.'

Tiba-tiba ia menjadi merindukan sosok pria itu, namun ia menggeleng cepat.

'Apa yang kau pikirkan Gulf! Tidak-tidak, Jangan memikirkan pria brengsek itu!'

Gulf menjauhkan kaos Mew dari jangkauannya, kini menarik dua lembar kertas dari laci yang sama.

Sebuah kertas perjanjian dengan tanda tangannya serta Mew.

'Dia hanya menginginkan anakku.'

Entah mengapa hatinya begitu sakit, mood swing kehamilannya begitu parah hingga ia sering kali merasa sedih, atau merasa senang, yang paling parah merasakan rindu pada Mew.

Anaknya didalam sana kenapa tidak mau berkompromi dengannya sih!

Lihatlah sekarang!

Ia ingin sekali merasakan kue rasa melon.

Jadilah, ia meraih ponselnya dan mendial nomor Kao.

"Aku ingin kue rasa melon." ujarnya tanpa basa basi.

"Belikan aku dipasar Chiang Mai." ujarnya lagi.

"Terima kasih." Ujarnya diakhir, menutup panggilan teleponnya.

Merasa bosan, Gulf berjalan menuju jendela, dikarenakan dikamar ini tidak ada balkon, ia hanya bisa berdiri didepan jendela menatap hamparan hutan dibelakang mansion.

Dibukanya kaca jendela, hingga angin sejuk langsung menerpa wajahnya.

Ia melamun, menatap pepohonan yang bergoyang seirama dengan hembusan angin.

Tangannya mengelus perutnya, tersenyum lembut setelahnya, sebenarnya ia tidak menyangka bisa hamil begini, yah walaupun ia tau memiliki rahim, tapi ia kira tidak akan menjadi janin secepat ini hanya dalam sekali bersenggama dengan pria.

[ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang